Kamis, 19 Februari 2015

Galau karena masih mencintaimu (Cerita gay) Part 1

Cerita ini gue ambil dari:
http://boyzforum.com/discussion/16734059/galau-karena-masih-mencintaimu-will-be-back-soon-4-season-2/p1
Selamat Membaca

Part 1 : Warming Up

Malam ini keadaan kamar terlihat gelap, listrik dimatikan di seluruh kamar kosan yang ada di rumah besar ini. Pak Gatot, bapak kost di rumah ini yang menginstruksikan tuk mematikan listrik di seluruh kamar kost yang berjumlah 20 buah selama 2 jam… katanya mau mengikuti kegiatan yang di himbau sama gubernur DKI yang disebut Earth Hour.

“Lho…bukannya Earth Hour itu 1 jam saja pak ?” kata Agus teman kosanku yang banyak ngomong menanggapi instruksi Pak Gatot
“ kalo 1 jam itu gak berasa dek…” sahut Pak Gatot
“ gak berasa gimana pak ? ” tanya teman kosanku yang lainnya
“ yaa gak berasa tagihan listriknya lah…hahahaha..kalau 2 jam kan bisa lebih hemat”

Ah, si bapak ada ada saja, tapi yaaa bagus juga beliau mengadakan kegiatan ini di rumah kosannya sendiri, bisa lebih hemat tagihan listriknya dan membantu juga program penghematan energi.

Lilin kecil ku nyalakan di kamarku yang cukup mungil ini, kamarnya Cuma sebesar 2x3 m tapi sudah mempunyai banyak kenangan dalam perjalanan hidup selama hampir 4 tahun di ibukota yang keras ini. untung saja aku bisa bertahan hidup, padahal banyak warga pendatang yang langsung kalah mengadu nasib di kota pusat segalanya ini. aku sendiri datang beberapa tahun yang lalu dari kampung halamanku di Jawa Barat.

“Aaah panas sekali”,

Ku kipas-kipas tubuhku dangan kertas, ku mainkan api lilin kecil yang bergoyang di atas meja, kupandangi cahayanya yang lembut. Sesaat lamunanku melayang, membayangkan kesendirianku selama ini, belum ada seorang perempuanpun yang bisa menarik perhatianku. Keseharianku selalu diiringi dengan sendiri saja, kadang teman-temanku menyodor-nyodorkan kenalannya padaku, tapi selalu saja ku merasa tidak sreg dengan pilihan mereka.

kipas angin tak bisa dinyalakan, jendelapun tak ada di kamar ini, hanya ada pintu yang menjadi keluar masuknya angin dan kini pintu itu ku buka lebar-lebar.

“ kenapa Dam? Gerah yo…sabar yo…bentar lagi nyala kok..” suara Pak Gatot terdengar dari arah pintu
“ eh bapak…iya nih gerah banget…nyalain donk pak…udah 2 jam kan ?”
“ belum…masih kurang 10 menit lagi…” balasnya sambil ngeluyur pergi

" huu dasar ...perhitungan banget nie..." sahutku dalam hati

Pak Gatot memang terlihat sexy berotot, di usianya yang menginjak 45 tahun, tubuhnya masih tegap dan sekel, kumis tebalnya juga masih melingkar menghiasi wajahnya membuat siapapun yang melihatnya pasti bilang..woww!, termasuk penghuni kosan yang rada kemayu.

Aku bingung apa yang akan ku lakukan dengan keadaan yang gelap gulita ini, mau bergabung mengobrol dengan teman-teman di luar rasanya malas, aku tak minat tuk bercuap-cuap kosong, lebih baik aku ada di kamar.

Akhirnya ku pilih tuk memejamkan mata saja karena besok pagi ku akan kembali kerja dan kebetulan masuk shift pagi. Aku harus istirahat karena pekerjaanku akan melelahkan besok.
Pintu kamar sudah kukunci, Autan sudah ku oleskan dan kipas angin telah ku pencet tombolnya walaupun masih belum bisa berputar tapi yang pasti nanti setelah listrik menyala, kipas akan berputar sendiri.

********

Happy Morning

Aku berjalan masuk melewati pintu utama gedung perkantoran di mana restoran tempatku bekerja berdiri, sambil melewati tiang pengamanan aku menyapa salah satu security yang berjaga di depan pintu..

“ Selamat pagi pak Harry!” aku menebar senyum kecil padanya
“ Pagi Dam..!”

Beberapa security memang sudah ku kenal dekat hingga mereka tau namaku. Jika waktu break tiba, terkadang ku berkumpul dengan mereka di pos security dekat parkiran motor.

Hanya 20 meter jarak untuk menuju resto, terlihat pintu resto sudah terbuka, teman-temanku ternyata sudah berdatangan di resto tapi mereka masih terlihat santai dan belum melakukan aktifitas apa-apa.

“ Assalamu’alaikum..” sapaku agak keras
“ Wa’alaikum salam…” sahut mereka yang duduk di coffee shop bagian depan resto

Setelah absen, aku bergabung dengan teman-teman laki-laki yang sedang merokok..
“ rokok gak lo?” kata temanku Dena yang keturunan Betawi
“ gak …” sahutku
“gw liat lo kagak pernah ngerokok ye Dam?”
“ enggak…emang kenapa?”
“ pantes bibir lo merah cuy..hahaha”

Aku menanggapinya dengan senyuman, sudah biasa temanku melontarkan kata-kata ledekan seperti itu, , kadang mereka juga menyebutku raja minyak karena cewek-cewek karyawan resto yang semuanya berjumlah 6 orang selalu saja berusaha mendekatiku dan merayu-rayu karena suatu hal yang membuat mereka…mmh klepek..klepek, ..itu kata teman-teman…tapi aku tak pedulikan itu sama sekali bahkan aku merasa risih jika tiba saatnya di kerubungi.

Bagiku saat ini kerjaan adalah yang terpenting, maklum umurku masih 20 tahun, masih harus berjuang membangun masa depan, ku harus berusaha bekerja sebaik-baiknya agar peluang karirku terbuka lebar.

“ halo sayank…kamu udah sarapan belum ?” tiba-tiba Siti menghampiriku dan melingkarkan tangannya di pundak.

Siti ini anaknya paling heboh di antara karyawan perempuan, mulutnya bisa dibilang paling nyablak dan sering ceplas ceplos kalo bicara, kadang omongannya itu membuat panas kuping orang yang sedang di omongkan

“ udah mbak..” sahutku
“ aduh …pliss deh Dam…don’t call me “Embak” …kesannya tuaaaa banget deh guwee..” bibirnya nyerocos dan membentuk gaya Fitri Tropica sang komedian di TV
“ yaa..habisnya mau dipanggil apa? tante? Embah ? “ tanyaku dengan mimik wajah agak datar
“ Siti dooonk…ato ato… Ca..yank…!”

“ Cayaaank….udah ah jangan ganggu Adam…sarapan dulu sanah pasti kamu belum kaaan ?!” sahut Dena dari sampingku
“ idih amit-amit deh di panggil Cayank sama elu…gak sudi…gak level…..”
“ tuuu kaaan jaim di depan orang, kalo kita berdua doank kamu ngomongnya lain lagi “
“ iiih apa siih abaang…tapi eh ngomong-ngomong ..bener ada sarapan buat guwe bang?” Si Siti langsung mendekati Dena dengan ganjen
“ adaa …ada tai ayam spesial tuw..”
“ hahaha kurang asem lu…gw kira beneran…...abaaang …traktirin sarapan dooonk”
“ Ogah…sape elu..? tadi bilang gak sudi gak level”
“ katanya tadi cayaaank…!”
“ malesss….kalo ada maunya aja lo deketin gue…”

Siti memukul Dena dengan cukup keras. “ Adoouu sakit tau..awas lo yaa” pekik Dena
“ coba aja kalo berani sini!”

Ah…mereka memang selalu seperti itu hampir setiap hari, kelihatannya mereka pasangan yang klop

****
Lunch Time

Hari ini resto tak begitu ramai, pada saat jam makan siang kali ini tamu masih belum nampak banyak mengisi penuh meja-meja makan yang semuanya berjumlah 50 buah. Hanya beberapa saja yang terisi dan pesanan makanan mereka pun tak terlalu banyak, paling hanya minum atau pesan cemilan. Kalau sudah begini, aku sebagai pelayan di sini merasa makan gaji buta saja, karena tak melakukan kerja apa-apa.

Teman-temanku juga jadi lebih banyak mengobrol satu dengan yang lainnya, sementara aku tak ingin berdiam diri saja, sebisa mungkin ku selalu bergerak mencari-cari kerjaan. Aku mencoba mencuci piring-piring kotor di dapur coffe shop, membantu menyapu resto yang seharusnya itu kerjaan cleaning service ataupun mengelap furnitur-furnitur.

Tamu-tamu yang datang ke restoku sebagian besar berasal dari orang-orang kantor yang bekerja di sekitar komplek perkantoran dimana restoku berdiri. Biasanya kalau sedang ramai, bisa-bisa tak tersisa lagi meja di dalam resto, tapi kali ini sedang sepi, mungkin karena ada sebuah resto yang baru buka di sebelah resto kami dan ini sedikit banyak mempengaruhi jumlah pengunjung yang datang.

Harga makanan dan minuman di sini relatif mahal buatku yang hanya seorang pelayan, tapi cukup murah untuk kantong para eksekutif yang berdatangan ke sini. Keragaman kuliner yang ditawarkan resto juga cukup banyak seperti dari masakan Indonesia, Jepang, Western ataupun chinese, makanya banyak orang menjadikan resto ini sebagai pilihan.

****

Jam Pulang

“ Adam…!” terdengar suara Siti memanggilku saat ingin keluar pintu utama gedung
Aku menoleh ke belakang
“ lo buru-buru aje, tuw cewe lo ditinggalin sendiri..gimana sih” Siti menyodorkan tangan Farah teman wanitaku yang juga pelayan

Farah yang ditarik seperti itu merasa malu, mulutnya manyun pada Siti tanda tak setuju di perlakukan seperti itu
“ Ih …apaan sih lo…emangnya gw apaan?!” katanya
“ lo katanya mau pulang bareeeng..!” sahut Siti
“ yeee sapa bilang gitu…ngarang aja lo”

Muka Farah langsung merah, ia memang pemalu sekali, walaupun sudah 5 bulan bekerja, ia masih saja ragu-ragu berada dekat denganku, mungkin karena omongan teman-teman se resto waktu dulu bahwa ia yang paling cocok jalan denganku

“ Adaaam…!” pekik Laura dari kejauhan, yang satu ini bahkan lebih agresif mendekatiku, dia selalu memberikanku sesuatu hampir setiap hari
aku melihat ke arahnya yang sedang berlari kecil
“ ini sandwich bikinan gw, dimakan yaaa…buat makan siang lo”
“ ooh…. makasih..!” aku menerimanya dengan wajah datar

“ ih ngapain sih lo Dam terima hadiah melulu dari die?…deh buang aje…kagak lepel gw mah di kasih gituan doank..” kata Siti dengan mimik wajah sinis setelah Laura pergi menjauh.
“ udah ya gw mau balik…cape nih”
“ eh eh Dam.. tunggu..” akhirnya Farahpun buka mulut
“ iya ..kenapa?”
“ ini ada oleh-oleh dari Jogja, kemarin Om Farah dateng ke rumah…”
“ tuh…gedean mana deh sekarang hadiahnye…si nenek lampir itu atau Farah ?!” tanya Siti berusaha merasuki pikiranku
“ mmh iya…makasih banget ya Far ..oleh-olehnya gede banget” ku pergi dengan bergegas, karena jika tak menghindari Siti, ku gak akan pulang-pulang.

****

Home

“Aaah…lelah sekali hari ini” keluhku dalam hati

Kosanku yang lumayan sempit ini masih terlihat rapi, tadi pagi ku sudah membereskannya terlebih dahulu, ku tak ingin kamar kost yang ku diami setiap hari terlihat berantakan apalagi jika ada tamu yang datang, tak ada satupun barang yang tergeletak sembarangan. Beginilah hidup sendiri tanpa pacar ataupun istri, semua harus dilakukan sendiri, masak, cuci, setrika ataupun beres-beres.

Ku membaringkan tubuh besarku di atas kasur yang tergeletak di lantai keramik putih, memejamkan mata sebentar dan mengatur nafas perlahan-lahan memulihkan tenaga yang telah terbuang .

Terbayang di pikiran tentang masa depanku sekilas, mau kemana aku melangkah nanti sedangkan hidup masih seperti ini berjalan di tempat. Memang pekerjaan sekarang sebagai pelayan ini bisa memberikan peluang karir yang bakal lumayan cerah , karena pemilik resto di tempat ku bekerja mempunyai rencana jangka panjang tuk melebarkan sayap perusahaannya ke banyak Mall di Jakarta, sedangkan aku termasuk generasi pertama yang menjadi karyawannya.

Dulu, kumengirim berkas-berkas lamaran karena melihat lowongan dari iklan yang tercantum di koran , beberapa minggu kemudian akhirnya di panggil, di wawancara dan tak lama diterima. Pada awal-awal hari kami di training terlebih dahulu, aku bertemu dengan orang-orang yang sekarang sudah menjadi rekan kerjaku selama 2 tahun di resto ini

Salah satunya adalah sang supervisor, Pak Alex namanya. Sejak pertama kali melihatku di hari-hari awal pelaksanaan training serasa tatapannya selalu tajam menusuk ke dalam, seakan ada sesuatu denganku.

Sampai selama 2 tahun ini, Pak Alex masih selalu menatapku dengan tajam kalau berbicara dekat, dari gerak-geriknya terlihat sekali jika ia memperhatikanku lebih.., ada saja perintahnya yang ditujukan padaku setiap hari, padahal anak lain juga bisa di suruh.

“ Dam…saya minta tolong donk…bawain ini makanan ke kantor ibu (owner resto)…sekalian bareng saya mau ke sana juga..” katanya tadi siang
“ Lho kenapa gak yang lain aja pak… saya lagi siapin VIP room buat meeting tamu nanti..” sahutku protes karena heran kenapa aku terus yang harus di suruh sementara anak yang lain santai-santai.
“ udah gapapa, biar captain aja nanti yang ngurus…sekarang cepetan bawa nih”

Yaa ya yaaa, berapapun kalimat yang ku proteskan, tetap saja dia yang akan menang, karena dia atasanku, tapi berapa kali pun dia menyuruhku tak sedikitpun aku berusaha menjauhinya karena kesal.

Tok tok tok

Aku menoleh ke arah pintu dan bertanya-tanya siapa yang bertamu di siang hari begini, jarang-jarang ada temanku yang datang mengganggu istirahatku, segera saja ku bangkit dan membuka pintu yang tidak ku kunci.

Kreeeek…..suara berdenyit engsel pintu yang kering membuatku ngilu

Di balik pintu sudah berdiri sosok tampan dan rapi, tingginya sekitar 175 cm, sama denganku, dia mengenakan kemeja putih yang dibalut dengan jaket hitam, berdiri tersenyum manis…sangat manis hingga senyumnya berhasil membunuhku sesaat.

“ hey Dam…udah tidur ya?”
“ mmh belum pak…kok…tumben ke sini siang-siang..?”
“ belum tidur ? ya udah kebeneran…saya minta tolong donk…bisa gak ?”
“ yaa kasih tau dulu lah mau minta tolong apa, baru saya bilang sanggup atau enggak..”
“ anter saya ke toko bunga buat acara gathering Pak Seno besok minggu…”
“ lho…kenapa bapak ngajak saya? Kan masih banyak anak di resto !” sahutku agak terdengar kesal
“ yang lain susah di ajaknya, banyak aja alasannya, lagian kan kamu yang tau toko bunga langganan ibu (owner) …!”
“ aduh pak…gak bisa ..ini kan udah bukan jam kerja saya…kenapa bapak tega motong jam istirahat saya?”

Pak Alex terdiam dan memandangi arah lain, sepertinya dia kecewa dengan penolakanku. Sebenarnya aku mau-mau saja membantunya dan ikhlas membantu pekerjaan resto, tapi kalau diluar jam kerja seperti ini sih namanya udah gak bener.

“ Mmmh oke deh…kamu istirahat aja, kasian kamunya…saya pergi sendiri aja deh…tolong kamu sms in alamatnya, nanti saya cari sendiri !” katanya

Aku melihatnya menjauh meninggalkan kamar kosan, kasian juga melihatnya pergi sendiri di siang hari bolong begini.

“ Pak…tunggu …saya ikut…!”

"I will always be with You "
*************************************************
Part 2 : Panassnya kamarku

Hari ini aku masuk kerja shift paling akhir, masuk jam 1 siang sampai jam 9 malam. Baru 1 menit aku siap dan stand by di resto, tamu sudah terlihat tak terkendali, mereka datang seperti berbondong-bondong.

Aku dan semua pelayan bekerja super sibuk, kecepatan dalam melayani mutlak harus di miliki jika ada situasi seperti ini. Ada yang sedang melayani pesanan tamu yang baru datang, ada yang mengantar tamu ke tempat duduk, mengambil minuman di bar, memberi makanan yang sudah siap saji ke meja tamu dan ada yang menunggu makanan di dapur yang juga super sibuk.

Sebisa mungkin, aku bekerja dengan lebih cekatan dari pelayan lain dan meminimalisir kesalahan yang bisa saja ku lakukan jika tak fokus pada kerjaan. Dalam keadaan super sibuk begini, tamu-tamu yang datang biasanya banyak permintaan dan mereka tak mau tahu apakah pelayan sedang sibuk atau tidak..yang penting permintaan mereka harus di laksanakan.

Seperti tamu bule yang satu itu, bule muda dan charming itu duduk di meja pojok dekat jendela, sedari tadi sepertinya dia memanggil-manggil tapi tak satupun temanku yang menghampiri..mungkin karena beberapa temanku tak bisa berbahasa inggris dengan fasih jadinya enggan menghampiri.

“just a moment sir..!” aku memberinya respon agar dia tak marah karena aku sendiri sedang tanggung melayani pesanan tamu lain.

2 menit kemudian, aku menghampiri tamu bule tadi, dengan ramah aku sapa dia..
“yes sir, may I help you ? “
“ yes..could you give me the bill please!”
“ The bill? Okay sir, wait a moment, I’ll take it”

Aku memberi pesanan tamu dan mengambil bill untuk si bule sekalian di kasir, setelah bill siap, ku berjalan lagi ke arah bule tadi…sambil tersenyum aku menyodorkan billnya..

“ The bill is One Hundred thirty rupiah sir !”
“ okay…mmh…this is it…take the change for you…”
“ thank you sir….see you next time..”
“ see you too”

Bule itu akhirnya pamit, uang kembali dua puluh ribu rupiah tak diambilnya lagi, dia menyerahkannya padaku dan tentu saja akan ku letakkan di kotak tips yang akan di bagi-bagikan di akhir bulan.

Masih banyak tamu yang lain lagi, aku kembali bekerja keras melayani tamu dengan senang hati, begitu juga Pak Alex yang hari ini makin terlihat oke dengan setelan kemeja putih bersih dan dasi merah maroon ..juga ikut turun tangan bersama Manager resto, Pak Dedi.

“ Dam…Dam…” Pak Alex memanggilku
“ hem…iya pak?”
“ itu tamu baru dateng…tolong kasih menu..”

Mmh, memang benar ada tamu yang baru masuk, dan tak ada pelayan di pintu masuk yang mengantarnya ke kursi, dia datang sendirian saja… penampilannya sungguh rapi..tampilannya mirip kebanyakan esmud di gedung ini, rapi, bersih dan …wangi.

“ selamat siang pak…smoking atau non smoking area ?”
“ mmh…non smoking aja…” suaranya lembut dan sedikit berat, matanya bukan saja melihatku tapi matanya seperti terpaku padaku walau Cuma sesaat.

“ untuk berapa orang pak ?”
“ mmh saya sendiri aja….kalo bisa …yang dipojok ya mas..!”
“ ooh gitu…silahkan di sebelah sana…mari..”

Kami menuju meja yang aku maksud, ku tarik kursinya saat tiba di meja itu, dia tersenyum manis sebelum duduk. …mmh wangi lembutnya membuatku melayang..pintar sekali dia memilih parfum..

“ silahkan pak, ini menunya…”
“ mmh mas…disini ada Salmon Steak ?”
“ ada pak…”
“ ya udah saya pesan itu satu…trus minumnya ice lemon tea aja..”
“ baik…ada lagi pak ?”
“ itu aja dulu…”

Aku meninggalkannya ke dapur dan berusaha mempercepat pelayanan padanya, semua pesanan ku catatkan di kasir, minumannya ku antarkan sendiri dan makanannya ku pantau terus di dapur…pelayanan yang kuberikan ini hanya karena aku ingin memberi pelayanan yang cepat padanya, sepertinya dia belum pernah makan di sini.

“ silahkan Pak…” aku memberikannya minuman
“ trima kasih…mmh makanannya belum ya mas ?”
“ belum pak…mungkin sekitar 10 menit lagi..”
“ oh gitu..?!”

***

Tamu dalam resto sudah makin berkurang, keadaan di dalam sudah lebih tenang dan tak terlalu bising, tapi tamu di pojokkan itu masih saja duduk di kursinya, kadang dia melamun, pandangannya menerawang menembus jendela, kadang dia memainkan hapenya..sepertinya dia mempunyai masalah berat.

Beberapa pelayan wanita berkumpul di tengah hall resto, mereka sepertinya sedang bergosip ria.. kepala dan mata mereka selalu tertuju pada tamu yang ada di pojokan itu..

“ duuh ganteng banget siih…sexy lagi..” kata Siti sambil bergaya kecentilan
“ kapan ya gw punya cowo kayak gitu?” sahut Gina pelayan lainnya

“ makasih ya pak…!” terdengar suara kompak pelayan perempuan mengiringi tamu yang hendak keluar

Oops ternyata tamu ganteng itu sudah ada dihadapanku, ku tak sadar kalo dia yang meninggalkan kursinya..
“ eh …makasih pak.…trima kasih …”
“ mas, disini ada toiletnya ?”
“ ada pak…di pojok dekat pintu keluar..!”
“ oh okay…makasih ..”

Beberapa pelayan dan kasir wanita terbengong-bengong melihatnya, sampai hilang ke dalam toilet pun, mereka masih mengejar bayangan tamu tadi.

“ wooy….ngapain lo ngeliatin sampe gitu…!” kata Dena tiba-tiba mengagetkan sang kasir yang memantau tamu itu
“ iih sirik aja lu…namanya juga ganteng..yaaa mubazir (sayang) kalo gak diliat..” sahut Gina
“ lha…ini si Adam ada, kan dia ganteng juga “
“ Iya Adam ganteng siih…tapi belum kaya…”
“ huuuu dasar matre..”
“ Sirik…!”
Aku tersenyum saja..

*****
Pukul 21:00

Semua pintu resto sudah di kunci, resto kini dalam keadaan gelap, waktunya kami yang masuk shift terakhir tuk pulang ke rumah masing-masing, aku dan beberapa teman pulang ke kosan yang ada di belakang gedung resto.

Cukup banyak kosan yang ada di daerah ini, mungkin laris karena letaknya ada di pusat kota..harga kosannya pun bervariasi, ada yang sampai jutaan dengan berbagai fasilitasnya ataupun sekedar 300 ribu rupiah sebulan dengan berbagai kesederhanaannya.

Di luar gedung sudah dalam keadaan sepi, orang-orang sudah tak ada lagi yang berlalu lalang di kompleks gedung metropolitan, langit di atas pun sudah gelap, tapi di jalanan, mobil-mobil masih saja terjebak macet dan memberi ciri khas pada setiap malam di kota Jakarta

“Daam…” suara Pak Alex memanggilku dari belakang sambil berlari kecil
Aku menoleh “ iya pak ?”
“ bareng donk…buru-buru amat”
“ emang motor bapak kemana ?”
“ lagi males…mau jalan aja..”
“ aneh…punya motor bukannya di pake”

Kosanku dan Kosan Pak Alex memang berdekatan, hanya berjarak lima rumah saja…tapi kosan Pak Alex jelas lebih wah dariku, harganya pun lebih mahal dan fasilitasnya lumayan lengkap.

“ Dam…saya main ke kosan kamu ya?”
“ mau ngapaiiiin?” sahutku agak risih
“ mau…..main aja…gak boleh ya?”

Aaaargghhh, lagi-lagi main, hampir setiap hari dia main ke kosanku, kalo sudah main dia bisa lupa pulang kalau aku tak menyindirnya dengan halus.

“ heey…boleh gaaak?”
“ iya iya…terserah bapak deh…tapi jangan pulang malem-malem ya…saya kan harus tidur, besok kan masih kerja..lagian nih badan lagi capeee banget”
“ oke…oke…nanti saya pulang deeh”

***
Pintu kosan ku buka dengan perlahan agar bunyi berderit tak terlalu terdengar ke kamar sebelah…bau harum pewangi ruangan langsung menyergap hidung.

“ mmh enak wanginya….ini yang selalu saya suka dari kamar kamu..walaupun kecil tapi harum dan rapi…” kata Pak Alex
“ Bapak mau minum apa ?” aku tak menanggapi pujiannya
“ apa aja deh….”
“ air kobokan ya..!” singgungku
“ yee tega amat sama tamu…”

Pak Alex duduk dan menghampiri rak buku di pojokan, dia langsung membuka-buka koleksi majalahku yang tersusun rapi di rak, seperti biasa dia membaca koleksi majalah yang ku beli bekas untuk mengisi waktu di kamarku karena TV ataupun Radio tak ada di kamar ini.

“ sebenernya kosan bapak kenapa sih? Kok seneng banget ke sini !” kataku sambil menaruh tehbotol yang ku beli di warung depan
“ gapapa…..Cuma suntuk aja sendirian di kosan …”
“ yaaa ngobrol lah sama kamar sebelah..”
“ ah gak enak, mereka lebih sering tutup pintu…malesss”
“ ah ada ada aja…”

Pak Alex terlihat sibuk membolak balik majalah, sepertinya dia mulai bosan dengan majalahku yang koleksinya belum bertambah juga. Sementara aku sibuk mengumpulkan pakaian kotor tuk di cuci esok hari.

“ Dam, kamu kenapa gak beli TV sih. Kan lumayan ada hiburan”
“ ah duit darimana ? bisa makan aja udah sukur…”
“ mmh…saya beliin ya!”
“ beliin ? …gak…gak usah pak…emangnya saya simpanan bapak?!”
“ hahaha …yaa bukan gitu juga”
“ udah pak…pokoknya saya gak mau nambah uang kosan hanya karena tambah alat di kamar ini…saya lebih baik nabung…lagian kalo mau nonton TV kan bisa dari hape TV saya ini ”
“ mmh gitu ya…tapi kan kalo ada tamu…kasian tamunya bakal bosen…”
“ yeee itu masalah tamunya…”

Obrolan demi obrolan gak penting di bicarakan, hingga malam beranjak semakin larut..

“Huaaa …ngantuk banget”, mataku bertambah lengket dan berat, badan terasa lemas dan sangat lelah hari ini, tumben-tumbenan ku merasa lemah…biasanya fisikku kuat tuk jalani hari sibuk seperti ini.

Tak terasa, mataku tiba-tiba terlelap dan semuanya terasa tak penting lagi, kantuk menyeretku sampai tertidur menuju ke alam mimpi

****
Tiiit Tiiit Tiiit

Bunyi Hape terdengar nyaring di kamar, aku membuka mata dan segera mencari-cari suara hape yang ku masih belum sadar ku taruh dimana..

Aku terkejut ketika melihat Pak Alex ada di sampingku, dia dalam keadaan tertidur juga dan posisinya membelakangiku..rupanya dia belum pulang..tapi malah menemaniku tidur. Mataku melihat ke arah dinding atas, jam di sana menunjukkan pukul 11 malam.

Hape terus berbunyi , ternyata suaranya dari dalam tas yang ku taruh di dekat lemari pakaian, ku buru-buru mengambil hape yang ada dalam tas agar Pak Alex tak bangun karna suaranya.

Ada nama Siti tertera di layar hapeku
/ Ya halo../ kataku pelan
//Adaaam…lagi ngapain lo?//

“ lagi tidur sama pak Alex..” kataku dalam hati
ah gilaaa….masa aku harus jawab seperti itu, bisa geger orang se resto nanti..

/lagi tidur…kenapa Sit ?/
//Ke sini dooonk…kita-kita lagi pada makan-makan nih..//
/ dimana ?/ sahutku rada malas menanggapi
//di sate mang Ajo…di sini juga ada Farah Lhooo..//
/ oooh…ya udah salam aja deh …sama yang lain juga…gw dah ngantuk nih ..gak kuat mata gw/
// mau tidur lagi yaaa? …mau ditemenin Farah gak Dam?..hehehe//

“ gw udah di temenin Pak Aleeex….!!” Jeritku dalam hati

/ ah ngaco lo…udah ya …gw tidur dulu…byeee/

Hape telah ku matikan, tapi sepanjang obrolan ku dengan Siti, Pak Alex tak terganggu sama sekali, nampaknya dia letih juga sama sepertiku jadinya tak terganggu..memang sering juga dia tidur di kosanku kalau memang dia malas tuk balik ke kosannya atau letih dan tak punya tenaga lagi tuk sekedar berjalan ke kosannya sendiri.

Tidur Pak Alex nampak damai sekali, tak terdengar suara mendengkur yang keluar. Kemeja putihnya pun sudah di tanggalkan dan di taruh di gantungan yang ada di balik pintu, kini dia hanya mengenakan kaos singlet yang menonjolkan otot-otot bahunya yang kelihatannya terisi dengan mantap.

Lalu ku taruh hape dan membaringkan tubuhku lagi di tempat tadi,

Mmh..aroma tubuh Pak Alex tiba-tiba tercium di posisi begini, harum parfumnya yang sudah mulai kabur masih terasa lembut. Sejenak ku memandang punggungnya yang lebar …tapi tiba-tiba muncul sebuah perasaan yang…menggetarkan hatiku..

“ Ah…gila gw…mikir apa tadi..!” teriakku dalam hati

Aku membalikkan badan dan menghadap tembok, tak bisa ku biarkan perasaan seperti itu berkembang di hatiku..aku bukan penyuka laki-laki…aku bukan homo..aku masih suka perempuan…aku pun masih tertarik dengan Farah.

Sebuah tangan tiba-tiba menemplok ke atas tubuhku dan menyusul sebuah kaki mendarat di pahaku…

“ Aaaarrgh Pak Alex…ngapain lo?...rese banget…dikira gw gulingnya apa” jeritku dalam hati

Aku memutar badanku dan berusaha melepaskan tangan dan kaki Pak Alex yang menumpang di tubuhku…tapi Pak Alex tak terbangun..dia masih tertidur walau tangan dan kakinya ku hempaskan dari tubuhku..

Sekarang posisinya menghadap ke arahku..Wajahnya yang tampan itu kini di pajang di depan mukaku langsung, aku terpana memandangnya …ada perasaan aneh yang muncul dari dalam hati…tapi aku tak yakin benar apa namanya perasaan ini..

“ Aaargh kenapa sih gw..kenapa gw bisa deg-degan begini..” jeritku dalam hati

Aku menutup mata rapat-rapat dan langsung membalikkan badan lagi..aku berusaha memejamkan mata tapi sepanjang malam masih saja tak bisa tidur, ku berusaha menghilangkan bayangan Pak Alex yang tertidur di sampingku..tapi…tak berhasil….dan rasanya hanya 2 jam saja aku baru bisa tertidur pulas.

*****
“ Dam…bangun …Dam…!” seseorang menggoyang-goyangkan badanku

Aku terbangun dan berusaha membuka mata tapi mataku masih terasa kesat…sepet..
“ hemm…yaa…” sahutku sekenanya dengan suara parau
“ Bangun Dam …udah jam 8…!”
,
Aku terkejut, jam 8 adalah waktu yang teramat siang buatku…
“ jam 8 ? ..” ku mengucek-ngucek dan membersihkan mata, terlihat Pak Alex yang sedang duduk di sampingku
“ iya udah jam 8…bangun…”
“iya..iya… bentar…”
“ kamu mau sarapan apa Dam? Biar saya beliin..”
“ gak usah pak..makasih..”
“ nasi uduk ya..?”
“ gak usaaah..!”
“ sebentar ya…saya cari dulu…” Pak Alex meluncur keluar, dia tak memperdulikan ucapanku.

*****
Badanku terasa gerah sekali, semalam kipas angin tak sempat kunyalakan, apalagi tidurnya berdua, jadinya udara terasa lebih panas. Ku ambil peralatan mandi dan menuju ke kamar mandi yang ada disamping kamar.

Kebetulan kamar mandinya sudah tidak mengantri seperti pemandangan pada shubuh hari, mungkin para penghuni sudah pada pergi kerja pagi-pagi buta.

Segera saja ku buka pakaianku dan mengguyurkan air dingin ke tubuh,
“Aaah segar sekali…” tubuhku yang lengket karena keringat kini terbasuh sudah, sabun wangi ku usapkan ke seluruh lekuk tubuh yang otot-ototnya tak begitu kentara.

Hanya dalam waktu 15 menit, semua ritual mandi telah selesai, peralatan mandi juga tak lupa ku bereskan, sekarang tinggal mengelap tubuhku yang basah.

“ What?!!... Oh My GOD…” aku kesal sekali saat sadar aku lupa membawa handuk ke dalam kamar mandi.
.
“ gimana bisa keluar nih…” gumamku sambil memutar otak

Ku buka pintu kamar mandi, ku tengok kanan kiri koridor rumah…Kosong….tak ada seorangpun yang exist di luar kamar..

Ku tutupi bagian alat vitalku dengan pakaian kotor dan dengan secepat kilat aku berlari ke arah kamar dan membuka kuncinya…langsung saja aku masuk ke dalam dan menutupnya kembali.

Namun betapa terkejutnya aku saat ada Pak Alex di dalam kamar dan sedang terpaku melihat tubuhku
“ Woow…sexy…” Pak Alex meledekku sambil menghampiriku dengan perlahan..

“ kok…bisa masuk pak?” tanyaku yang masih deg-degan
“ bisa donk…mau tau aja” sahutnya sambil terus mendekat
“ Pak….mo ngapain pak?....jangan macem-macem… ntar saya teriak nih…” kataku yang makin deg-degan dengan tingkahnya

“ Teriak aja ….gak akan ada yang nyamperin kesini…semua udah berangkat kerja…”

Aku tak suka dengan candaannya ini, Pak Alex makin mendekat dan tangannya mulai menjulur pelan ke arah daerah vital yang masih aku tutupi..

“ Saya akan marah kalo bapak berani pegang saya..!..jangan coba-coba…!”
“ hahaha… masa siih…marah aja…saya gak peduli..” Sahutannya malah nyeleneh dan membuatku nafsu ingin menghantamnya

Dengan sekuat tenaga aku mendorongnya ke belakang dan itu mengakibatkan setengah badannya terbentur ke lemari pakaianku yang membuatnya sempoyongan ke arah kasur..dan terjatuh dalam posisi tak wajar

“ AAAAaawwww…” Pekik Pak Alex kencang….sangat kencang..!

2 komentar:

  1. Hmm,, aku juga suka galau karena cinta sama sesama jenis.. Gan, boleh kenalan gk? Aku mau kenalan, jadi kalau agan mau kunjungi blog ku aja yah.. komen aja disana, atau balas email kamu disini.. :)

    http://khusus-cowok.blogspot.co.id/2015/08/rian-behind-rain.html

    BalasHapus