Kamis, 19 Februari 2015

Galau karena masih mencintaimu (Cerita gay) Part 19

Part 19 : Why u do this to me ?

GYM

Siang ini adalah hari terakhirku menjadi member di gym. Tak terasa sudah 3 bulan lamanya aku menjalani hari-hari melelahkan sebagai member di gym ini, kini aku harus mengakhiri keanggotaan tersebut pada hari ini juga dan kembali menjalani hari seperti biasa lagi seperti dulu lagi, kalaupun aku masih ingin tetap bugar seperti ini aku harus mengupayakan kebugaran itu di luar gym, karna sudah pasti aku tak akan mampu membayar keanggotaan di gym yang mahal ini.

Terima kasih sekali kutujukan pada Alex yang telah memaksaku tuk ikut mendaftarkan diri meski uang membernya dia yang menanggung. Akan tetapi ucapan terima kasih ini hanya bergaung di dalam hati saja karna tak mungkin aku mendatangi Alex lagi tuk mengucapkan hal itu. Aku sudah cukup kapok dengan tindak tanduknya yang diluar perkiraan, dia bisa berbuat apa saja tanpa bisa ku tebak.

Seperti yang baru saja dia lakukan 2 hari yang lalu, saat aku menjenguknya di rumah sakit,secara tak terduga dia mulai bertindak gila dan aneh dengan memegangi pergelangan tanganku dengan kuat dan tak mau melepaskan tanganku tuk pergi.

Selain itu aku juga tak mengira sama sekali karna dengan mudahnya dia membuka rahasia hubungan kami berdua pada Siti si ratu nyablak, padahal itu adalah hal yang sesungguhnya sangat rahasia buat kami, aku selalu berusaha menjaganya agar tak boleh ada orang yang tahu tentang ini apalagi Siti.

Huft ..ada-ada saja, andai saja Alex tak aneh seperti itu aku masih mau memaafkannya dan aku masih mau jadi sahabatnya meski dalam perjalanan hubungan kami sebelumnya sudah diwarnai dengan banyak percekcokan, perselisihan dan kesalahpahaman.

“ Dam, kamu mau latihan atau bengong aja??” kata mas Ando yang masih berdiri mematung di dekatku.
“ hehehe maaf mas, saya belum on..” sahutku
“ belum on ?... kamu treadmill dulu sana, biar semangat..”
“ tadi udah mas, tapi masih belum semangat juga nih, mungkin di guyur air dulu baru bisa semangat kali ya mas ?!”
“ ya terserah kamu lah, kan kamu yang tau gimana caranya biar bisa semangat, soalnya sayang lho ..kan hari ini hari terakhir kamu jadi member, lebih baik kamu manfaatin bener-bener ”
“ oke deh, saya mau ke loker dulu, barangkali dengan mandi bisa lebih semangat ya”
“ mandi aja ya, jangan yang lain..hehe”
“ yee emangnya mau ngapain ?!”

Aku bangkit dari bangku kecil dan menuju ruang loker yang tempatnya tak jauh dari hall utama latihan. Setibanya di pintu masuk, ada tiga member yang sedang berbincang-bincang di tengah jalan, nampaknya obrolan mereka serius, sampe-sampe mereka tak sadar bahwa jalanan tertutup oleh mereka, susah buat orang tuk melewati mereka.

“ maaf mas permisi!” kataku
“ oh ya..silahkan silahkan..” sahut salah seorang di antaranya yang badannya lumayan berotot dan berwajah lumayan manis

Aku melewati mereka dengan mengucapkan kata permisi dan agak membungkukkan diri , akan tetapi setelah itu aku merasa bahwa mata laki-laki si penyahut masih mengikutiku sampai ke depan lokerku.

Aku menoleh dengan cepat ke arahnya dan benar saja dia memang tertangkap basah sedang memperhatikanku, dia pun seperti kelimpungan karna malu dan langsung manggut sekali sambil dibarengi dengan senyuman manis.

“ aah ada ada aja..” batinku

Aku mulai melepaskan baju dan celana olahragaku dan menaruhnya di dalam loker dengan baik, kemudian aku mengambil sebuah handuk dari dalam loker dan segera kulilitkan ke pinggangku. Si penyahut tadi ternyata masih mencoba melirik ke arahku tapi aku tak mau menanggapinya, aku mau langsung mandi.

Setelah masuk ke bilik shower, aku mulai mengucurkan air dan mandi seadanya, hanya memakai sabun tapi tak pakai shampoo, karna aku hanya ingin menaikkan semangatku saja yang tak juga terbakar sedari tadi.

Brrrrr…ternyata dingin juga airnya, kalo begitu kuputar saja kran air panasnya agar nanti tercampur menjadi air yang hangat.

Ku oleskan shower gel murah meriah yang ku beli di swalayan ke badanku yang sudah lumayan jadi. Otot dada, bicep dan trisep terlihat lebih besar 2 x lipat dibanding dengan keadaan ototku sebelum aku mendaftar di gym, apalagi otot bahuku yang terlihat sudah 3 x lebih naik dibanding dengan ototku yang dulu.

Lalu ku oleskan shower gel ke bagian perutku yang sudah mulai rata tapi belum kentara packs nya, buncit yang dulu kupunya sudah pergi menghilang entah kemana, bulu-bulu halus dekat pusar masih menjadikan tubuhku terlihat sexy, kulitku juga makin sehat karna terlihat lebih terang dan lebih bersih dari sebelumnya.

Kubasuh semua gel yang menempel di tubuh dengan air hangat dan kuselesaikan aktifitas mandiku dengan segera. Ku ambil handuk dan ku keringkan semua bagian tubuhku yang basah. Setelah beberapa saat menikmati mandi di bawah shower, badanku jadi lumayan terasa segar dari sebelumnya dan kini aku semakin semangat dan bergairah kembali tuk latihan di hari terakhir ini.Ku lilitkan handuk dipinggangku dan bersiap keluar bilik.

Setelah diluar bilik, ternyata 3 orang tadi sudah bubar, hanya si penyahut tadi saja yang masih duduk di bangku panjang depan kaca besar, dia sedang merogoh-rogoh tas fitness berwarna kuning sambil bertelanjang dada.

Aku menuju lokerku, ku buka kuncinya, dan segera ku ambil pakaian gymku kembali, aku mau segera memakainya tapi laki-laki itu terus saja menatapku melalui kaca besar, aku jadi merasa risih diperlakukan seperti itu.

Buru-buru saja kupakai lagi pakaianku sambil tetap menjaga agar daerah vitalku tak tersingkap sedikitpun.

“ badannya bagus banget mas, udah latihan berapa lama?” katanya tiba-tiba mengagetkanku

Aku menoleh ke arahnya ternyata memang dia sedang berbicara padaku
“ hah bagus ??? enggaklah…badan mas yang bagus tuh..” sahutku dengan jujur

Badan laki-laki itu memang lebih bagus dariku, ototnya sudah terpahat semua dan kalo orang-orang gym bilang, ototnya sudah kering banget, mungkin persentase lemak ditubuhnya sudah sedikit banget.

“ haha…masa..kok malah jadi mas muji saya..”

Aku tersenyum sambil terus memakai celana olahragaku kembali.

“ udah member berapa lama di sini mas ?” tanyanya lagi
“ mmh dah 3 bulan..”
“ ooh..”
“ kalo mas udah berapa lama ?” tanyaku basa basi
“ saya sudah hampir 2 minggu di sini..sebelumnya saya lama di Fitness First”
Dia berdiri dan berjalan mendekatiku, matanya tak lepas dari menatap tubuhku, tangannya direntangkannya padaku dan mulai memegangi otot lenganku
“ nah ini bagus lho, bisepnya dah mantap, trisepnya dikit lagi juga jadi” katanya basa basi
“ ah mas bisa aja..”
“beneran lho…malahan saya kepengen kayak begini..” dia terus menekan-nekan lenganku

Menyadari situasi sudah mulai tidak enak, aku jadi berfikir tuk segera keluar dari sini…
“ ooh gitu…oke deh mas, saya mau latihan dulu..” kataku sambil pamit membungkukkan diri
“ lho..mau latihan lagi? Bukannya tadi udah mandi ?”
“ tadi mandi biar seger aja kok mas, latihannya sih belum..”
“ ooh gitu…”
“ permisi mas..”

Aku meninggalkannya di belakangku, dia masih saja menatapku walaupun sudah mau menuju pintu keluar.

***
Pukul 14:30

Setelah 2 jam latihan di gym, aku sudah merasa lelah sekali, berbagai macam alat kupakai dengan cukup intensif, hari terakhir ini kupakai untuk memantapkan otot dada dan bahu, ditambah dengan sedikit memainkan dumbell untuk menguatkan pondasi otot lenganku, semuanya ku gunakan sampai tenagaku terkuras semuanya, aku merasa puas sekali bisa all out di hari terakhir ini, mudah-mudahan otot yang sudah terbentuk pada hari ini akan bertahan setidaknya 4-5 hari ke depan.

Jam di hape masih menunjukkan pukul 2: 30 siang, aku masih malas tuk pulang langsung ke kosan, aku ingin menengok teman-teman di resto dulu tuk melepas kangen yang sudah menggelayuti sedari kemarin.

Resto

Kulihat di depan pintu masuk resto, ada Farah, Siti dan Nia yang sedang ngobrol serius dan tak menyadari bahwa aku sedang mendekat ke arah mereka, lalu si Siti tiba-tiba menoleh ke arahku, dan dia histeris kegirangan…

“ Aarrgghh..Adaam…! ” buru-buru Siti mendekati dan mau menerjangku, aku mencoba menghindarinya tapi dia mengikuti kemanapun arahku

“ ya elaah Adam lo belagu amat sih sama gw” katanya berpura-pura ngambeg
“ abisnya lo mau main serang aja ..” sahutku
“ hehehe gw kangeeeen tauuuk..” katanya sambil mencubiti pipiku dengan kedua tangannya
“ Aaargh …sakiiiit…,rese lu ya…. malu tau diliatin orang…” kataku sambil memijit-mijit pipi
“ iye..iye..eh masuk nyok, kite ngobrol di dalem, pak Alex kan udeh masuk lagi ...”
“ hah…dah masuk ? cepet amat sembuhnya”
“ iye..tapi die sih masih di dalem kantor aje, gak mau keluar, malu sama mukanye yang bonyok katanye..”
“ ooh..”
“ dah yuk temuin die!” tangan Siti menarik-narikku
“ ah enggak ah…di sini aja..” aku mempertahankan posisi berdiriku dari tarikannya
“ nape seh??”
“ nape..nape…lo tau sendiri deh alasannya ...”

Siti diam sebentar , dia mungkin sedang menggali memorinya tentang kejadian dulu di rumah sakit.
“ ooh itu…iye iye..gw ngerti ..aah itu sih cuekin aje deeh..yang penting lo masuk aje nyok…”
“ kagak..!!” tegasku sambil memelototinya

Lalu aku melihat Farah dan Nia sang pelayan lainnya masih saja sibuk ngobrol, kesannya mereka tak begitu peduli dengan kedatanganku.
“ itu si Farah lagi ngobrol apa sih sama Nia? Serius amat..” tanyaku
“ ah biasaa..ngobrolin tamu ganteng yang biasa langganan di kite..”
“ tamu ganteng ? yang mana ?” tanyaku penasaran
“ yang mane lagi…yang biasa lo orderin laaah..”
“ ooh ituuu..Pak Sultan namanya..”
“ nah lo tau tuh namanye..jangan-jangan lo dah kenalan yeee…dah tuker nomor hapenye lom? Hah hah hah…? ” selidiknya
“ udah doonk, gw dah tau namanya, gw tau nomor hapenya, en gw tau dimana dia tinggal..keren kaan??!!” candaku
“ Aaarrgh yang bener lo?? Asik asik. ..eh tapi…kok lo sampe minta-minta gitu sih…jangan..jangaaan lo juga suka yeee sama die …ayooo ngaku…! ” ledeknya
“sialan lo ....lo kira gw homo akut apa….sembarangan aja ngomong…kedengeran yang laen awas lo ya..” balasku dengan sedikit mengacak-acak rambutnya

“ aduuh …sial lu…KDRT banget seh…” katanya sambil merapikan kembali rambutnya
“ biarin…biar tambah jelek deh tuh rambut…”
“ yeee sirik aje sama orang cantique..”

“alaaah cantik dari alam baka…..ya udah deh Sit…gw balik dulu ya…gak enak lama-lama di sini..ntar Alex keluar lagi..”
“ yee biar aje..masa lo gak kangen sama bf elo..xixixi” ledeknya lagi

Aku memelototinya dalam-dalam agar dia tahu bahwa dia harus berhenti menggodaku, karna aku takut jika dia tidak berhenti maka yang lain akan mendengar ocehannya.
“ hehehe iye iye Daam, gw ngerti, gak usah melotot gitu juga kale…ntar copot lho mata lo…dah sono pegi..pegi yang jauuuh..”
“ sial lu…”

****
Kosan sore hari.

Pada pukul 3 sore, aku akhirnya telah kembali ke kosan, hanya saja aku belum masuk ke dalamnya, aku keburu dengar suara pak Luthfi yang sedang berteleponan serius di dalam kamar. kedengerannya Pak Luthfi sedang ngobrol dengan seseorang yang sepertinya mas Sultan. Mereka nampaknya sedang beradu argumen dengan sengit sekali, tapi apa topik pembicaraan mereka aku tak tau pasti, suaranya kadang keras kadang kurang jelas.

“ itu udah lama naak, bapak pun dah minta maaf sama kamu, tapi kalo permintaan kamu seperti itu, bapak gak bisa lakuin, kan kasian …., …. udah sama-sama…., lagi masa-………….”

Begitulah sedikit penggalan ucapan Pak Luthfi yang terdengar, beberapa memang kurang jelas ku dengar karna terhalang daun pintu yang lumayan tebal.

TOK TOK TOK

Aku memutuskan tuk mengetuk pintunya saja, ku merasa tasku ini sudah keberatan ku panggul di punggung belakang.

Pak Luthfi lantas membuka pintunya, dia masih menempelkan hape di telinganya lalu memberiku kode tuk segera masuk saja dan menutup pintu.

Setelah masuk, aku langsung mengeluarkan baju-baju basah dari dalam tas dan berniat menaruhnya di keranjang kotoran bekas pakai. Tapi selama itu pula, aku mendengar Pak Luthfi masih beradu mulut dengan penelpon yang ternyata memang benar itu adalah mas Sultan.

“ Aaah dasar anaaak..anaaak…udah gede malah makin ngelawan ..dari kecil di sayang-sayang eeh sudah besar malah begitu…” gumam Pak Luthfi setelah telponnya terputus

Aku memperhatikannya, dia membaringkan diri di atas ranjang sambil mengurut-urut kepalanya yang mungkin sedang pusing.
“ yaaa sabar aja pak, mungkin dia lagi ada masalah di kantor, makanya uring-uringan..” sahutku berusaha menenangkannya
“ mungkin saja…lagian biasanya kalo telponan sama bapak, dia santun dan gak berapi-api begitu kok”

Aku manggut-manggut saja, aku tak ingin menanggapi lebih jauh atau bahkan menanyai perihal apa dia dan mas Sultan beradu mulut tadi, aku tak ingin mencampuri urusan mereka, aku sadar aku bukan bagian dari keluarga, biar mereka saja yang menyelesaikannya sendiri.

Pak Luthfi duduk termenung di atas ranjang, matanya mengarah ke lantai yang tak berobjek, jelas sekali dia sedang melamun memikirkan sesuatu hal. Sementara aku masih membereskan tas fitnesku dengan baik ke lemari, hari ini adalah hari terakhirnya bertugas menemaniku pergi ke gym.

“ ini sebenarnya memang salah bapak sih, bapak gak bisa jadi bapak yang baik buat dia..bapak udah kecewain dia ” katanya lesu
“ emangnya bapak dah ngelakuin apa sih kok sampe nyalahin diri sendiri gitu?”
“ lho...kamu emang belum tahu cerita tentang bapak?”
“ tau apa sih pak ?” dahiku mengkerut

Mata Pak Luthfi terpaku padaku, “ bener.. kamu gak tau tentang bapak ?” lanjutnya
“ enggak…”
“ si Sultan gak cerita ?”
“ enggak”
“ ato si Zein mungkin ?”
“ mmh enggak, dia sih waktu itu Cuma cerita sedikit tentang mas Sultan, tapi gak banyak, ada beberapa yang saya gak boleh tau katanya..biar si mas Sultan aja yang cerita”
“ oh..gitu ….”

Aku jadi penasaran dengan Pak Luhtfi sebenarnya, ada hal rahasia apa hingga dia dan mas Sultan terkesan misterius begini

“ emang bapak itu gimana orangnya ?” tanyaku
“ emmm…bapak itu yaaa orang biasa aja, sama kayak orang lain..”
“ ooh…”
“ Cuma…. ada hal lain tentang bapak yang tidak lazim dipunyai setiap laki-laki…tapiii, biar itu si Sultan saja yang cerita, bapak gak mau dia marah-marah kalo bapak akhirnya buka mulut ke kamu..”
“ lho kok gitu…..dikirain bapak mau ceritain ke saya langsung”
“ enggaaak…bapak gak berani, nanti si Sultan malah marah besar lagi”

Aku bengong saja mendengar penjelasannya, bagiku jawaban Pak Luthfi hanya membuatku jadi bertambah penasaran saja, penasaran apa yang dimiliki pak Luthfi saat ini, padahal tadinya aku sama sekali tak ingin tahu menahu tentang dirinya.

****
Pukul 18: 10

Setelah selesai menunaikan ibadah sholat maghrib bersama Pak Luthfi sebagai imamnya, aku merapikan kembali sajadah-sajadah dan sarung yang kami gunakan. Bagiku ini adalah hari kesekian kali aku menunaikan sholat bersama Pak Luthfi, ternyata bacaan surat-suratnya indah juga terdengarnya di telingaku.

“ kok Si Sultan belum pulang juga ya dek?” tanya Pak Luthfi
“ masih sibuk ngerjain tugasnya di kantor kali pak..”
“ mungkin aja ya..!”
“ iyalah…..emangnya kenapa pak, Bapak lapar ya? Mau makan apa, biar saya yang beliin nanti..”
“ iya dek, dari tadi perut bapak udah kosong hehe..” katanya sambil memegangi perut
“ bapak mau beli nasi goreng ?, kan lumayan deket tuh jualannya, di depan situ kok”
“ ya udah boleh..apa aja yang penting perut bapak di isi..”
“ oke bentar ya pak, saya beliin dulu..tapi kalo bapak udah gak tahan, buka aja roti yang ada dikulkas ”
“ roti punya siapa?”
“ saya yang beli kemarin ..”

Aku pergi keluar kosan tuk mencari gerobak nasi goreng yang biasa mangkal di dekat kosan, tak jauh jaraknya, hanya sekitar 10 meter saja dari kosan.

Sesampainya di tukang nasi goreng, gerobaknya ternyata sudah di kerumuni oleh 3 orang pembeli, dan aku harus menunggu sampai 6 pesanan selesai di buat.

“ bang pesen nasi goreng 3 ya, semuanya jangan pedes-pedes banget..” kataku pada tukangnya
“ oke mas, duduk aja dulu di kursi..”

Aku kemudian duduk di kursi plastik yang disediakannya, sambil menunggu pesananku jadi, aku mengutak-atik hape TV chinaku.

***
“ ini mas , 3 nasi goreng gak terlalu pedes semuanya..” kata tukang nasi goreng beberapa saat kemudian
“ berapa mas?”
“ semuanya jadi 24 ribu”

Aku merogoh uang di saku celanaku, kudapati uang 25 ribuan lalu ku serahkan padanya dan dia mengembalikan kembaliannya secepat kilat.

“ ini mas kembaliannya..”
“ wiss ….cepet amat mas..”
“ hehe di kejar pelanggan mas..makasih ya”
“ sama-sama”

Kemudian aku kembali lagi menuju kosan, sepertinya mas Sultan sudah tiba di rumah karna saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 18:40.

TOK TOK TOK

Pintu di buka dari dalam, Pak Luthfi lagi yang membukanya
“ mas Sultan udah balik pak ?”
“ udah, tapi dia lagi mandi sekarang.”
“ ooh,…. nih pak nasi gorengnya..”
“ iya makasih ya dek..”

Pak Luthfi dengan sigapnya langsung mengambil piring 3 untuk kami, kemudian dia membuka satu bungkus buat dia..
“ ayo di makan bareng-bareng dek..mumpung masih anget”
“ iya pak, nanti saya tunggu mas Sultan aja..”
“ eh iya, ini pake duitnya siapa ?”
“ pake uang saya pak..emangnya kenapa?”
“ duh jadi gak enak, nanti saya ganti deh dek..”
“ gak usah pak, biar aja..”
“ udaah gapapa, kamu kan juga masih butuh uang tuk biaya hidup di sini..”
“ hehe gapapa lah pak, biar saya beramal dikit..”

KREK

Tiba-tiba pintu di buka dari luar, mas Sultan muncul dari baliknya, dia ternyata sudah mengenakan baju dengan lengkap dan menaruh handuknya di bahu. Aneh, biasanya kalau sehabis mandi dia masuk kamar dengan melilitkan handuk di bagian pinggangnya tanpa mengenakan baju sehelaipun.

Sekarangpun mukanya ditekuk, bibirnya tertutup dan matanya terlihat tak bersahabat, sesaat dia menatapku tadi dengan tajam dan aku sempat mencium sesuatu yang tidak menyenangkan dari caranya memandangku.

“ eh mas Sultan, dah mandi ya? Makan dulu nih, tadi saya beliin nasi goreng di depan..” kataku basa basi

Tapi bibirnya tetap saja tertutup, dia tak merespon ucapanku yang jelas-jelas lumayan terdengar keras . Dia malah sibuk membereskan baju kotornya dan melihat-lihat lemari yang nyata-nyata sudah rapi.
“ nyari apa sih mas?” tanyaku lagi

Kemudian tiba-tiba dia berpaling menatap Pak Luthfi
“ gimana pak, udah buat keputusan ?” tanyanya
“ keputusan apa sih naak?? “
“ ya tentang itu laaah, mana ada lagi hal lain..dari dulu juga itu permasalahannya..gak selesai-selesai juga”
“ Bapak kan udah jelaskan tadi, …bapak gak akan tinggalkan dia, kami sudah sama-sama tua …kasian dia kalo bapak tiba-tiba pergi meninggalkan dia karna memang kami sudah sangat sehati, lagipula pasti suatu saat salah satu dari kami akan butuh pertolongan.. butuh sesuatu !” jawab pak Luthfi sambil menghentikan makannya

“ Ya udah….kalo bapak gak mau ikutin apa kata-kata saya…bapak gak perlu ke sini lagi …saya gak mau ketemu sama bapak lagi !!” tegas mas Sultan
“ lho…kok begitu sih nak…kamu tega berbuat seperti itu sama bapak… Bapak kan gak punya keluarga lagi selain dia dan kamu…!”
“ TERSERAH !! Cuma itu pilihannya, bapak tinggalin dia atau bapak tinggalin saya..saya udah capek , saya udah muak sama ini semua!!” tegas mas Sultan lagi

Aku yang berada di tengah kemelut mereka jadi serba salah, mau menghindar tapi ragu tuk bergerak, mau bergerak takut jadi salah, jadinya aku merasa seperti batu di tengah deras arus sungai, hanya bisa menyaksikan percekcokan mereka dengan diam membisu.

“ Bapak gak nyangka kamu jadi keras seperti ini..keluarga kita gak ada yang kayak begini , semuanya lembut dan penuh kasih sayang..” kata Pak Luthfi

Lalu mas Sultan tiba-tiba jadi agak emosi, nada suaranya meninggi seketika..
“ Sebenarnya bapak tau gak sih isi hati saya..hah ???!...bapak jangan nurutin ego bapak aja doonk…apa bapak gak malu kalo lagi kumpul-kumpul sama keluarga besar…bapak selalu diomongin yang jelek-jelek…malu pak maluuu…”
“ biar saja…bapak gak peduli…toh bapak gak merugikan mereka …lagipula…memang imej bapak selalu jelek di hadapan mereka kok..”

“ ya itu karna bapak udah pilih jalan yang salaaah…jalan yang gak biasa…”
“ emangnya apa yang salah dengan jalan yang bapak ambil sih ??? ini pilihan hidup bapak, gak ada orang lain yang berhak ngatur-ngatur hidup bapak..termasuk keluarga besar sekalipun!, bapak yang jalani , bapak yang ngerasain..” kata Pak Luthfi dengan mata yang mulai berubah merah karena emosi.
“ AARGH..bapak ini…kalo dibilangin soal masalah ini ada aja alasannya…CAPEK SAYA..!!” kata mas Sultan sambil membanting pintu lemari

Suasana makin menegang saja setelah mas Sultan naik emosinya, aku yang berada di tengah-tengah mereka jadi ikutan gerah dan panass, nampaknya angin api neraka sedang melewati kamar ini.

Aku memperhatikan mas Sultan yang sedang emosi, wajahnya kelihatan tegang sekali nampaknya dia pusing dengan masalah yang dihadapinya, rambutnya di jambakinya dengan kuat.

“ NAK..!, kamu jangan terlalu memikirkan apa-apa yang dikatakan orang lah, itu hanya memperkeruh suasana hati kamu saja..lebih baik kita jalani hidup kita sendiri biar lebih terasa tenang ” kata Pak Luthfi
“ iya maas, lebih baik kita mikirin hidup kita sendiri aja…” kataku mulai ikut campur
“ DIAM KAMU DAM, !! JANGAN IKUT CAMPUR URUSAN KELUARGA SAYA, KAMU JUGA TERNYATA SAMA AJA KAYAK BAPAK SAYA..! GAK BEDA… SAMA-SAMA MENJIJIKKAN..!!!”

DEG….!! !

“ Hah…! Mas Sultan.. ..kok jadi tega gitu..salah gw apa..” batinku

Aku shock, detak jantungku berhenti, tubuhku terasa lemas mendengar dia membentakku , tak kusangka dia tega menghinaku dengan kata-kata sekeras itu.

“Astaghfirullaah…!! SULTAN..! mulut kamu kok jadi sadis begitu…!! tega kamu ya bilang gitu sama teman kamu sendiri..” pekik pak Luthfi sambil melotot
“ KENAPA?? SALAH…KALO SAYA BILANG DIA MENJIJIKKAN?? BERSEMBUNYI DI BALIK TOPENG , PADAHAL WAJAHNYA LEBIH BURUK DARI ITU…”
“ lho emangnya kenapa dengan si Adam siih?? apa salah dia…?” Pak Luthfi terus menerus membelaku

Aku masih tak berkata-kata, aku masih tak mampu merespon omongan pedas mas Sultan, aku shock dan sedih karna kata-katanya sudah menyakiti hatiku.

“ DIA ITU ……………..” mas Sultan mengambil nafas dan memperhatikanku dulu, jari telunjuknya mengarah kepadaku, nampaknya dia sudah siap menembakkan peluru tajam ke arahku

“ DIA ITU….HOMO!!”

" APA...!!!" pekik hatiku

Mataku membelalak terkejut atas tudingannya, kali ini nafasku yang terhenti mendengarnya , sesak rasanya ketika orang yang slama ini kusuka tiba-tiba menudingku dengan kasar, ada perasaan tak terima dengan perkataannya tapi ada juga perasaan pasrah karna hal ini memang benar adanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar