Kamis, 19 Februari 2015

Galau karena masih mencintaimu (Cerita gay) Part 17 (1&2)

Part 17 Bapak saya jangan di pegang !

Nafasnya tersengal-sengal, dia terbawa amarah yang meradang, mulutnya terus mencaci terus memaki , kakinya berusaha menendang-nendang Alex yang sudah tersungkur di lantai. Tampaknya dendam didadanya terus membuncah keluar membabi buta

Aku jadi agak ngeri dengan kemarahannya ini, mas Sultan tak biasanya bersikap luar biasa seperti ini, biasanya dia manis atau bersikap santai, aku mau mendekatinya juga agak-agak takut, takut kena getah pukulannya.

“ mas…udah mas..jangan di tendang lagi, ntar malah jadi panjang urusannya“ tegurku hati-hati sembari menunggu dia sadar akan keberadaanku

Dia menoleh ke arahku,mata dan wajahnya memerah, rambutnya amburadul,
“ biar aja Dam, saya paling benci sama orang yang kayak gini, gak tau aturan..!!” sahutnya

“ hah…apa maksud nya? Apa dia benci Alex? Apa dia udah kenal Alex sebelumnya?” tanya batinku

Ku coba bertanya lagi dengan hati-hati
“ kenapa ….benci sama Alex mas?, emangnya..mas udah kenal lama ?” tanyaku sambil memegang lengannya tuk menjauh dari Alex
“ bukan sama atasan kamu aja Dam, tapi saya benci sama HOMO !, mereka gak tau aturan !! ” sahutnya keras sambil menendang sekali lagi Alex

“APA…?? Mas Sultan benci sama gay? Trus kenapa dia terima gw di kosan??? Apa dia gak bisa baca tindak tanduk dan sikap gw??” pekikku dalam hati

“ dah Dam, ayo pulang…cari baju ganti dulu sana..” ajaknya sambil menarik tanganku
“ iya mas, sebentar saya ambil di loker”
“ iya, saya tunggu di sini..biar cecurut ini gak kabur..”

Aku beranjak pergi ke loker dan mencari-cari baju para staff yang biasanya bertebaran di loker. Setelah dapat satu aku kembali lagi ke depan, mas Sultan ternyata sedang berbicara keras sama Alex yang masih terbaring.

“ Saya gak akan tinggal diam, saya akan lapor security gedung, biar situ tau rasa.., biar gak ada korban lagi selain Adam!!”
“ Hahaha….lo peduli amat sih sama dia, pacaran lo ya berdua??!!, atauuu…malah lo udah en**t dia …hahaha” balas Alex sambil memegangi perutnya yang sakit
“ Homo Sialan …sembarangan aja lu ngomong…!” sahut mas Sultan sambil menendang Alex

“ maaas..udah yuk, kita pergi..!” ajakku
“ lo tunggu di sini, gw bakal panggil security “ ancam mas Sultan lagi serius

Aku dan mas Sultan pergi berlalu meninggalkan Alex yang masih kesakitan, aku sebenarnya merasa kasihan sekali melihatnya , aku tak tega melihat dia seperti itu, ingin aku menolongnya tapi rasanya aku tak tahu diri jika berbuat itu, mas Sultan sudah baik hati mau membantuku.

aku tau Alex orang baik, orang yang sabar, orang yang menyenangkan, makanya itu aku masih merasa kasihan, apalagi dia pernah jadi orang yang spesial dalam perjalanan hidupku kemarin-kemarin. aku menyesalkan perubahan sifatnya ini, mudah-mudahan dia bisa berubah lagi jadi orang baik.

****
“ mas mau lapor security? “ tanyaku pada mas Sultan saat menuju lobby gedung
“ iya…saya gak mau kasih hati sama orang yang udah kurang ajar begitu..!!’ tegasnya
“ mas….mending gak usah ya??!!” bujukku sambil menghentikan langkahnya

Dia menatapku tajam seakan mencari tahu kenapa aku berkata seperti itu padahal Alex sudah berbuat buruk padaku.

“ lho kok gitu, emangnya kenapa ?” tanyanya heran
“ kasihan mas…nanti dia bisa di pecat..”
“ ya biarin aja…., toh itu konsekuensi nya kalo dia berbuat jelek kayak gitu..” sahutnya sewot sambil melanjutkan lagi langkahnya

Aku menyetop lagi langkahnya, aku memegang lengannya.
“ iya… tapi…dia sebentar lagi mau menikah mas…kasihan kalo dia akhirnya dipecat, dia mau kasih makan apa istrinya ntar..!”

Mas Sultan akhirnya diam, amarahnya sepertinya reda seketika, nampaknya dia mulai berfikir bahwa laporannya itu akan mengakibatkan hal yang fatal pada Alex.
“ tapi dari kamunya gimana Dam, emangnya kamu gak dendam??”
“ insyaAllah enggak mas, saya gak apa-apa..”

Mas Sultan sejenak menatapku
“ oke kalo begitu ….tapi ada syaratnya..” katanya
“ kok pake syarat segala?!”
“ ya kalo gak mau, saya laporin nih..” dia mengancamku dengan melanjutkan lagi langkahnya
“ iya …iya deeh…apa syaratnya??” aku menyerah

Dia menyunggingkan senyum , sepertinya kemenangan kecil ada di tangannya sekarang
“ syaratnya….kamu harus berhenti kerja dari resto itu dan segera pindah kerja ke tempat saya..!” katanya sambil senyum lebih lebar kali ini.
“ huuuu itu sih maunya mas…”
“ ya udah…yuk lapor ..!” ancamnya lagi

“ heh heh…iya iya…saya akan keluar kerja…!”
“ kapan ?”
“ yaaa secepatnya…!” sahutku
“ gak bisa, harus besok..!!” katanya sambil menaikkan dagu tanda kemenangan

“ hah besok ?? kecepetan lah mas, masa mendadak gitu..”
“ besok !!” tegasnya
“ Aaarrgghh ….iya iya saya keluar besok..saya akan bilang ke HRD besok…puas??!!”
“ Puas!! “ sahutnya sambil menyunggingkan senyum kemenangan, “ dah yuk pulang…dikosan dah ada si Zein nunggu dari tadi..”
“ mas Zein? Tumben dia dateng ke kosan..”
“ iya ..dia mau nengok kosan kita yang baru katanya, malah dia pesen makanan..nih makanannya..”
“ apaan emangnya tuh?”
“ mie ayam..”
“ mie ayam yang di depan itu ?”
“ iya…kenapa?”
“ tadi saya baru ke sana beli itu…”
“ oh udah makan nih jadinya kamu ?”
“ belum sih, tadi itu buat atasan saya itu, saya sih gak mesen..”
“ ooh ya udah, kebetulan, ini ada satu buat kamu..”

Kami terus berjalan keluar gedung hingga menuju deretan tukang ojek yang akan kami sewa sampai ke depan kosan. Dalam hati aku senang, akhirnya aku kecipratan mie ayam juga dari mas Sultan, …emang rezeki gak kemana.

***
Mas Zein ternyata sedang terlelap di atas ranjang, dia kelihatan lelah sekali. Aku dan mas Sultan dengan diam-diam masuk kamar dan langsung menyiapkan piring tuk mie ayam, setelah semua beres mas Sultan pun membangunkan mas Zein tuk makan.

Zein terbangun dan sumringah melihat makanannya sudah hadir dan siap makan, tapi sebelum makan dia mencuci muka dan tangan terlebih dulu di kamar mandi.

Selama proses makan, mas Sultan menceritakan tentang peristiwa yang baru saja ku alami, dia menceritakan dengan menggebu-gebu dan kelihatannya sangat senang bisa menghajar Alex.

Mas Zein Cuma manggut manggut mengiyakan apa yang sedang diceritakan mas Sultan, nampaknya dia sudah paham akan kebiasaan mas Sultan yang sering bertindak keras terhadap kaum yang dikategorikan sebagai gay.

“ lagian sih kamu Dam, udah waktunya pulang bukannya cepet keluar malah di dalam aja bareng dia“ kata mas Sultan
“ bukannya begitu mas, saya tadi nemenin dia beli makanan, tadinya saya gak mau tapi berhubung yang lain gak bisa ikut anter jadinya saya yang anter dia deh” sanggahku
“ yaa harusnya kamu tau tindak tanduk dia sebelumnya donk, dia ada niat jahat atau enggak, jangan sampe kalo keadaan sepi kamu jadi korban kayak gitu lagi ” kata mas Sultan lagi

“ enggak maaass….saya gak tau…sebelum itu dia bersikap baik dan biasa aja kok, makanya saya kaget tiba-tiba dia nyergap saya dari belakang”
“ iya…iya gapapa yang penting sekarang udah selamat “ kata mas Zein menengahi
“ iya..untung aja saya ada niat jemput kamu tadi…kalo enggak, udah habis kali kamu di garap sama dia ..” kata mas Sultan
“ iya….makasih banyak ya mas, saya jadi berhutang budi banyak deh nih”
“ aah biasa aja Dam…gak usah kayak gitu banget”

Setelah acara makan-makan selesai maka cerita mas Sultan pun selesai pula, dia sendiri yang membereskan piring-piring dan gelas-gelas kotor ke dapur di luar kosan, di kamar mandi dia sekaligus mencuci gelas dan piring semua.

Aku yang penasaran dengan kepribadian mas Sultan sesungguhnya berusaha mencari tahu dari mas Zein yang sudah kenal lama dengannya.
“ mas..kenapa mas Sultan bisa sebenci itu sama gay sih ?” tanyaku pelan-pelan khawatir mas Sultan akan mendengarnya

Mas Zein menoleh dan menatapku
“ mmmh…saya beritahu kamu, tapi jangan kamu cerita-cerita lagi atau bertanya sama Sultan ya?”
“ oke, saya janji..!”

Mas Zein menarik nafas sebelum melanjutkan omongannya
“ dia punya pengalaman pahit berulang kali sama yang namanya gay, makanya dia gak bisa kalo ngelihat gay apalagi banci-banci lenjeh yang sering lewat di jalan…kamu jangan sampe kelihatan bawa-bawa temen kamu kalo dia banci, bisa-bisa dia ngusir kamu karna nganggep kamu gay juga..!”
“ mmmh gitu..okay…trus, emang pengalaman pahitnya kayak apa ?”

Mas Zein nampak berfikir
“ dia sering kali punya temen yang suka sama dia, gak cewe gak cowo, dia itu risih banget di tempelin sama orang yang agresif kayak gitu, apalagi cowo agresif…pernah beberapa kali dia digoda gay, banci, waria atau apalah namanya itu..…tau sendiri deh kamu, seganteng apa tuh si Sultan, siapa sih yang gak gemez liat mukanya yang keren gitu, apalagi dia punya body yang bagus …ngiler deh tuh homo-homo di sekitarnya..hehe”
“ ooh ….tapi..udah berapa lama dia kayak gitu sih, maksudnya benci kaum gay?”
“ sejak….orang tuanya pisah rumah…dan semakin menjadi-jadi waktu ibunya meninggal ”
“ kok bisa begitu ?”
“ emmh …maaf tuk yang satu ini kamu belum bisa tau…ini rahasia keluarganya, saya gak punya wewenang apapun tuk ceritain ke kamu…kalo kamu tau, kamu bisa tanya ke Sultan sendiri, tapi itu juga harus hati-hati dan melihat sikon”

Tiba-tiba pintu di buka, mas Sultan masuk dengan membawa baskom berisi piring-piring yang sudah di cuci..aku pun menyudahi pembicaraanku dengan mas Zein, rasanya sudah cukup bagiku tahu tentang mas Sultan lebih banyak kali ini.

Mas Sultan sedang sibuk membereskan sampah-sampah plastik bekas mie ayam, aku memperhatikannya dengan diam-diam, dalam hati aku tak menyangka mas Sultan mempunyai sesuatu yang tersembunyi, sesuatu yang dipendamnya selama ini, sesuatu yang misterius yang aku harus menggalinya satu persatu

Part 17 episode 2

Pagi

Sesuai dengan janjiku pada mas Sultan, aku pagi-pagi sekali sudah duduk di bangku lobby kantor manajemen resto menunggu Bu Anisa sang kepala HRD datang.

Padahal Jam di dinding kantor sudah menunjukkan pukul 07 lewat 45 tapi Bu Anisa belum juga datang. aku berkali-kali mengumbar senyum pada staff kantor yang berlalu lalang di hadapanku namun batang hidung Bu Anisa tak juga kelihatan di antara mereka.

Kalau saja aku masih masuk kerja di resto hari ini, aku akan masuk shift siang lagi dan akan pulang jam 8 malam lagi, itu artinya mau tak mau aku akan bertemu dengan Alex lagi.

Rasanya sudah mual aku mendapat perlakuan kasar dan aneh dari Alex sedari dulu, mulai dari memaki-makiku di resto, menyuruhku dengan kasar dan tanpa berkata tolong, mengerjai aku di bawah air terjun sampai memperkosaku di ruang kantor. Semuanya ternyata kalo dipikir-pikir adalah sudah jelas bahwa sifat aslinya memang tak menyenangkan seperti itu.

TIba-tiba Bu Anisa datang dengan tergesa-gesa dan melewati tempatku duduk tanpa melihat ke arahku.
“ Bu…bu Anisa..!” panggilku berusaha menghentikannya

Dia menengok ke arahku, “ eh Dam…bentar..bentar Dam…ibu absen dulu ya, udah telat nih”

Beberapa saat kemudian dia pun telah balik lagi ke depan..badannya yang agak gendut membuatnya terlihat lucu ketika jalan, Bu Anisa berkaca mata dan berjilbab, hidung dan pipinya sama-sama membulat..
“ ada apa Dam ?”
“ ada suatu hal yang harus saya sampaikan bu..”
“ penting banget ?”
“ iya..penting banget..”
“ emm ya udah, ayo ngomong di ruangan ibu aja”

Aku berjalan mengikutinya dari belakang menuju ruangannya yang berada di kamar paling ujung. Bu Anisa mempersilahkanku masuk dan duduk.

“ Saya mau resign bu.!” Kataku mantap setelah mengambil nafas
“ HAH…RESIGN ??? kenapaaa?? Kok mendadak ?”
“ gak kenapa-napa bu, saya Cuma mau cari suasana baru aja..”
“ suasana baru ? ya udah gak perlu keluar, kamu pindah ke outlet lain aja, kebetulan ada tuh outlet di Grand Indonesia, baru mau buka”
“ emmm…gak ah bu, saya udah mantap mau resign” tegasku
“ yaaa Adaam…kenapa buru-buru sih ?! nanti siapa yang gantiin posisi kamu di resto?”
“ yaa banyak lah bu, banyak yang pantes kok”

“ kamu ada masalah apa sih di sana.. kalo ibu boleh tau ?” sidiknya
“ enggak…gak ada apa-apa bu..!”
“ ya habisnya kenapa kamu mau keluar, kasih ibu alasan yang bagus doooonk, yang kuat gitu…kalo kamu mau suasana baru, kamu kan bisa pindah ke outlet di mall, kalo kamu bosen kamu bisa cuti dulu…tapi asal jangan karna masalah kenaikan gaji aja nih yaa, ibu gak bisa kasih..”
“ emm sayaaa…mau buka usaha bareng-bareng temen saya bu..”
“ usaha ? usaha apa ?”
“ yaaa fried chicken aja kok..”
“ yaaah Cuma fried chicken , di kira usaha gede…yang fried chicken di gerobak-gerobak gitu kan ?”
“ bukan bu, bukan yang di gerobak-gerobak gitu…tapi yang ini bakal buka outlet kayak KFC gitu “
“ ooh gitu…emang jabatan kamu di sana apa sih sampe kamu rela mau pindah ?”
“ Alhamdulillah akan menjabat sebagai supervisornya”
“ wow, hebat banget sih kamu, masih muda udah dapet tawaran gede kayak gitu…oke oke silahkan kamu lakukan apa mau kamu deeh, kamu mau keluar silahkan …mau tetep di sini malah jauh lebih baik”
“ makasih bu, saya tetep pilih resign”

****
Setelah berbicara panjang lebar pada bu Anisa mengenai rencana resign ku, aku pergi ke resto terlebih dahulu tuk membereskan berbagai macam barang, termasuk mengembalikan baju-baju seragam resto.

Keadaan di resto masih dalam keadaan kosong melompong dari tamu, beberapa anak buahku sedang melakukan tugas sehari-harinya. Pagi ini ada Farah dan Laura yang sedang mengelap-ngelap meja kasir.

“ Pagi Farah..pagi Laura!” sapaku
“ eh pagi kak Adam” sahut Farah sumringah
“ lho bukannya lo masuk malem Dam? “ kata Laura
“ iya…tapiiii… kayaknya kemarin hari terakhir gw masuk kerja deh” sahutku
“ hah…apa maksudnya kak?”
“ gw dah resign tadi sama Bu Anisa Far”
“ RESIGN ???” kata Farah dan Laura bersamaan, “ kenapa kak?”
“ gw dah dapet kerja yang lain, gajiya lebih gede..posisinya lebih tinggi”
“ dimana tuh ?” tanya Laura
“ mmh belum buka sih, masih dalam masa-masa persiapan tuk buka katanya”

“ jangan pindah donk kaaak, ntar jadi sepi deh di sini..”
“ hehe gw dah bosen di sini Far, gw butuh tantangan baru..biar karir terus nanjak”
“ ya elah Dam lo mo kayak wanita karir??!”

“ udah dulu ya, gw mau beres-beresin loker, gw buru buru nih, lagi di tunggu”

Laura nampaknya tak rela dengan kepergianku tapi Farah kelihatannya lebih gak rela lagi kalo harus berpisah tempat kerja dariku, keduanya masih menaruh hati padaku, dan mereka terlihat masih bengong-bengong ketika ku tinggalkan ke loker.

Setelah selesai membereskan macam-macam barang yang ada di loker, aku mengucapkan pamit pada semua orang yang masuk shift pagi hari ini, mereka semua merespon dengan keterkejutan, tak menyangka bahwa aku akan secepat ini keluar kerja.

Ada yang bengong, ada juga yang sampai menitikkan air mata sedih, tak ada respon kesenangan di wajah-wajah mereka, yang ada hanya respon kebimbangan dan kegalauan menyayangkan keputusanku yang mendadak ini.

*****
Pukul 10:00

Aku mendatangi kantor mas Sultan yang telah di tunjukkan sebelumnya oleh dia, kantornya terletak di lantai 7 dan sepertinya ini adalah kantor dari perusahaan yang bonafit, namanya cukup terkenal di telingaku, bahkan sesekali perusahaannya membooking resto tuk keperluan gatheringnya.

Aku melewati sebuah pintu kaca dan seorang petugas security di dalamnya, petugas ini kelihatan cukup keren karena seragamnya lumayan ngepress di badannya yang aduhai bentuknya.

“ selamat pagi pak, ada yang bisa saya bantu ?” sapanya dengan ramah
“ pagi..saya mau ketemu sama pak Sultannya pak”
“ oh pak Sultan, kalo boleh tau darimana bapak?”
“ dari saudaranya , Adam!”
“ oh ya, sebentar saya panggilkan, bapak silahkan duduk di bangku dulu”
“ trima kasih..”

Petugas itu kemudian masuk ke dalam dan secepat kilat membawa mas Sultan ke depan lobby.
“ kita ngobrol di dalam aja Dam..” ajak mas Sultan yang menggiringku sambil memegang bahuku

****
“ gimana,…udah keluar dari resto?” tanyanya antusias sambil mengutak atik mouse komputer
“ udah , tadi pagi sekali..”
“ trus gimana kata HRDnya?”
“ yaa gitu deh, dia tadinya gak rela saya keluar, tapi akhirnya dengan alasan yang jelas dia nyerah juga”
“ good choice…smoga kamu gak salah pilih..”
“ yaaa kan mas yang maksa saya tuk keluar..”
“ oh iya ya…hehehe…tapi bener… mudah-mudahan kamu gak salah pilih, dan bisa sukses bareng-bareng kita nantinya”
“ yaaa smoga sukses aja jualannya nanti, jadi saya terus langgeng kerjanya”
“ jangan kuatir Dam, kita akan sama-sama berusaha menaikkan pamor fried chicken kita, dengan produk yang beda dan terus berinovasi pasti kita akan terus langgeng”
“ amiin..”

“ emm gini Dam, kamu nanti mau pulang kan ?”
“ iya, kenapa ?”
“ kata Zein, di rumahnya udah ada bapak saya yang dateng tadi pagi, kata Zein, bapak saya mau ke kosan kita pagi ini juga, tolong kamu temenin bapak saya dulu ya nanti, tolong beliin makan siang juga buat dia, maafin kalo saya ngerepotin kamu”
“ kok datengnya ke rumah Zein mas ?”
“ ya dia kan belum tau kosan saya yang baru, makanya dia ke Zein dulu,…kalo rumah Zein , bapak saya udah hafal”
“ ooh gitu..oke deh saya pulang duluan”
“ ya udah, saya minta tolong ya Dam, makasih banyak..”
“ iya sama-sama mas..”

****
Pukul 12: 15

Akhirnya pada tengah hari Mas Zein datang ke kosan bersama seorang laki-laki setengah baya, kira-kira umurnya sekitar 50 an tapi wajahnya masih kelihatan segar dan warna kulitnya juga tidak kelihatan kusam sebagaimana orang-orang tua berumur 50an. Rambutnya ikal dan hitam seperti mas Sultan, kalo senyum, bibirnya menyunggingkan senyum maut semaut senyuman mas Sultan.

“ Aaahh anak bapak sama saja gantengnya” batinku

“ silahkan masuk pak!” sambutku di depan pintu
“ iya, makasih” sahut bapak itu

Setelah masuk, bapak mas Sultan sempat-sempatnya memperhatikan kondisi kamar kosanku, dilihatnya sekeliling kamar, diperiksanya dengan detail kondisi peralatannya..
“ kamu tinggal sekamar sama anak saya dek?” tanyanya setelah puas melihat-lihat
“ iya pak, baru aja saya masuk beberapa hari yang lalu..”
“ ooh..ya ya..bagus-bagus..”

Aku bengong memperhatikan bapak mas Sultan yang tak henti-hentinya memperhatikan kamar kami lagi, sementara mas Zein juga kelihatan diam saja dengan kelakuan bapak mas Sultan ini, sepertinya dia sudah faham dengan sifat bapak tua ini.

“bapak mau minum panas atau dingin ?” tanyaku memecah keheningan
“ makasih dek, saya air putih aja juga gapapa”
“ oh ya …mas Zein mau minum apa?”
“ sama aja Dam, air putih aja”
“ sebentar saya ambilkan”

Aku menyiapkan 2 gelas air putih untuk mereka, ternyata permintaan mereka tidak macam-macam, hanya air putih saja.

“ saya mau beli makan siang dulu ya mas ke depan, mas Zein sama bapak mau pesen apa?”
“ enggak Dam, saya gak usah, udah kenyang…tadi sebelum ke sini udah makan kok” kata mas Zein
“ saya juga gak usah dek, tadi udah makan duluan di tempatnya Zein “
“ oh gitu..ya udah deh, nanti sore aja belinya ya, sekalian makan bareng mas Sultan”

****
Sepanjang siang, bapaknya mas Sultan yang ternyata bernama Pak Luthfi ini hanya mengobrol, menonton dan tidur saja, aku maklum dengan keadaannya, mungkin di usianya yang 50an ini hawanya capek melulu, lagipula kegiatan apa lagi yang bisa dilakukannya di kosan yang sesempit ini.

Sementara mas Zein sudah pulang kembali ke rumahnya meninggalkan kami berdua di kosan.
“ Si Sultan kok belum pulang ya dek? Emangnya jam berapa kalo pulang ?”
“ biasanya sampe kosan jam 5 an pak”
“ ooh..”

“ eh dek, kamu bisa mijit gak ? badan bapak pegel-pegel nih..”

“ hah…mijit?? Bapak anak ternyata gak jauh beda, kesukaannya di pijit..” batinku

“ oh bisa pak…sini saya pijitin..” sahutku dengan wajah senang
“ sebentar saya buka baju dulu..”

Pak Luthfi tampak antusias dengan kerelaanku tuk memijitnya, diapun membuka pakaiannya dengan segera….akan tetapi ternyata bukan hanya bajunya saja yang ia buka melainkan seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya, alhasil dia tampil bugil di depanku saat ini.

Tanpa malu-malu dia bertelanjang ria di depanku, sebelum menuju tempat tidur dia sempat-sempatnya menggantungkan pakaiannya di gantungan yang ada di dinding.

Kalo laki-laki yang berumur 50an biasanya mempunyai batang yang sudah melempem, lain lagi dengan Pak Luthfi ini, ternyata batang kemaluannya masih terlihat cukup prima, masih tebal dan menjulur lumayan panjang, aku sedikit malu-malu melihatnya gundal gandul di bawah perutnya yang sedikit buncit, aku berusaha menjaga mataku agar tak ketahuan bahwa aku menyukai batangan juga.

DAG DIG DUG detak jantungku

Pak Luthfi memilih tuk di pijat pada daerah paha depan dulu, kontan saja aku langsung menolak, aku tak kuasa melihat itunya di hadapanku menjulur meledek birahiku yang tiba-tiba saja memuncak.

“ jangan pak, sebaiknya dimulai dari belakang dulu..biar gak salah urat nantinya” kataku mengatakan alasan yang mengada-ada
“ oh gitu ya??! Ya sudah dari belakang saja dulu”

“ hufft..akhirnya dia menurut juga sama gw, kalo enggak,… bisa-bisa gw kelimpungan nyembunyiin“dedek” gw yang bakalan ngembang juga” batinku

****
Pijat memijat berlangsung sudah hampir setengah jam, aku mencoba mengulur-ulur waktu untuk tidak membalikkan badannya ke posisi telentang, karna bisa berabe lagi kalo Pak Luthfi menyajikan batangan yang sedramatis itu di hadapanku.

TOK TOK TOK

Suara pintu diketuk dari luar, sepertinya sih mas Sultan yang mengetuknya karna ini sudah jam pulang kerjanya. Aku turun dari ranjang dan berjalan menuju pintu tuk membukanya.

“ alo mas..dah pulang ya..!” kataku basa basi
“ udah lah , udah ada di sini..eh bapak saya udah ke sini ?”
“ udah, tuh lagi di pijitin dari tadi..”
“ di pijitin???” sahut mas Sultan dengan mimik wajah kaget tak percaya

Lalu ia masuk ke dalam dengan terburu-buru, ia melihat Pak Luthfi sedang tengkurap dan bertelanjang ria.
“ dari kapan kamu mijit bapak Dam ?” tanyanya serius
“ udah hampir setengah jam mas…”

“ Errrghh…” katanya kelihatan kesal, lalu dia mengambil baju Pak Luthfi yang menggantung dan menghampirinya yang kemungkinan sekarang sedang terlelap.

“ Pak…Pak…bangun…!!” kata mas Sultan agak kasar

Lalu Pak Luthfi bangun dan menoleh ke mas Sultan..
“ eh kamu..udah pulang nak..”
“ bapak cepet pake bajunya, nanti masuk angin..”
“ si Adam lagi enak mijitnya kok nak”
“ enggak..! pokoknya bapak cepet pake bajunya…kalo enggak mending bapak pulang aja!!” kata mas Sultan kesal

“ Lho…kok mas Sultan begitu sama bapaknya, kasar banget..” batinku

“ biarin lah mas, tanggung …biar saya selesaiin dulu mijatnya” kataku menengahi
“ gak…biar aja Dam, kalo bapak mau di pijat , biar sama saya aja…kamu gak boleh sama sekali sentuh bapak saya…paham??!” tegasnya
“ ..paham..”kataku lemah

Aku terdiam mendengar kata-katanya yang tegas, tak biasanya dia bersikap begini, sudah 2 kali aku menemukan hal hal aneh dari mas Sultan. Pertama soal amarahnya yang membara kala bertemu dengan makhluk yang berjenis homoseksual, kedua adalah kasus yang ini, dia melarangku memijat bapaknya padahal ini hanya pijat biasa seperti yang biasa aku lakukan padanya., ada apa sebenarnya dengan mas Sultan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar