Kamis, 19 Februari 2015

Galau karena masih mencintaimu (Cerita gay) Part 25

Part 25 : mas Raka, loe gue end !

Pagi ini aku merasa senang sekali masuk kerja lagi, bukan karena hari ini hari gajian tapi karena hari ini kabarnya mas Sultan akan mulai ngegym lagi. Sedari bangun tadi pagi perasaanku terus menggebu-gebu tak sabar ingin bertemu lagi dengannya, padahal baru tadi malam aku pulang dari kosannya.

Perut keroncongan yang biasanya kualami setiap pagi pun kali ini sama sekali tak terasa, mungkin terhalang oleh rasa bahagia yang membuncah di dada. bayangannya tak juga teralihkan dari pikiranku sejak tadi malam, kadang aku tersenyum-senyum sendiri mengingat kejadian tadi malam dimana aku telah masuk ke kosannya lagi dan berteman lagi dengannya.

***
Kata mas Sultan, dia akan datang ke gym sore nanti, masih lama karena sekarang saja masih jam 10 pagi. Aku juga sudah berjanji akan mengusahakan diskon harga keanggotaan fitness buat dia dan aku akan paksa mas Ando untuk memberikan diskon sebesar-besarnya untuk temanku yang rupawan itu.

Tapi aneh , sampai jam 10 begini mas Ando belum kelihatan juga batang hidungnya, sudah kutanyakan pada resepsionis di meja depan 20 menit yang lalu tapi mereka bilang mas Ando agak telat datangnya karena harus mengurus sesuatu yang penting.

“ coba tanya lagi ah..” kata batinku sambil meninggalkan kantin yang masih sepi

Di meja resepsionis kebetulan ada satu staff perempuan dan 2 orang laki-laki muda yang penampilannya agak berlebihan , mereka mengenakan kaos V-neck berwarna pink, bercelana jeans pensil dan membawa tas besar layaknya ibu-ibu mau ke pasar. Mereka sedang memegang brosur promo gym yang baru, sepertinya mereka tertarik dengan promo di brosur itu.

“ Mbak, pak Andonya udah datang belum ?” tanyaku

Dari salah satu sudut mataku, kedua tamu itu tampaknya sedang memperhatikanku dalam-dalam, sepertinya mereka menemukan sesuatu yang membuat mereka terpana.

“ udah pak, baru aja”
“ sekarang dimana dia ?”
“ di kantornya pak..”
“ oh di kantor , makasih ya..” sahutku sambil tersenyum

Saat meninggalkan resepsionis sekilas mataku melihat ke arah 2 orang itu, ternyata mata mereka masih tak juga lepas dari memandangku. Dan belum jauh melangkah, aku mendengar sedikit obrolan mereka.

“ eh mbak, kalo gitu kita mau daftar langsung aja deh...kayaknya kita bakalan betah di sini .. ” kata salah seorang diantaranya dengan antusias
“ boleh…berapa orang yang mau daftar mas?” sahut si mbak resepsionis
“ kita aja berdua..”

****
Aku berjalan ke kantor mas Ando yang koridornya kini dinaungi lampu berwarna kuning dan lantainya ditutupi dengan karpet berbulu tebal berwarna biru, jadi terkesan nyaman dan mewah layaknya interior hotel.

TOK TOK TOK

“ masuk !!!” suara keras terdengar dari dalam

Aku membuka pintu dan minta ijin terlebih dahulu sebelum masuk, kulihat mas Ando duduk di balik meja kerja dan mengutak atik laptopnya. Akupun duduk di bangku yang ada didepan mejanya dan langsung mengutarakan maksudku menghadapnya.

“ diskon buat temen?, laki ?”
“ iya”
“ ganteng ?”
“ mmh iya”
“ lebih oke dari Alex ?”
“ lho kok nyamber-nyamber ke dia ?”
“ udaah jawab aja atau entar gak dikasih diskon ..!”
“ iya iya…dia oke, keren..orang mas juga dah kenal kok, pernah ngegym juga di sini dulu..”
“ siapa ? “
“ itu lhoo , yang kita pernah ketemu di nikahannya si Alex, yang kita ambil taksinya di luar “
“ oooh ituu, ya ya..”
“ namanya Sultan, keren kaan?!”
“ iya lumayan”
“ kok lumayan?! Segitu gantengnya kok “
“ hehe, jadi mau daftar berapa bulan dia ?”
“ 3 bulan aja, diskonnya sebulan ya ? ”
“ mmh , bayar 3 bulan gratis sebulan? Oke , tapi kamu jangan bilang-bilang sama member yg lain ya! ”
“ asiiik, don’t worry I promise , thanks ya om ganteng ”
“ thanks doaank, kasih cium doonk..” katanya seraya menunjuk-nunjuk pipinya
“ huuu dasar playboy… nanti ya kalo saya udah desperate hehehe”

*****

Menjelang sore aktifitas kantin bertambah ramai, para member gym sudah mulai berdatangan karena sudah jam pulang kerja. Mas Sultanpun sudah akan datang, dia sedang dalam perjalanan, ku bilang padanya kabari kalau sudah sampai sini.

“ pak, ada tamu di depan..” kata staff resepsionis yang tiba-tiba muncul di kantin
“ hah tamu ? siapa ?”
“ Pak Sultan katanya..”
“ oh , iya…makasih ya mbak..”

“Baru aja di ingat-ingat, eh tiba-tiba muncul” batinku

Aku bergegas ke depan seakan sudah tak sabar tuk bertemu lagi dengannya. Kulihat mas Sultan sedang menunggu di meja resepsionis dengan mata memandangi para pengunjung gym yang ada di ruang latihan, melihat wajah rupawannya hatiku jadi bertambah semangat mendekatinya.

“ hey mas…bukannya telepon dulu ke saya..” sapaku sangat ramah sambil menyalaminya
“ ah males, mending langsung panggil kamu aja ke sini..”
“ mas mau langsung latihan nih ?” tanyaku seraya melihat tas besar yang di selempangkan ke bahunya
“ boleh..tapi saya mau daftar dulu nih..”
“ gapapa mas langsung aja ke loker, nanti biar saya aja yang urus pendaftarannya..”
“ oh gitu…”

Tiba-tiba mas Raka datang ke meja resepsionis, dia langsung melempar senyum manis padaku dan melirik sekilas ke arah mas Sultan, sepertinya dia juga baru saja datang karena kemudian dia merogoh saku celananya dan mengambil kartu member gym dari dalam dompetnya tuk diserahkan ke mbak resepsionis.

“ trus kamunya gimana ? latihan gak ?” tanya mas Sultan
“ udah tadi waktu break siang..”
“ ooh udah..trus saya sendirian donk..” sahutnya kecewa

Aku berfikir sejenak, kasian juga kalau mas Sultan tak ada partner latihan di dalam nanti, apalagi dia baru gabung lagi di sini, lalu aku melihat ke arah mas Raka yang mau menuju loker.

“ mmh kayaknya mas Raka cocok jadi partnernya, mau gak ya dia temenin mas Sultan ?” pikirku

“ eh mas Raka, tunggu !”
Mas Raka berbalik badan, “ ya, kenapa Dam?”

Lalu aku menggamit lengan mas Sultan dan mengajaknya mendekati mas Raka,
“ kenalin ini temen saya, Sultan..” kataku mengenalkannya

Mas Raka memperhatikan sejenak mas Sultan, matanya tajam melihat ke arah mas Sultan.

“ Raka..” katanya sambil menyalami mas Sultan
“ Sultan..” sahut mas Sultan agak ragu-ragu
“ nah, gini lho mas Raka, saya minta tolong temenin temen saya dulu latihan, soalnya saya masih ada kerjaan, bisa gak ?”
“ boleh ..” sahut mas Raka dengan mata mendelik senang
“ mas Sultan , gapapa kan sama mas Raka aja dulu latihannya ?” tanyaku memastikan
“ enggak, gapapa “

Setelah saling berkenalan, mereka berdua masuk ke dalam loker dan meninggalkanku sendiri. Ada perasaan sedikit cemburu dihatiku saat melihat mereka jalan berdua tanpa memperdulikanku.

***

Jam di dinding menunjukkan pukul setengah 8 malam tapi pengunjung kantin masih saja berdatangan, sementara Jam kerjaku sudah hampir habis setengah jam lagi, kalau dipikir-pikir kepulanganku akan bersamaan dengan selesainya latihan mas Sultan.

Aku berencana tuk pulang bersama mas Sultan, maka dari itu aku sudah membereskan pekerjaan sedari tadi, kini tinggal menengok mas Sultan dulu yang sudah satu jam berlatih bersama mas Raka.

Suasana ruang latihan juga masih ramai oleh pengunjung, masih ada yang berlatih dengan serius dan masih ada juga yang berlatih dengan santai sambil mengobrol dengan member lainnya.

Ku cari mas Sultan dan mas Raka ke sekeliling ruangan, tapi wajah-wajah tampan mereka tak nampak satupun di sini. Walau satu persatu ku perhatikan wajah member gym yang ada di ruangan tapi tetap saja aku tak menemukan mereka.

Lalu aku berjalan ke dalam loker, ternyata keadaan di sini lebih ramai lagi daripada di ruang latihan. Ada yang sedang bersiap tuk pulang, mengganti baju ataupun bertelanjang dada sambil mengenakan handuk. Tapi tetap saja aku tak menemukan mereka berdua di dalam sini.

“ mmh ..apa mereka lagi mandi berdua ya ?” pikirku buruk
“ ah gak mungkin..mas Sultan bukan orang seperti itu, mas Raka gak akan mampu membuat mas Sultan begitu” lanjutku

Kemudian ku pergi mencari ke ruangan-ruangan lainnya, seperti ruang treadmill, squash dan tenis meja, tapi tetap nihil, tak ada batang hidung mereka ataupun bau keringat mereka yang tercium.

“ apa mungkin mereka udah pulang duluan ?” pikirku yang langsung mengecek ke resepsionis.

“ mbak, temen saya tadi udah pulang belum ya ?”
“ yang tadi manggil bapak ke sini ?”
“ iya….”
“ belum kok pak, dia masih ada, belum pulang ”
“ belum ? kemana ya?”
“ tadi sih 15 menit yang lalu saya lihat ada di ruangan sepeda pak, gak tau deh masih ada gak sekarang ?! ”
“ ruang sepeda ? ya udah makasih ya mbak..”

Aku langsung pergi ke ruangan sepeda, yup benar saja, mereka berdua ternyata sedang asik mengobrol sambil tertawa riang di atas sepeda statis yang di kayuh lambat. Sepertinya mas Sultan bisa cepat akrab dengan mas Raka.

Kubuka pintu kaca yang menghalangiku.
“ eh mas, dicari-cari juga ternyata ada di sini..” kataku
“ hehe kamu nyarinya kemana ?” sahut mas Sultan
“ ya ke semua ruangan…”
“ ya ampun sampe segitunya..” sahut mas Raka ikut campur

“ mas kapan selesainya, saya bentar lagi mau pulang nih..mau bareng kan ?! ” kataku
“ sebentar lagi,.. tapi Dam saya mau ke tempatnya si Raka dulu, ada urusan bisnis nih..” sahut mas Sultan yang membuatku langsung lemas

Sudah capek ke sana kemari mencarinya tuk diajak pulang bareng, ternyata dia malah memilih pulang bersama mas Raka. Semudah itu kah mas Raka mengambil hati mas Sultan.

“ oh, mau pulang sama mas Raka , ya udah gapapa...” kataku kecewa
“ tenang Daam, dipinjem dulu sehari, gak akan saya apa-apain kok..” ledek mas Raka
“ iya udah sana, saya sih gak masalah..gapapa” sahutku bohong sambil menahan kecewa
“ bener yaa?!” sahut mas Raka lagi
“ iyaa, oke saya balik duluan deh..bye mas” pamitku

Aku meninggalkan mereka dengan dada yang terasa sesak. Perasaan kecewa dan sebal tiba-tiba menyergapku, aku pikir mas Sultan akan pulang bersamaku tapi nyatanya tidak, dia malah memilih pulang bersama teman barunya itu.

Ada rasa marah juga pada mas Raka karena dia terus meledekku di depan mas Sultan tadi, kesannya aku tak rela kalau dia dekat-dekat dengan mas Sultan. Ingin rasanya memplester mulutnya agar tak mengucapkan lagi ledekan di depan mas Sultan seperti itu.

*****
Keesokan hari

Rasa kesal ternyata masih saja menggelayuti sampai di kosan tadi malam, pulang-pulang aku langsung rebahan di kasur dan mencoba memejamkan mata, tapi dengan mengingat kesalnya terus menerus malah membuatku tak bisa tidur. Akhirnya pagi ini mataku terlihat berkantung dan kendor, kelihatan sekali kalau semalam aku kurang tidur.

“ aah siaal..jadi kayak kakek-kakek begini deh…” kataku di depan cermin besar yang ada di loker.

Ku coba mencuci mukaku dengan facial foam agar terlihat lebih segar, aku tak mau orang-orang melihat kantung mata ini dan berkomentar ini itu yang membuatku malas mendengarnya.

“ mmh better..!” batiku saat memeriksanya di cermin



Kubereskan lagi pakaian fitnessku ke dalam tas gym, tadinya aku berencana ngegym dulu sebelum bekerja tapi kupikir-pikir lebih baik latihannya diundur saja sampai nanti sore biar bersamaan dengan jadwalnya mas Sultan, biar mas Raka tak punya kesempatan tuk berduaan lagi dengan mas Sultan.

“ wooy lagi apa mas?!” kata seseorang mengagetkanku

Ku tengok ke samping kiri ternyata ada choky si tampan berdiri dekat denganku, bibirnya menyeringai manis padaku.

“ ah Choky, saya kira siapa..ngagetin aja ” kataku sambil membereskan tasku lagi
“ maaf deeh gak bermaksud kook ” sahutnya dengan gaya bicara seperti perempuan
“ kamu mau latihan ya ?”
“ ya iyalah, emangnya mau ngapain lagi ke sini ?!”
“ haha sapa tau aja mau bantuin cuci piring di kantin..”
“ boleeh.. asaal…” dia berhenti sejenak sambil memandangiku

“ asal apaan ??”
“ xixi gak jadi deh, takut mas Adam marah..” sahutnya genit
“ yee gak jelas…..udah ya, saya kerja dulu..kamu bersihin nih loker ya ”
“ aiih emangnya saya pembokat..” keluar bahasa bancinya

Sebenarnya umur si Choky lebih tua daripada umurku, tapi berhubung dia orangnya manja dan hormat ke semua orang maka dia memanggil teman-temannya dengan sebutan “mas” walaupun lebih muda darinya.

****
Sore

Mas Sultan sudah datang, dia tadi sempat mampir dulu ke kantin tuk menyetor muka agar ku tahu bahwa dia sudah ada di sini, kemudian dia pergi lagi ke arah loker tuk berganti pakaian, akupun mengikutinya dari belakang tuk berganti juga.

Sesampainya di loker, ternyata sudah ada mas Raka yang mendahuluiku mendekati mas Sultan. Rasa cemburu langsung menyergapku lagi, ku sebal seakan-akan mas Raka menelikungku lagi seperti kemarin.

Aku menaruh tas di kursi panjang dan mengambil pakaian olahragaku keluar dari dalamnya. Sementara mas Sultan masih saja diajak bicara oleh mas Raka di dekat lemari loker di pojok ruangan. Obrolan mereka serius sekali sampai-sampai mata mas Sultan tak juga melirik ke arahku.

Daripada terus panas begini perasaanku, lebih baik aku berganti pakaian dan setelah itu langsung keluar meninggalkan mereka berdua.

Kutaruh tas di salah satu lemari loker yang masih kosong, kubuka pintu loker yang terbuat dari seng dengan agak kasar, mungkin bunyi engselnya terlalu berisik juga hingga akhirnya membuat mereka menghentikan obrolan dan teralihkan perhatiannya ke arahku.

“ kenapa Dam?” tanya mas Sultan
Dan tanpa melihat ke arah mereka aku menjawab ketus, “ gapapa..”

****
Petang ini pengunjung gym tak begitu ramai, ruangan latihan terlihat lumayan lengang, hanya beberapa member yang rutin datang saja yang hadir kali ini.

Mas Sultan dan mas Raka sudah tak terlihat mengobrol berduaan, mereka berdua sudah berpisah sekarang, mas Sultan ada di ruang treadmill sedangkan mas Raka sedang latihan dada bersama teman-teman yang lain.

Ini adalah kesempatan bagus untukku mendekat ke mas Sultan, mumpung dia sedang sendirian di treadmill aku akan mengajaknya ngobrol.

“ belum main alat mas ?” tanyaku basa basi
“ belum fit bener Dam, biar aja kardio dulu deh 2 – 3 hari ini..”
“ ooh..”

“ eh Dam, nanti kita main ke kosan kamu ya”
“ hah ke kosan saya? Mau ngapain ??” sahutku sambil hatiku jingkrak-jingkrak kesenangan

“ yaa pengen tau aja kayak gimana..”
“ ooh ya ya , boleeeh…saya habis latihan juga mau langsung pulang kok nanti”
“ ya udah kebetulan ”

“ yess, mas Sultan mau main ke kosan..!” batinku senang sekali

****
Beberapa menit kemudian

Baru di tinggal sebentar tapi mas Sultan dan mas Raka kini kembali mengobrol berduaan di ruang latihan, ingin ku timpuk saja mas Raka dengan dumbell karena selalu saja membuatku panas.

“ hey Dam, ke sini bentar..” panggil mas Sultan tiba-tiba, kupikir tadi dia tak melihatku di sini
Aku menghampirinya dengan wajah malas, “ kenapa mas?”
“ saya sama Raka mau makan diluar nanti, kamu mau ikut gak ?”
“ makan ? “

Aku langsung mikir macam-macam,
“ kok mas Raka berani-beraninya sih ngajak makan mas Sultan, trus mas Sultan juga kok mau-maunya diajak padahal kan udah ada janji sama gw ?! ”

“ kan mas tadi bilang mau main ke kosan saya ?” tanyaku mengingatkan
“ yaa itu sih bisa besok-besok Dam, sekarang kita makan-makan aja dulu” sahut mas Sultan
“ enggak ah mas, saya gak ikut, cape..” jawabku malas
“ yaa kok gitu…ayo ikut ajaa..nanti mas Raka yang traktirin kok ”
“ udahlah kalian berdua aja sana, saya bener-bener cape..mau istirahat di kosan aja…”

Aku langsung pamit pulang duluan pada mereka dengan membawa perasaan yang lebih kecewa dari pada kemarin. Aku jadi makin malas saja pada mas Raka karena menggangguku lagi kali ini, mas Sultan juga tega sekali padaku padahal dia sudah bilang mau main ke kosanku sebelumnya.

“ Dasar gak punya pendirian..!” pikirku kesal

****
Hari hari selanjutnya ternyata keadaan tak berubah, kedekatan mas Sultan dan mas Raka malah makin menjadi-jadi. Mereka lebih sering pergi keluar berdua, entah kemana saja aku tak tahu pasti, kadang mas Sultan bilang tapi kadang juga tidak, seperti sudah jadi pasangan yang tak dapat dipisahkan saja.

Mas Sultan juga makin jarang menemuiku di kantin, dia lebih senang langsung ke ruang latihan karena dia pasti sudah terlebih dulu membuat janji dengan mas Raka tuk latihan bersama. Teleponpun mas Sultan makin jarang , kalaupun menelpon dia hanya menanyakan tentang menu makanan yang ada di restoku dulu, sungguh aneh sekali.

“ mas Ando, ..tuh si mas Raka kok bringas banget ya..?!” Aduku pada mas Ando di kantornya
“ bringas gimana?” tanyanya dengan muka serius
“ yaaa mas Sultan temen saya itu masa mau digarap juga..”
“ hah digarap?? Maksudnya?”
“ aaah mas Ando nih, pinter banget sih..maksud saya mas Raka ngedeketin mas Sultan melulu…!”
“ oooh, dikira garap apaan.., yaa biarin aja sih emangnya kenapa? Kamu jealous ?”
“ yaa bukan itu juga, saya cuma khawatir aja mas Sultan didoktrin jadi gay sama mas Raka, habis itu ditelanjangi dan diperkosa habis-habisan deh ”
“ ya enggaklah, ngaco aja, si Raka gak kayak begitu, dia orangnya baik kok, ”
“ ya iya dia baik siih, tapi kalo mas Sultan jadi nempel ke dia melulu gitu kan saya jadi panas terus..sekarang aja mas Sultan jadi lupa kalo dia temenan sama saya, nemuin saya enggak, telpon saya juga udah jarang”
“ yaa mungkin dia udah ketemu jodohnya kali sekarang..”

Dibilang begitu aku jadi terdiam merenung memikirkan kemungkinan itu. Rasanya hopeless kalau mas Sultan dan mas Raka ternyata berjodoh satu sama lain. Padahal ingin rasanya mas Sultan selalu ada di dekatku , selalu bersamaku dan tak teralihkan perhatiannya dari diriku sedetikpun.

****
Di luar kantor mas Ando

Jam di tangan sudah mengarah ke angka 8 malam, sebentar lagi sudah waktunya pulang. Kata mas Sultan sejam yang lalu, dia mau main ke tempatku karena mau menebus kunjungannya yang gagal beberapa kali kemarin-kemarin. Aku sih tak berharap banyak dia akan menunaikan janjinya kali ini, karena sebelumnya dia selalu membatalkannya lagi dan lagi.

Kucari di ruang latihan mas Sultan sudah tidak ada, padahal 10 menit yang lalu sebelum aku ke kantor mas Ando, mas Sultan masih ada di sana sedang mengobrol dengan mas Raka.

Lalu aku masuk ke dalam loker tuk melihat apakah dia ada di dalam dan sedang menyiapkan diri tuk pulang bersamaku. Tapi ternyata keadaan ruang loker sudah sepi, hanya ada 2 orang di ruang sauna tapi itupun bukan mas Sultan ataupun mas Raka.

“ kemana ya ?” pikirku

Tiba-tiba dari arah bilik shower terdengar suara 2 orang yang sedang berbicara pelan. Lalu aku mendekatinya tuk memastikan siapa mereka dan apa yang mereka bicarakan.

“ duh pelan-pelan doonk ..” kata salah seorang diantaranya, suaranya lumayan kecil tapi masih bisa terdengar jelas karena gaungnya menyebar ke dinding.
“ iya ini juga pelan-pelan, awas basah kena muncratannya..” sahut orang satunya lagi
“ Aww…! pelan-pelan doonk ” pekik orang pertama
“ xixixi maaf “

Dari bunyi suaranya aku merasa familiar dengan suara-suara ini, yang satu seperti suara mas Sultan dan satunya lagi suara mas Raka.

“Tapi apa yang mereka lakukan di dalam bilik itu? Apa yang lagi diomongin tadi ? ” pikirku penasaran

Kulihat tirai shower tertutup rapat dan itu makin membuatku jadi curiga saja dengan perbuatan yang mereka lakukan saat ini.

Tak lama keduanya keluar dan aku sangat shock saat melihat mereka bertelanjang dada dan hanya mengenakan handuk yang dililitkan di bagian bawah tubuh, apalagi ekspresi wajah mereka juga langsung terkejut melihatku berdiri di depan mereka.

“ Mas..ka kalian habis ngapain ? ”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar