Kamis, 19 Februari 2015

Galau karena masih mencintaimu (Cerita gay) Part 21

Part 21 : The wedding

Setelah aku menandatangani kontrak kerja di kantor, mas Ando langsung mengajakku menuju area kantin yang ada di sudut lain gym, hanya beberapa langkah melewati 2 kelokan, kami melewati bagian recepsionist, dia sempat mengenalkanku pada staff yang kebetulan sedang ada di situ. Ada 3 orang yang sedang berada di meja depan, 2 perempuan dan 1 laki-laki, mereka memberikan senyum lebar untukku.

“ ini captain baru di kantin kita guys“ kata mas Ando
“ wah captainnya muda sekali ya pak” kata satu staff perempuan
“ yeee awas lo ya jangan di gebet, lo kan suka jelalatan kalo liat laki ganteng dikit ” sahut staff yang laki-laki
“ huu ada juga lo kale yang jelalatan..!” balas perempuan itu
“ ssst …ah berisik aja lo berdua, gw aja yg suka tetep kalem ..heboh amat sih” kata staff perempuan yang lain

“ hehe…ya walaupun masih muda tapi kalo Pak Adam udah berpengalaman kerja ..kenapa enggak ?!” potong mas Ando
“ oh ya saya ingat, bapak kan member sini juga ya ?!” tanya staff laki-laki tadi
“ iya bener , saya sempet jadi member sini..”
“ tuuu kaaan, laki cakep pasti lo inget..!” ledek yang perempuan
“ hehehe..brisik lo ah..!”

Lalu mas Ando mengajakku lagi ke bagian dalam gym, melewati ruangan sepeda dan squash baru kami sampai di kantin, kantinnya memang bersih dan nyaman, enak sekali kalo dipandang, dari tampilannya terlihat seperti interior café dengan warna dinding dan furniture yang gelap tapi lembut.

“ nah ini kantinnya Dam..!” kata mas Ando
“ iya mas, saya udah pernah ke sini kok ”
“ hehe… siapa tahu aja belum pernah kesini..”

“ mmh…. di sini ramenya itu pas malam, pas member gym pulang kerja, kita gak Cuma nyediain minuman jus aja tapi juga minuman sehat racikan kita sendiri dan juga makanan-makanan sehat seperti salad atau sandwich ”
“ mmh oke..”
“ayo sini saya kenalin sama anak buah kamu ”

Mas Ando menuju ke sebuah meja yang bentuknya seperti meja bar sepanjang 3 meteran berwarna hijau pastel juga, di meja bar bagian dalam ada sebuah mesin kasir dan beberapa buku menu yang tersusun rapi disampingnya.

Di bagian dalam meja bar kantin juga ada seorang laki-laki dan seorang perempuan yang sedang beres-beres
“ San..!” panggil mas Ando

keduanya menoleh ke arah kami
“ ya pak..!” sahut yang perempuan
“ ini Pak Adam, mulai hari ini dia akan jadi captain kalian di sini..!” kata mas Ando

Perempuan itu tersenyum , dia segera menjulurkan tangannya
“ hai pak, saya Santi !”
“ hai Santi apa kabar ?” sahutku
“ baik pak..!”

Tak lupa laki-laki di sebelah Santi juga menyalamiku
“saya Aan pak..!”
“ halo juga An..”

Ternyata Aan memiliki wajah yang masih mulus bersih, tak kulihat satu spot hitam atau kerutanpun di kulitnya, membuatnya seperti belum pernah dijamah oleh seorangpun. Perawakannya sama seperti anak-anak muda jaman sekarang, kurus dan tinggi dengan massa otot tubuh yang bisa dibilang kurang karna saking kurusnya.

“ nah kalian sudah kenalan kan, saya bisa tinggal ya, nanti kalo ada apa-apa kalian lapornya ke Pak Adam aja..” kata mas Ando
“ oke pak..!” sahut Aan

Mas Ando pergi meninggalkan kami bertiga, setelah itu aku langsung melihat-lihat kondisi kantin dan kursi mejanya, ku cek satu persatu keamanan dan kebersihannya agar tamu yang datang merasa senang dan nyaman duduk di kantin ini.

“ San, dapurnya mana ?” kataku yang juga ingin mengecek kebersihan dapur kantin
“ ini pak!” dia menunjuk sebuah pintu di belakangnya

Aku berjalan mendekati pintu, kubuka dengan perlahan pintu yang bermodel pintu koboy ini, ternyata di dalam sudah ada seseorang yang sibuk dengan sayur-mayur di meja.
“ oh ternyata ada orang ya..!” kataku basa basi

Orang itu melihatku tapi masih bengong saja, mulutnya masih terkatup belum membuka, mungkin dalam hatinya dia bertanya-tanya siapa aku dan kenapa aku masuk-masuk ke wilayah dapur segala.

“ dia captain kita mas..!” kata Santi membantuku menjelaskan posisiku pada laki-laki itu
“ ooh captain..hehe saya kira siapa…kenalin pak, saya Rahmat..” katanya ramah sambil mendekatiku
“ saya Adam..!”
“ maaf pak, tadi saya gak tau, di kira siapa masuk-masuk dapur..”
“ gapapa, saya juga belum kenalin diri kok..karna memang baru masuk pagi ini ”
“ lagian biasanya karyawan sini pake kaos seragam fitness yang biru pak..kalo gak pake itu mana saya tau bapak karyawan atau bukan..”
“ iya nih, tadi baru di kasih seragamnya sama Pak Ando, belum sempat di pake..”
“ pake lah pak, nanti baju bapak kotor lagi..”
“ iya-iya ini juga lagi cari tempat tuk ganti..”
“ ganti di sini aja lah pak, gak usah malu-malu..hehe ”

Aku tersenyum lalu mulai mengganti bajuku di pojokan dapur dengan kaos seragam biru yang kubawa-bawa dari tadi.
“ wuiih bapak, ternyata keren juga bodinya !” puji Rahmat
“ ah kamu…bisa aja..”
“ emang sih pak, kalo kerja di tempat fitness begini, mau gak mau bodi juga harus bagus …biar pantes gitu kelihatannya..iya gak pak ?!”
“ hehehe iya lah, biar pantes ya..”

***
Beberapa saat berlalu

“ San, umur kalian berapa sih, kok kayaknya masih pada muda ya..” tanyaku
“ saya baru 19 pak, kalo Aan 20, nah mas Rahmat paling tua di sini, dia udah 25”
“ 25 ? udah kawin dia ?”
“ udah, dah punya anak 1 ”

Aku manggut-manggut, ternyata Rahmat umurnya berbeda 3 tahun denganku, pantas wajahnya kelihatan lebih senior dibanding yang lain. Dari rambutnya juga kelihatan sih, hampir separuh kepalanya mulai diliputi kebotakan, mirip mantan bintang bola dunia Zinedine Zidane.

“ trus ada berapa staff kantin semuanya San?”
“ dari kita pagi ini udah 4, …nanti siang dateng lagi 3…2 laki 1 lagi perempuan”
“ trus captainnya ?”
“ captainnya ? kan bapak !”
“ Cuma saya ?”
“ iya..emangnya kenapa?”
“ enggak…saya pikir di sini ada 2 captain..”
“ Cuma 1 pak, bapak aja..!”
“ trus captain sebelumnya kemana ?”
“ di mutasi ke cabang lain yang baru buka”
“ ooh”

****
Pukul 10

Suasana kantin pagi-pagi begini masih cukup sepi karena memang member gym belum begitu banyak yang fitness pada pagi hari khususnya di hari kerja begini, baru ada 3 member gym yang mampir ke sini tadi membeli minuman dan sandwich , satu laki-laki dan dua perempuan.

Saat ini Santi sedang mengurusi buah-buahan di dapur menemani Rahmat dan Aan kelihatannya tak ada kerjaan, dia sedang menggonta ganti CD musik tuk di setel di ruang kantin ini, sementara aku duduk sendiri di kursi kantin dengan berbagai macam kertas kerja yang harus kupelajari satu persatu agar aku paham akan kondisi dan situasi kantin yang ku kepalai ini.

Aku mencoba konsentrasi pada kertas-kertas ini, tapi tak bisa, sesekali konsentrasiku buyar dan berpencar, bayangan mas Sultan dan kejadian semalam hadir mengusikku, sepertinya aku masih tak percaya dengan tindakan mas Sultan semalam, karna biasanya kami akrab seperti akrabnya sepasang kekasih, kemana-mana selalu bersama.

Sebenarnya ingin sekali aku menjelaskan padanya bahwa aku memang gay tapi bukan gay seperti yang ada di benaknya ,yang centil dan selalu menggoda setiap ada laki-laki yang tampan ataupun sexy lewat, akan tetapi ketegasan dan kekerasan mas Sultan menghalangi itu semua, percuma saja ku jelaskan kalau dia sendiri tak berfikiran jernih, mudah-mudahan di lain waktu aku bisa mendapatkan kesempatan yang baik tuk berbicara dengannya, karena jujur, aku tak mau jauh-jauh darinya.

Aku jadi teringat pertama kali aku melihatnya dulu, waktu itu dia masih lebih pendiam dari sekarang, jangankan sama aku, sama orang lain saja dia tak pernah kelihatan mengobrol. Untung saja aku bisa berdekatan dan kenalan secara tak sengaja di lift macet waktu itu, dan walaupun sudah terjebak di lift berduaan, perkenalan kami baru dimulai bermenit-menit kemudian .

(huft) “ I miss u ..” batinku

Aku kangen saat-saat itu, kalau boleh memilih aku lebih baik berada di dalam lift itu saja selamanya berdua dengannya dan akan selalu memandangi wajahnya yang bersih nan rupawan dan penampilan tubuhnya yang menawan walau dengan kondisi sekarat kurang minum dan kurang makan.


****
Kosan Dena

“ gimane kerjaan lo Dam?” tanya Dena sambil menyeruput teh hijau hangat ke dalam mulutnya, hangat uapnya memburamkan kaca matanya yang tebal
“ yaaa lumayan lah…”
“ lumayan gimane?”
“ enak… anak buah gw juga welcome sama gw..”
“ tempatnye enak ? sama resto kita gimane?””
“ lebih enak lah, soalnya jauh lebih kecil dari resto, jadi gak cape mondar mandir“
“ ooh… bagus deh kalo enak…tapi gajinye berape emangnye?”
“ sama lah kayak di resto, tapi tip nya Den, lumayan..”
“ kok bisa?”
“ katanya sih member gym situ pada royal Den, maklum banyak orang tajir di situ..kalo gak tante-tante ya om om”
“ lo dapet tip donk hari ini ?”
“ beloom, baru juga kerja sehari, besok baru gw dapet bagian, soalnya dibagi rata perhari..”
“ ooh gitu, jangan lupa ye traktirannye! Hehe”
“ iya Deeen gak usah khawatir, kalo dapet langsung gw traktir deh lo..”
“ siip lah…tapi bayar dulu sono uang nginep sama ibu kost, ntar nyap-nyap lagi mulutnye loh..”
“ oh iya hampir gw lupa..”

kurogoh dompet yang berisi beberapa lembar uang puluhan ribu, ku ambil sedikit dan kuberikan ke Dena
“ nih ..!”
“ pas gak nih ?..”
“ pas donk…eh ada kamar yang kosong gak ya Den, gw mau banget tinggal di sini, deket soalnya!”
“ tinggal ngesot sih ya…hehe…ntar deh gw tanyain, tapi jangan berharap banyak dulu ye, setau gw sih dah penuh..”
“ iya dah gw tunggu jawabannya..”

“ eh Dam, besok lo dateng ke kawinannye Pak Alex kan ?”
“ gak ah..”
“ kenape ? bukannye elo sohibnye?”
“ mmh gw gak bisa Den, gw baru juga masuk kerja, masa udah harus ijin..”
“ yaa kok gitu”
“ ya mau gimana lagi, habis kantinnya rame Den”

Aku berikan berbagai macam alasan pada Dena agar aku tak datang ke pernikahan Alex karna memang dia tak tahu hubunganku dengan Alex sedang tidak akur, malas sekali rasanya kalo harus bertemu muka lagi dengan Alex, walaupun dia berwajah tampan tapi tampannya itu sekarang adalah tampan yang antagonis seperti dalam sinetron-sinetron di tv, yang membuat muak orang yang melihatnya.

****

Keesokan hari

Pagi ini aku masuk shift pagi dan tugas dipagi hari adalah membereskan dan menyiapkan kantin agar bersih dan nyaman, tidak boleh ada kotoran ataupun noda-noda di area kantin, penataan furniture-furniturenya juga tidak boleh berantakan.

Kali ini aku ditemani oleh ketiga anak buah yang kemarin juga masuk shift pagi, Aan, Santi dan Rahmat.

“ Pak, ini formnya ” kata Rahmat sambil menyerahkan kertas-kertas berisi daftar bahan-bahan makanan, minuman dan buah-buahan yang harus segera dipesan guna menutupi stok yang menipis.
“ oh iya..makasih..ini dah lengkap semuanya ya, gak ada yang ketinggalan ?”
“ gak ada pak..”

Aku mengecek daftarnya satu persatu dengan teliti di meja bar kecil dekat mesin kasir, tulisan Rahmat kelihatan rapi sesuai dengan orangnya yang juga rapi.

“ Pak, saya pesen kain pel baru donk, yang ini dah mau patah nih..!” kata Aan tiba-tiba
“ mmh dah mau patah ?, tapi sekarang masih bisa dipakai gak ?”
“ masih sih tapi takutnya patah aja waktu dipake depan tamu ...”
“ ya udah pakai itu aja dulu sekarang, nanti saya pesen ke Pak Ando..”

Anak itu berbalik badan dan melanjutkan beres-beresnya, sementara daftar bahan-bahan makanan dari Rahmat tadi sudah selesai ku cek semua, sekarang tinggal ke mas Ando tuk di Acc.

***
Kantor Mas Ando

“ sini masuk Dam..” suruh mas Ando setelah membuka pintu

Ruangan mas Ando biasanya kelihatan rapi tapi sekarang malah agak berantakan, nampak beberapa spanduk gym yang teronggok di pojokan, mungkin akan ada promo baru karna dari tulisannya sudah tertera jelas.

“ ada apa Dam ?” tanya mas Ando yang langsung sibuk lagi di mejanya
“ ini ada pesenan stok bahan-bahan keperluan kantin mas..”

Aku menyerahkan lembaran form pemesanan yang telah dibuat oleh Rahmat tadi, mas Ando pun langsung mengeceknya.
“ini dah semuanya?”
“ udah mas..”
“ oke tinggal telpon aja suppliernya..” mas Ando memberikan lagi form itu padaku
“ siap mas!” aku langsung pamit

Tapi sebelum sampai pintu, mas Ando memanggilku lagi
“ eh Dam..”

Aku menoleh
“ ikut saya yuk ntar malem..”
“ kemana ?”
“ makan-makan aja..”
“ makan-makan ? sama siapa lagi ?”
“ kita jalan berdua aja, tapi ntar di sana juga ketemu banyak orang”
“ mmmh…”
“ mang kamu ada acara malam ini?”
“ gak ada sih mas..”
“ ya udah ikut aja…ngapain di kosan aja”
“ oke deh, boleh..”
“ nah gitu donk, kita berangkat jam 7 an ya..”
“ jam 7 ? kan belum tutup gymnya mas? Nanti siapa yang jagain ”
“ ah biar aja, ada anak-anak, ditinggal juga gapapa”
“ oh gitu..”

Sebenarnya aku malas mengiyakan ajakan mas Ando tapi dia terus memaksa, mungkin dia
memang sedang tak punya teman jalan untuk pergi, biarlah sesekali aku jalan dengannya, hitung-hitung balas budi karna dia telah memberikanku pekerjaan di sini, karna atas budinya aku bisa survive lagi.

****

Jam sibuk

Keramaian kantin mulai terasa pada pukul 9 pagi ini, mungkin karna hari ini hari sabtu jadinya para member gym sudah datang di pagi hari, berbeda dengan hari biasa yang ramai di sore hari sampai malam.

Ada beberapa member yang sedang menikmati sarapan di meja-meja kantin dan ada juga yang sedang menyeruput jus buah di bar kantin, enjoy dengan hape smartphone di tangan.

Si Aan terlihat sibuk melayani tamu dan juga mengelap meja-meja bekas pakai tamu kantin, si Santi sibuk memencet-mencet mesin kasir tuk melayani orderan para tamu, sedangkan aku sendiri cukup dengan membantu kalau kalau Aan tak sempat memegang kerjaannya di kala sibuk begini.

Rata-rata yang datang ke kantin pagi ini adalah perempuan, karena ini adalah jam selesainya kegiatan aerobik yang dimulai jam 8 tadi. Obrolan-obrolan perempuan penggemar aerobik ini meramaikan suasana kantin karna memang tempat nongkrong mereka di sini.

Tapi bukan hanya perempuan-perempuan ini saja yang datang ke kantin pagi ini, member gym laki-laki juga ada yang datang ke kantin, biasanya mereka membeli air mineral kemasan botol atau minuman lainnya.

“ orang baru ya mas..!” kata seseorang dari luar meja bar, kebetulan aku sedang bolak-balik ke dapur mengambil pesanan.

Aku menoleh ke arah suara itu, ternyata laki-laki, dilihat dari gaya penampilannya, sepertinya laki-laki ini plu.
“ iya pak..” jawabku
“ oh I see.., so, dari kapan mulai kerjanya mas?”
“ baru kemarin pak..” sahutku sopan
“ jangan panggil bapak, panggil aja Boy..!” katanya sambil menjulurkan telapak tangannya

Kami bersalaman sambil memperkenalkan diri, “ saya Adam..”kataku sambil nyengir
“ ooh Adam..namanya bagus..sebelumnya kerja dimana Dam?”
“ di resto bawah pak..”

“ maaf pak, jus pesenan ibu kaos pink itu dah jadi blom ya ?” usik Santi tiba-tiba
“ kaos pink ? oh ya…bentar ya San saya cek ke dalem..”

Aku pergi menuju ke dapur tuk mengecek pesanan ibu berbaju pink, tapi ternyata Santi mengikutiku di belakang.

“ pak..” panggilnya
“ iya ..?!”
“ bapak jangan ngeladenin tuh si banci deh pak, dia sih gak akan bisa mingkem kalo di ladenin terus ngobrolnya, apalagi sama orang keren kayak bapak..makin betah aja dia di sini, menuh-menuhin tempat aja”
“ lho kok gitu, biar aja lah, dia kan juga tamu..”
“ yeee dia sih bukan tamu pak, dia instruktur aerobik di sini..”
“ oooh, panteees..”
“ pantes apa pak ?”
“ pantes langsung berasa bos di sini, pake tanya ini itu..”

Lalu aku keluar dapur lagi sambil membawa pesanan ibu kaos pink, di luar si Boy instruktur aerobik itu ternyata masih nongkrong di bar memperhatikanku yang membawa-bawa nampan berisi minuman, nampaknya dia masih ingin ngobrol dan mengorek informasi tentangku yang baru kelihatan kerja hari ini.

“ dia captain kantin yang baru mas boy..!” kata Santi saat aku kembali ke bar
“ captain ? waah di kira waiter baru..habis bajunya sama sih kayak si Aan..” sahut Boy

Tadinya niat hati ingin meneruskan pekerjaanku di dapur saja agar tak ngobrol banyak dengan si Boy, tapi ternyata aku sudah di panggil seseorang lagi dari luar bar

“ mas..”
“ iya…” aku menoleh dan mendapati sosok keren menatapku
“ saya minta orange juice satu..”
“ baik pak, di tunggu sebentar..”

Dengan sigap aku langsung ke dapur dan membuat sendiri jus jeruk pesanan tamu itu tanpa menunggu Rahmat yang membuatnya karna memang dia lagi sibuk.

“ Mat, cobain jusnya, manis gak ?” kataku meminta pendapat

Rahmat langsung mencicipinya
“ pas pak..!”
“ oke thanks..” aku langsung menuangkan ke dalam gelas dan membawanya keluar

“ silahkan pak..” aku memberikan jus itu pada tamu tadi
“ trima kasih ya mas..“ sahutnya sambil menyunggingkan senyum manis

" iih bapak, itu kan Marcell Domits.." kata Santi antusias sambil mencengkram lenganku
" Marcell Domits ? siapa?" sahutku bodoh
" Marcell Domits? gak kenal bapak ? dia itu bintang film, sinetron sama bintang iklan terkenaaal.."
" ooh artis.." jawabku kalem

" iih keren banget dia, kayaknya dia member baru di sini deeh" lanjut Santi

Huft..Kalau tiap hari harus melayani tamu laki-laki keren seperti ini terus, lama-lama imanku akan goyah juga , ini baru satu orang, belum yang lainnya nanti, bisa-bisa aku lepas kendali dan tak bisa menepati janji pada mas Ando tuk kerja secara profesional.

****
Pukul 19:00

Aku dan mas Ando akhirnya jadi pergi juga ke acaranya mas Ando, dengan menggunakan taksi kami meluncur menuju ke area senayan. Mas Ando mengenakan batik berwarna merah marun dan aku juga berwarna sama karna memang bajunya dari mas Ando juga, biar samaan katanya.

Sempat sih curiga padanya kenapa tuk makan-makan saja harus pakai batik formal bagus seperti ini, tapi itu tak terlalu kuhiraukan karna kami sedang diburu waktu.

Butuh waktu setengah jam tuk sampai ke tempat tujuan. Pelan-pelan taxipun masuk ke sebuah halaman gedung yang ada di seberang komplek olahraga Senayan. Dari depan halaman ini aku melihat 2 buah janur kuning yang menghiasi pintu gerbang masuk.

“ lho mas, kita mau kondangan ya?” tanyaku penasaran
“ iya…” jawabnya santai
“ katanya mau makan-makan?”
“ ya ini kan sama.. kita mau makan-makan..”

Aku mengalah, tapi kenapa dia tak bilang dari tadi kalau dia mau pergi ke undangan pernikahan.

Kami akhirnya turun dari taxi, sesaat ku benarkan batik yang kusut karena duduk di dalam taxi, begitu juga mas Ando yang merapikan pakaiannya. Mas Ando nampak gagah memakai batik itu, otot besarnya seperti ngepas di batiknya.

“ ayo Dam..”

Mas Ando sudah mengajakku ke dalam gedung tapi mataku terpana pada sebuah bingkai foto berukuran besar yang terpajang di depan pintu masuk.

Ada dua orang mempelai yang sedang berpose dalam foto pre wedding itu dan aku sepertinya tak asing lagi dengan orang yang ada di dalam foto itu, karena orang yang ada di foto itu adalah jelas-jelas, Alex !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar