Kamis, 19 Februari 2015

Galau karena masih mencintaimu (Cerita gay) Part 22 (1&2)

Part 22 Someone Like You

“ Yup, ini acara nikahannya Alex..” batinku

Ku terus memandangi foto pre wedding yang dipajang di depan pintu masuk , dadaku jadi berdebar-debar saat tahu ini adalah tempat acara pernikahan Alex.

“ Dam..kenapa? ayo .!” ajak mas Ando sambil menarik lenganku

Mas Ando lalu mendorong badanku ke depannya dan terus mendorong sampai memasuki pintu ballroom yang terbuka lebar.

Suasana ramai dan riuh mulai menyapa kami di dalam, suara keras musik bercampur aduk dengan suara bising para tamu di bibir pintu, ternyata banyak sekali tamu yang hadir malam ini sampai-sampai susah bagi kami membuka jalan tuk masuk lebih dalam lagi.

“ permisi pak, misi bu..” kata mas Ando

Akhirnya kami sampai di bagian yang agak lowong, dari sini alunan musiknya terdengar dengan lebih jelas, kami juga bisa melihat pelaminan nan megah yang ada di seberang, di sekelilingnya banyak tanaman hias yang dipajang. Walaupun jarak kami sudah lumayan dekat, tapi wajah kedua mempelai tidak kelihatan dengan jelas karena tertutup oleh para tamu yang berjajar untuk bersalaman.

“ mas, emang siapa yang ngundang ke sini, laki atau cewenya ?”
“ lakinya… dia atasan kamu juga kan ?!”
“ iya,… tapiii.. emang mas dah kenal sama pak Alex?”
“ yaaaa… baru beberapa minggu ini sih ..”

“baru beberapa minggu ? kenalnya gimana? ” pikirku, aku jadi curiga padanya

“ kenal dimana ?”

Tapi mas Ando seperti tak mendengar , dia malah melengos pergi dan merangsek ke dalam kerumunan orang-orang yang sedang mengantri di stand-stand makanan yang ada di bagian kanan ballroom, nampaknya dia juga mau ikutan antri.

“ hey mas, tunggu dulu, mau kemana ?” tanyaku sambil menyusulnya
“ kita serbu dulu makanannya, takut kehabisan Dam..” sahutnya antusias
“ ya tapi..” mas Ando keburu meninggalkanku lagi, dia seperti sedang kondangan sendiri saja.

“Aaah rese nih mas Ando..” batinku kesal, aku merasa jengah ada di sini, aku mau bilang ke dia bahwa aku tak mau ada di sini.

“ kita balik aja yuk mas..!” paksaku
“ ntar lah Dam, baru juga sampe, lagian kita belum ngucapin selamat ke pengantennya..”

“hah ngucapin selamat??, boro-boro ngucapin, ketemu aja gw gak mau..” batinku sewot

Aku benar-benar tak ingin pergi ke sini sebenarnya, aku sudah menghindari ajakan Dena tapi ternyata mas Ando mengajakku juga ke sini. Aku tak ingin bertemu dengan Alex apalagi bersalaman, aku mau keluar saja sendiri kalau begitu.

“ mas saya keluar ya!” pamitku dari belakangnya
“ hey Dam… mau kemana ?” mas Ando membalikkan badan
“ mau keluar !” tanganku ditariknya
“ lho kok keluar ? mau ngapain ?? ”
“ saya gak nyaman di sini mas..sumpek ! ”
“ yaaa kok gitu…kenapa sih emangnya ?”
“tau lah mas, tiba-tiba gak enak badan aja..” sahutku bohong

Mas Ando memperhatikanku
“ ya udah kamu duduk aja dulu deeeh, tuh di situ, kan kita baru masuk ..masa udah mau keluar lagi ” katanya seraya menunjukkan kursi kosong.

“ yaa tapi saya mual mas, banyak orang di sini, saya gak bisa nafas..”
“ iya makanya, kamu duduk aja di situ, kan gak banyak orang di situ..kamu bisa nafas, deket AC lagi..”

“Aaargh..bikin pusing aja nih mas Ando, gak ngerti apa kalo gw gak mau di sini..?!“ pekikku dalam hati.

Aku tak mau berdebat lagi, kuikuti saja kemauannya tuk duduk di kursi, mudah-mudahan Alex tak melihatku dari jarak sejauh ini dan semoga mas Ando mempercepat makan-makannya.

Tapi bukannya duduk tenang, aku malah celingak celinguk ke kanan dan ke kiri mencari teman se resto yang mungkin saja bergerombol di salah satu sudut, tapi aneh, ternyata tak ada satupun teman-teman akrabku yang terlihat , kalaupun ada paling Cuma staff bagian dapur saja yang lewat.

***
Musik tiba-tiba selesai dan berhenti mengalun, sesaat kemudian 2 orang berbicara melalui microphone dan memberikan ucapan selamat pada kedua mempelai, sebagai hadiah pernikahan, mereka akan berduet menyanyikan lagu “Endless love”.

Tepukan meriah mengawali lagunya, lalu musik terdengar mengalun lagi , diiringi dengan suara berat sang penyanyi laki-laki dan suara tinggi melengking dari sang penyanyi perempuan, tapi kalo didengar-dengar, sepertinya aku familiar dengan suara perempuannya.

Rasa penasaran membawaku sampai berdiri dari kursi dan mencari celah di antara para tamu untuk melongok ke arah panggung musik dan melihat siapakah perempuan yang sedang bernyanyi.

“Siti..! hah yang beneeer… emang lo bisa nyanyi yaa ?!” batinku terkejut tak percaya

Tanpa sadar aku mendekati panggung musik dan meninggalkan mas Ando yang sedang mengantri makanan, jarakku sekarang hanya sekitar 3 meter saja ke panggung, kupandangi dan kudengar dengan serius penampilan Siti dan laki-laki pasangan duetnya, sampai Siti akhirnya melihatku di depannya, diapun tersenyum simpul.

Tak pernah sebelumnya aku mendengar Siti bernyanyi, biasanya dia Cuma bisa nyablak sepanjang hari, ngomongin orang sana sini. Siapa sangka kalau dia juga punya suara bagus.

“ serius amat Dam..!”

Aku menoleh ke samping,
“ eh mas,… kaget saya ….iya nih lagi liatin temen saya nyanyi ”
“ temen kamu ? yang mana?”
“ yang perempuan…”
“ ooh…. kerja di restoran juga ?”
“ iya, dia captain juga sama seperti saya...”
“ oouw..”

Lagu Endless love mengalun sampai sekitar kurang lebih 5 menit, para tamu tampaknya cukup terpukau dengan penampilan mereka berdua karena tepukan tangan meriah mengakhiri lagu yang romantis itu.

Mas Ando tiba-tiba menggamit tanganku dan menarik menuju antrian tamu yang mau bersalaman ke atas pelaminan.

“ heh … mau ngapain mas? Mau ke atas ya ? ” tanyaku khawatir
“ iya…emang kenapa? “
“ gak ah, mas aja sana..!” sahutku sambil berusaha melepaskan cengkraman tangannya
“ heh Dam…diem ah……gak sopan tau kalo gak kasih selamat sama atasan ” katanya enteng
“ mas…!” kataku tegas

Mas Ando malah menatapku balik

“ kamu lagi ada masalah sama atasan kamu ya ??”
“ jujur ..iya.! tapi maaf.. saya gak bisa cerita “
“ huft……lupain dulu lah masalahnya, ini kan hari pernikahan atasan kamu, kamu hargai sedikit donk dia”
“ saya dah coba hargai dia berkali-kali mas tapi tetep aja gak ada yang berubah”

Mas Ando terdiam sebentar
“kalo mas mau salaman, silahkan ,tapi ..saya gak ikut , saya mau tunggu di luar aja ” lanjutku
“ ya ampun Daam, salaman doank apa salahnya sih, paling Cuma sedetik 2 detik, habis itu pergi, beres..! lagian kalo kamu datang ke pernikahan dia dan kamu salaman sama dia, itu artinya kamu udah menunjukkan bahwa kamu berhati besar…bisa melupakan masalah yang pernah terjadi di antara kalian berdua ”
“ ya tapi mas belum tahu ceritanya kan??? “
“ memang….saya belum tahu ceritanya dan saya juga gak perlu tahu masalahnya, tapi seenggak-enggaknya kamu tunjukin lah kedewasaan kamu sama dia, lagian mau sampe kapan kamu terus menghindar ??”

Aku menghela nafas dalam-dalam, agak malas juga kalau dengar orang udah bicara panjang lebar begini, seperti di ceramahi, kesannya aku yang ada di posisi yang salah.

Aku tak mau berdebat lebih panjang lagi , ada banyak orang di depan dan di belakang kami yang bisa mendengar pembicaraan ini, malu rasanya kalo berdebat panjang lebar soal hal sepele.

“ terserah mas deh!!…tapi nanti kalo ada apa-apa di atas, mas yang tanggung jawab !!..”
“ iya..iyaa…saya tanggung jawab, jangan kuatir Daaam, lagian mau ada kejadian apa sih sampe ketakutan kayak gitu ? ini kan tempat rame.. gak mungkin dia berbuat aneh-aneh ”

Aku diam tak menjawab pertanyaannya, malas aku melanjutkannya.

***

Dari arah panggung musik, Siti telah kembali naik ke atas, dia mengumumkan lewat microfon bahwa dia akan membawakan sebuah lagu yang berjudul “Someone Like You”.

Dia bilang, “ lagu ini saya persembahkan untuk manager tercinta saya yang menikah pada hari ini, Pak Alex…. dan juga sahabat saya yang tersayang , …Adam !”

“HAH..! ! apa maksudnya dia nyandingin nama gw sama Alex ???” pekik batinku

Siti sejenak melihat ke arahku dan tersenyum licik, dia seperti meledekku dengan pandangan dan senyumannya itu, lalu dengan serta merta aku balik memelototinya, ingin aku mendatangi dan memarahinya tapi tak mungkin, lagipula dia terlanjur membuka suara.

Dentingan nada keyboard terdengar pelan mengiringi lagu , Siti mulai mengeluarkan suaranya menyanyikan lagu yang belum pernah kudengar itu.

/I heard
That you’re settled down
That you found a girl
In your married now/

Ekspresi wajahnya terlihat serius sedangkan matanya menatap ke arah pelaminan dan ke arahku secara bergantian, sementara tangannya juga tak mau ketinggalan, menunjuk-nunjuk ke arah kami.

“ sial nih Siti, ngapain nunjuk-nunjuk ke gw sama Alex, apa dia mau kasih tahu semua orang tentang hubungan gw sama Alex?” batinku kesal

Aku menengok sebentar ke arah pelaminan, Alex masih sibuk menyalami para tamu yang terus mengular sampai bawah, senyumnya terus menerus mengembang menyambut tamu-tamu yang berjejer, sepertinya dia tidak peduli dengan lagu yang dibawakan Siti.

Siti terus menyanyikan lagu dengan penuh penghayatan, ternyata lagu ini adalah lagu sedih dan merana, kalau gak salah tadi liriknya begini

/Never mind I’ll find someone like you…
I wish nothing but the best for you two
“don’t forget me” I begged
“ I’ll remember” you said
Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead/

Suaranya terus melengking tinggi di bagian refnya dan seiring dengan itu jarakku makin dekat dengan Alex. Bukannya makin berdebar tapi aku malah menyimak dengan serius nyanyiannya dan dentingan keyboardnya yang telah membawaku ke perasaan galau dan patah semangat.

“Ya Tuhan, kenapa Siti nyanyi lagu ini, kenapa gak yang lain, dentingan keyboardnya bikin sedih aja ” batinku sedikit protes.

Aku menatapi kosong Alex yang sudah mulai kelihatan di depanku, perasaan tegang akhirnya hadir kembali di benakku.

Akan tetapi sedikit lirik yang dinyanyikan Siti tadi mungkin pas juga kalau kupersembahkan untuknya.

“Tak apa-apa , aku akan mencari seseorang yang mirip sepertimu” kata hatiku, “ bahkan mungkin lebih baik darimu ” tambahku

***

Jarak aku dan Alex sudah dekat, ada 3 orang lagi di depanku yang sedang mengantri, Alexpun tadi sudah melihatku yang agak bersembunyi di belakang mas Ando tapi sepertinya dia pura-pura tidak tahu.

Mas Ando terlebih dulu bersalaman dengan Alex dan istri, berikutnya adalah giliranku.

Sedetik kemudian aku sudah berdiri di hadapan Alex sambil memandang wajahnya yang tampan dengan sedikit kikuk. Ketegangan mulai menghantuiku, nafasku tersendat-sendat seakan berusaha menyembunyikan ketegangan, aku takut dia akan berbuat macam-macam denganku.

Alex menatapku sesaat, tapi walaupun begitu pandangannya cukup dalam sekali, seperti pandangan seekor srigala yang melihat mangsa ada di depannya. Aku jadi makin kikuk dibuatnya, aku khawatir istrinya jadi curiga nanti.

Aku mengulurkan tanganku tuk mengucapkan selamat padanya, tapi bukannya tanganku yang disambut malah tubuhku yang ditariknya. Ia memelukku dengan erat sekali , pelukannya kali ini kurasa cukup lembut, seperti tak ada nafsu setan dibaliknya.

Dia menepuk-nepuk punggungku dan berbisik ke telingaku pelan.
“ kemana aja kamu Dam, kamu baik-baik aja kan..? …I’m sorry ya…I’m sorry.. saya minta maaf kalo saya banyak salah selama ini”

Aku tertegun dengan omongannya, kenapa bahasanya jadi sopan begini.

kulepaskan pelukannya setelah sekian detik, kumenunduk malu karena tentunya si istri di sebelah melihat kami berdua berpelukan cukup lama.

Tiba-tiba Alex memukul pelan pipi kananku dan berkata
“ jaga diri kamu ya Dam, mudah-mudahan….. kamu dapat pasangan yang baik “

Aku tak merespon kata-katanya tapi hanya mengangguk dua kali sambil menyunggingkan senyum, aku mengerti dengan kata-katanya yang mendoakanku agar cepat mendapatkan pasangan yang baik, agar istrinya yang menatap kami berdua tak curiga dengan pelukan tadi.

Setelah itu aku menyalami istrinya yang ternyata berwajah sangat cantik, cocok sekali dengan Alex.

“ wah pak Alex beruntung ya, dapet istri yang cantik, mudah-mudahan langgeng sampai akhir hayat..” kataku basa basi pada istrinya
“ hehehe….amiiin makasih ya mas..” kata istrinya dengan senyuman manis

“ eh Dam, bentar-bentar..kita foto dulu ya..” panggil Alex

Aku menyanggupinya, sang fotograferpun sudah bersiap di seberang bawah pelaminan, dia segera mengarahkanku tuk berdiri di samping kiri mempelai perempuan dan Alex berada di samping kanannya.

Tanpa sepengetahuan si istri, tangan kiri Alex menggapai punggung belakangku dan mengusap-usapnya dengan lembut seakan-akan ia ingin menunujukkan bahwa ia sayang padaku.

KLIK…! Sebuah jepretan kilatan cahaya menerangi kami bertiga sepersekian detik.

Setelah selesai, Alex menghampiriku lagi dan memelukku dengan erat kembali, tapi kali ini tak selama tadi, dia segera melepaskanku dan menepuk lembut pipi kananku lagi beberapa kali sambil menatapku dalam.

“ makasih yah dah datang ke sini..” katanya pelan, aku membalasnya dengan mengangguk.

Saat aku menuruni tangga pelaminan, suara dentingan keyboard juga berakhir, lagu “Someone Like You” sudah selesai.

****

Di sebuah kursi yang teronggok di pojokan, aku duduk menikmati segelas air putih dan puding sambil menatap kosong ke arah Alex yang masih ada di atas pelaminan, tak kusangka Alex bersikap baik seperti tadi, apa mungkin dia sedang kembali bersandiwara atau….. memang itu tulus dari dalam hatinya.

“ Ah entahlah biar saja, yang penting malam ini aku tak mendapat kejutan yang tak mengenakkan darinya..” batinku

“ heh…” senggol mas Ando dari samping
Aku menoleh ,“ kenapa mas?”
“ kok bengong aja, kesambet lho ntar..”
“ ah enggak..siapa yang bengong ”
“ mikirin apa sih ?”

Bukannya menjawab pertanyaan mas Ando, aku malah melamun lagi menatap ke arah lain

“ yeee malah bengong lagi..kamu masih berasa sumpek di sini ya? “
“ udah enggak mas…”
“ kamu mau pulang sekarang ?”
“ nanti aja, mas makan dulu aja sana, saya tungguin..”
“ lho kamunya gak makan ..”
“ dah malem mas, ini (puding) aja cukup..”
“ mmmh oke, kalo gitu bentar ya, saya mau cari-cari makanan penutup dulu..”

Mas Ando meninggalkanku sendiri dan mencari makanan ke stand-stand makanan yang masih dikerubungi oleh para tamu. Sementara aku menikmati suasana pesta pernikahan ini dengan perasaan lebih lega dan bahkan mungkin kebencian terhadap Alex sudah jauh berkurang, aku tak mau jadi pendendam.

***

Jam di hpku sudah menunjukkan pukul 8 malam lebih 5 menit, mas Ando sudah mengajakku pulang tadi. Kami berjalan melewati kerumunan orang di dekat pintu masuk tapi kali ini keramaian sudah agak cair dibanding tadi pertama kali kami masuk .

“ kita harus cari taksi di luar nih Dam..” katanya
“ emang di sini gak ada yang ngetem ?”
“ gak ada kayaknya…..dah yuk jalan dulu ke depan ”

Akhirnya mas Ando mulai berjalan ke depan jalan raya , aku mengikutinya di samping, tapi tak berapa lama ada sebuah taksi yang masuk ke halaman wisma dan menuju ke arah kami.

“ eh Dam..Dam…itu ada taksi, kayaknya ada yang baru dateng kondangan tuh, yuk kita samperin aja ..” kata mas Ando yang segera berlari menghampiri taksi yang berjalan pelan itu, akupun ikut berlari juga.

Sesampainya di depan pintu masuk pesta pernikahan Alex, taksi itu berhenti, ternyata benar dugaan mas Ando tadi bahwa taksi itu membawa penumpangnya ke sini.

Dua tamu keluar dari dalam taksi, satu perempuan cantik dan satunya lagi laki-laki berpenampilan keren, mas Ando langsung memegangi pintu taksi yang dibuka oleh laki-laki itu sampai-sampai laki-laki itu setengah kaget.

“ oops..sorry mas..” kata mas Ando sambil nyengir tapi raut mukanya berubah ketika melihat laki-laki itu, dia seperti mengenalnya dengan baik.

“ heey pak apa kabar.?” Tanya mas Ando sambil menyodorkan tangan. Aku berhenti di belakang laki-laki ini dan membiarkan mas Ando menyapa temannya dulu.
“ kabar baik pak..!” kata laki-laki itu menyambut tangan mas Ando

Aku yang ada di belakang laki-laki keren ini merasa kaget saat mencium wangi parfumnya, wanginya jadi mengingatkanku pada mas Sultan.

“ ah Cuma mirip doank, wangi beginian juga banyak yang punya, bukan Cuma mas Sultan..” pikirku

“ mau kondangan nih pak ?” tanya mas Ando lebih lanjut
“ iya pak..bapak juga habis kondangan nih ”
“ iya, saya sih udah dari jam setengah 8 tadi..”
“ ooh gitu..”
“ kenal sama siapa memangnya pak, penganten perempuannya atau lakinya ?”
“ ah bukan saya yang kenal, tapi dia ( perempuan yang bersama laki-laki ini ) yang kenal sama pengantin perempuannya..”
“ ooh gitu, oke oke… saya pamit dulu ya pak..udah malam.” mas Ando masuk ke taksi sambil memberiku kode tuk masuk juga

“ permisi pak..” kataku sambil memandang ke arah laki-laki yang berdiri menghalangi jalanku itu.

Aku terkejut bukan kepalang, ternyata laki-laki keren itu adalah benar mas Sultan dan ku yakin dia juga pasti terkejut melihatku.

Kami sempat membeku sebentar dan saling beradu pandang tapi sayangnya tak ada satu patah kata pun yang terucap dari bibir kami masing-masing sampai akhirnya aku di suruh mas Ando lagi tuk segera masuk. Aku tersenyum dan mengangguk pada mas Sultan tapi dianya malah bengong saja melihatku.

Mas Sultan masih membeku saat pintu taksi akhirnya ku tutup dan saat taksi mulai jalan ku tengok ke jendela belakang ternyata mas Sultan masih menatapi taksi ini.

“ ssst..” kata mas Ando sambil tangannya menggiring kepalaku ke posisi menghadap ke depan

“ argh ngapain sih ?” kataku jengah
“ udah kepalanya ke depan aja, jangan sering-sering mandangin orang cakep..” sahutnya enteng

“ HAH..maksudnya mas Ando tuh apa ?! apa dia tau kalo gw ngeliatin laki-laki ??” tanya hatiku

“ maksudnya ??” kataku
“ maksudnyaaa….hemmm ..ada deeh…” katanya berusaha misterius.
“ hiii gak jelas…sok sok an mau punya rahasia !”
“ biarin…yang penting kamu jadi penasaran kan ?”
“ enggak..maaf ya”

Taksi terus melaju dengan kecepatan sedang menuju tempat tinggal kami masing-masing yang ada di pusat kota, sepanjang perjalanan aku jadi terbayang-bayang dengan kehadiran mas Sultan di gedung itu. Walaupun baru 2 hari tak bertemu tapi saat melihat wajahnya tadi aku jadi kanget berat.

Dengan jarak yang sedekat tadi, ingin rasanya aku menyergap tubuhnya yang atletis dan harum itu dan bilang “ I miss you mas..!” tapi sekali lagi aku berfikir logis dan realistis bahwa ada banyak orang di situ dan diapun tak suka diperlakukan seperti itu, bisa-bisa malah aku yang akan menanggung malu.

****
Ternyata di malam pernikahan Alex ini adalah kesempatan terakhir aku bertemu dengan mas Sultan karena setelah itu aku tak melihatnya lagi ataupun mendapat kabar apapun darinya sampai 3 bulan lamanya.

Perasaan kangen untuk bertemu dengannya selalu membuncah kala aku menyendiri di gym atau di kosan, kadang aku bisa menggila dan menjambak-jambak rambutku karena ingin sekali bertemu dan ngobrol dekat lagi dengannya. Aku memohon-mohon pada Tuhan tuk pertemukanku lagi dengannya dan jadikan kami teman dekat lagi seperti dulu, tapi belum juga terkabul sampai sekarang.

Sampai-sampai kalau aku sudah tak tahan dengan perasaan ini aku berniat tuk menelponnya saja, ingin kuutarakan kerinduanku padanya entah dia mau mendengar atau tidak yang penting aku bilang padanya agar siksaan ini segera mereda. Tapi sayangnya hal itu tak pernah kulakukan karena setiap kali aku memegang hape, perasaan deg-degan dan takut selalu saja menghantui, aku takut dia masih ilfeel denganku.

*******************************************************

3 bulan kemudian

Aku memandangi cermin besar yang ada di hadapanku, dengan bertelanjang dada ku mengecek bagian-bagian otot yang sudah mengalami perubahan selama 3 bulan terakhir ini. Bentuknya tentu sudah jauh berbeda dari waktu dulu yang masih berlemak dan belum bagus, tapi hari ini otot-ototku sudah jauh lebih baik.

“ SEMPURNA !”

Oops, ada suara orang dari arah pintu masuk loker, aku menoleh dan melihat wajah om Budi yang ganteng sedang tersenyum kepadaku.

“ Itu udah sempurna kok Dam, jangan terus diliatin ntar jadi kempes loh..!” ledeknya

Om Budi adalah member gym yang sudah cukup lama bergabung di gym ini, dia termasuk member senior bagi member-member lainnya. Perawakannya masih segar jika dibandingkan dengan usianya saat ini yang menginjak kepala 50 an, bahkan tubuhnya tetap berisi dengan otot-otot yang terbentuk lumayan bagus.

Om Budi akhir-akhir ini tak sering datang ke gym karena memang dia seorang pengusaha yang sibuk , tapi kalau dia datang berlatih maka suasana gym pasti lebih ramai dari biasanya, ibaratnya kalau dia hadir maka seluruh ruang gym jadi lebih ceria dengan obrolan dan banyolannya

Om Budi adalah pria duda beranak 4, keempat anak om Budi laki-laki semua, 2 dari anaknya sudah tidak tinggal dengan Om Budi. Anak sulungnya sudah menikah dan tinggal di Jerman, anak keduanya sedang menempuh pendidikan di Universitas terkenal di AS . Anak ketiganya memilih untuk kuliah di Bandung saja, sementara yang paling kecil baru menginjak bangku kelas 3 SMK.

“ hahaha om bisa aja..” kataku sambil mengenakan baju kerjaku lagi
“ eh eh eh kok malah di pake lagi bajunya ?”
“ emangnya mau ngapain lagi , saya kan dah selesai latihannya , harus balik kerja lagi nih, waktu break udah lewat malah..” sahutku sambil melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 18:00

“ tuh dah jam 6 kan, tamu kantin pasti lagi banyak-banyaknya nih..”
“ iyyya deh, nanti saya ke situ ya..” katanya dengan suara beratnya yang sexy
“ oke , saya tunggu yaa..”

Aku bersalaman dengannya dan beranjak ke luar ruang loker, ternyata diluar member gym sudah mulai ramai berdatangan.

****
Di kantin

Keadaan di kantin sudah mulai ramai, beberapa tamu memenuhi kursi-kursi yang ada di kantin, termasuk 3 kursi tinggi yang ada di depan meja bar. Beberapa tamu menyunggingkan senyum padaku, ada dua tiga orang yang telah ku kenal dekat tapi ada juga yang belum ku kenal sama sekali.

Aku masuk ke dalam counter dimana Ina sang kasir temannya Santi sedang sibuk di depan mesin kasir.

“ Ina rame ya ?”
“ lumayan pak..”
“ oouw..ya ya..”

Aku sejenak memperhatikan keadaan kantin, di bar ada 3 orang laki-laki yang sedang duduk santai sambil mengobrol, tapi walaupun sedang mengobrol mata salah satu dari mereka sesekali mencuri pandang ke arahku.

“ hmmm plu nih..” batinku

Kemudian aku masuk ke dapur tuk melihat Rahmat yang sedang sibuk membuat pesanan tamu

“ wah wah wah sibuk ya mas..” kataku yang sudah 3 bulan ini memanggil Rahmat dengan sebutan mas, aku berusaha menaruh hormat padanya karena umurnya lebih tua dariku.
“ iya nih pak, bantuin doonk..” pintanya
“ boleh-boleh…”

Lalu aku membantunya mengupas dan memblender berbagai macam buah untuk pesanan minuman jus, tak lama setelah jadi aku yang membawanya sendiri ke depan dan menyerahkannya pada tamu sesuai dengan pesanan.

****
“ mas mas sini deh..” kata seorang perempuan muda cantik dan montok yang duduk di kursi kantin bersama 2 temannya.

Akupun menghampirinya dengan menyunggingkan senyum
“ iya mba ..ada yang bisa saya bantu?”
“ lhooo kok manggilnya embak sih ?! “
“ loh kan saya Cuma ngimbangin mbak yang manggil saya “mas” tadi !”
“ oh iya ya bener, bego juga ye gw..hahaha” katanya sambil ketawa ramai-ramai bareng temannya

“ gini mas…emmmm…….” Katanya sambil mikir lama
“ udaaaah bilang aja lo mo pesen jus jambu, lama amat seh ” sahut temannya di samping
“ tau nih Mona… bilang aja elo mau deket-deket sama mas nya…..…eh mas mas…tadi kata dia, dia mau minta pin BB nya mas loh ” timpal temannya satu lagi
“ iih brisik lo ah, bikin gw malu aja, sapa juga yang mau minta pin….gw kan lagi mikir apa lagi yang mau gw pesen, biar sekalian di bikinin, biar gak cape masnya ntar..betul gak mas?! ” katanya sambil nyengir

Aku hanya mengangguk mengiyakan saja

“ saya pesen jus jambu samaaa sandwich aja ya mas, tapi sandwichnya ukuran kecil…ada kan mas ?” kata si perempuan yang dipanggil Mona tadi
“ adaa..” sahutku
“ siip…tapi jus jambunya jangan kentel-kentel ya biar gak seret..…eh elo pada mau pesen apa cepeeet..!” desak Mona
“ kalo saya pesen jus jambu juga mas, itu aja”
“ saya jus semangka …”

Aku mencatat orderan mereka di kertas kecil agar tidak lupa
“ jadi jus jambu 2 , jus semangka 1 dan sandwich kecil 1 ? ada lagi mbak ?”
“ gak mas, itu dulu aja…makasih yaaa ”

Akupun beranjak menjauhi mereka sambil menghela nafas dalam dan panjang, aku bersyukur, aku bisa segera menjauh dari mereka karena aku sangat tidak suka berada dalam situasi seperti ibu-ibu arisan begitu.

****
Jam 20:50

Gym sudah tutup pintu rapat-rapat, tak ada lagi member yang boleh masuk tuk latihan, begitu juga dengan kantin yang sudah berlakukan last order sejak pukul 20:45, tak boleh lagi melayani pesanan minuman ataupun makanan kecuali air mineral botol.

Para staff kantinpun sudah bersiap-siap pulang setelah membereskan area kerja mereka dan kini mereka berkumpul di meja depan recepsionis sambil menunggu suara mesin absensi berdentang.

“ Pak Ando kemana ?” tanyaku pada mereka
“ masih di kantornya pak “
“ oh masih di sana ya..”

Akupun menghampiri ruang kerja mas Ando di dalam

TOK TOK TOK

“MAsuk..!”
“ belum pulang mas?” tanyaku saat melongok dari pintu kantornya
“ eh Dam, belum nih, sini masuk..” sahutnya dari balik meja, di depannya sebuah laptop sedang terbuka

Akupun melangkah masuk dan duduk di bangku yang kosong di depan mejanya
“ emang lagi ngapain mas ? masih ada kerjaan ? ”
“ ah enggak ngapa-ngapain, Cuma lagi liat-liat situs aja..”

“ hah liat-liat situs?” pikiranku mulai curiga

Aku lantas langsung berdiri dan dengan secepat kilat melongok ke layarnya

“ Ya Ampuuuuun ternyata situs gituan, dikira lagi buka apaan…! Ngerusak moral anak buah aja nih ” kataku
“ xixixi… lagian siapa suruh liat laptop saya, kena deh kamu jadinya...”
“ amit-amit deh mas, saya kirain dah tobat..” kataku pura-pura straight

“ dah tobat gimana maksudnya ?”
“ ya dah gak seneng gitu-gituan lagi…karna si Ucok kan dah gak di sini lagi..”
“ hemmmm jangan salah Daam, selain Ucok kan masih banyak lagi yang lain, mereka rela ngantri buat saya kok..kalo kamu mau, kamu juga bisa ikut antri Dam..hehehe ”
“ stress! “
“ xixixi..sewot amat ”

“ eh Dam, kamu mau ikut gak ?”
“ kemana ?”
“ makan-makan..”
“ hah makan-makan ? boong..! ntar malah kondangan lagi deh kayak dulu..”
“ enggaak kali ini bener makan-makan…”

Aku jadi ingat ada satu hal yang mau aku tanya pada mas Ando tentang makan-makan dulu itu.

“ eh iya mas saya baru inget saya mau tanya nih, tapi jawabnya yang serius ya!”
“ mau tanya apa..”
“ waktu 3 bulan lalu mas kan ngajak saya tuk makan-makan yang ternyata pergi kondangan?!”
“ iya…trus?”
“ itu kan nikahannya bekas atasan saya, nah yang pengen saya tanya, mas kenal sama pak Alex gimana ceritanya ?”

mas Ando keliatan sedang berfikir, dia mencoba mengingat-ingat kejadian beberapa bulan lalu itu

“ mmmh ooh yang itu….. kenalnyaaa…yaaaa…di sini..di gym kita ” jawabnya lambat seakan tak mau memberitahuku
“ di sini ? kapan kenalnya mas, saya lupa ?!”
“ yaaa beberapa minggu sebelum kamu keluar dari resto itu…”
“ ooo… trus….selain di sini kalian pernah ketemuan di luar?”
“ Udah ah Dam…kamu mau tau aja, jadi kayak polisi begitu tanya macem-macem…pulang yuk...dah jam 9 lewat nih..”

Tak dijawab pertanyaanku tadi, aku malah diam saja di bangku sambil menunduk, aku berakting ngambeg agar mas Ando mau melanjutkan lagi obrolan ini.

“ kok diem gitu ? kenapa ? ngambeg ?? ah kayak anak kecil aja kamu ”
“ gapapa mas…dah yuk pulang..” jawabku sambil berdiri dan memasang wajah malas
“ tuuuu kaan ngambeg “
“ gapapa maas, gak ngambeg kok..” sahutku dengan senyum kecut
“ Aaargh kamu ini …kayak anak kecil aja sih…dah sini-sini duduk lagi…kamu mau tanya apa sih hah, biar saya jawab semuanya !? gitu aja pake ngambeg ”

Akupun duduk lagi tapi akting malasku masih berlanjut.
“ saya tadi tanya, apa mas pernah ketemuan di luar sama Pak Alex ??”

Mas Ando menghela nafas dalam dulu sebelum menjawab
“ pernah…!”
“ dimana ?”
“ di kosannya pernah , di kosan saya juga pernah…”
“ maksudnya di kosan ? ngapain ? ” tanyaku lebih antusias
“ yaaa …saya tau lah maksud kamu tanya-tanya soal beginian Dam…kamu mau tau kan apa aja yang udah saya lakukan sama mantan kamu itu??”

“ HAH..mantan ??? kok…” pekikku terkejut
“ kamu kaget ya, darimana saya tau kamu mantannya Alex ? “

Aku mengangguk ragu-ragu

“ dari Alex sendiri..!”
“ dari dia sendiri ? “
“ iya..”

Mas Ando diam sebentar sebelum kemudian melanjutkan lagi obrolannya
“ sebelum kamu resign dari resto, kami sempet kenalan di gym ini, waktu itu dia lagi ngegym sendirian aja gak ada kamu, dia yang ngajak kenalan duluan waktu itu..”

Aku mengangguk-angguk, “ trus?”
“ yaa kita akhirnya tukeran nomor dan singkat kata, saya tahu dia itu gay..”
“ kok….dari mana taunya ?”
“ yaaa dia mancing-mancing saya di loker…tau sendiri kan kalo saya dipancing gak bisa nahan…”
“ kejadian akhirnya ?”
“ iya… “

DEG dadaku jadi nyesek

“ trus ..?”
“ kita sempet jalan selama beberapa hari sebelum akhirnya dia ngaku kalo kamu itu BFnya..”
“ kenapa dia sampe ngaku gitu ?”
“ yaa saya yang tanya, siapa sebenernya kamu, kok ngegym berduaan terus bareng dia, kan saya agak-agak curiga jadinya”
“ trus kalian putus?”
“ ya putuslah , saya gak mau jadian sama orang yang gak setia kayak dia, ibaratnya kalo mau pacaran ya satu aja, jangan selingkuhin pacarnya itu.., apalagi BFnya itu temen deket saya ”

Mas Ando terdiam sebentar dan menghela nafas
“ saya juga minta maaf sama kamu kalo saya pernah secara gak langsung ngerusak hubungan kamu sama dia..tapi jujur saya waktu itu belum tahu menahu soal ini , bahkan saya dulu ngira kalo kamu memang bener-bener….straight..”

“ trus yang ngundang mas Ando ke nikahan Alex itu si Alex sendiri ?” tanyaku masih penasaran
“ iya…dia juga bilang ke saya tuk ngajak kamu…”
“ lho kok bisa suruh ngajak saya, emangnya dia tau dimana saya?”
“ tau lah, orang saya yang suka cerita …”
“ oh…termasuk kerjaan saya di sini ?”
“ iya..!”
“ jadi sejak putus dari Alex, mas Ando masih tetap berhubungan baik ?”
“ masih..bahkan sampe dia nikahpun masih..”

“ maaf ya Dam, saya gak bilang-bilang kamu kalo mau pergi ke acara nikahannya dia waktu itu...soalnya kalo saya bilang jujur pasti kamu gak mau ikut”
“ gapapa mas..” jawabku pelan

“ tapi jangan kuatir lah Dam, dia gak akan ganggu kamu lagi kok, dia udah bersumpah sama saya gak akan ganggu kamu, karna kalo dia datang lagi ke kamu, saya ancam akan ngerusak rumah tangganya..”
“ hah…sampe segitunya.?”
“ iya laah, tuk orang segila dia ya harus di perlakukan lebih gila lagi, kasian kamunya ”
“ emang mas tau dia juga gila ?”
“ tau lah, semua masalah kalian saya juga tau, masalah pemukulan waktu itu saya juga tau…dia yang cerita itu semua”

Aku diam dan melamun, mengenang masa lalu di mana ada kejadian pemukulan pada Alex akibat tindakannya yang semena-mena padaku

“ PAK..! duluan yaaa!” kata seseorang dari balik pintu kantor

Aku menoleh, “ oh si Rahmat..!” batinku
“ ya ya mas, hati-hati yaa..” sahutku
“ dah yuk pulang Dam, dah malem..” ajak mas Ando

Setelah membereskan mejanya, mas Ando menggiringku keluar tuk absen dan pulang, tapi ternyata di depan anak buahnya sudah pada pergi semuanya, tak ada satupun yang tersisa ,hanya tinggal kami berdua saja.

“ gimana Dam, kamu mau ikut makan-makan gak ?” tanya mas Ando ketika di lift menuju lantai dasar
“ makan sama siapa sih ?”
“ sama Om Budi..!”
“ Om Budi ? tumben..”
“ tumben apa… orang dia sering ngajak kita-kita jalan keluar kok..mungkin kamu aja yang belum pernah diajak keluar sama kita-kita..”
“ bertiga doank sama om Budi ?”
“ ya nanti sama member yg lain lagi, siapa aja yg mau ikut ya dateng aja…”
“ rame donk ntarnya!”
“ enggaaak, paling biasa ngumpul Cuma 10 an orang aja..”
“ mmh boleh deh, tapi kapan ?”
“ weekend besok kayaknya, tapi ntar saya tanya lagi deh ke dia..”

****
Kosan

Rumah kosanku memang masih sama dengan Dena, tapi kamar kosan kami sudah berbeda, akhirnya 3 bulan lalu ibu kost memberiku sebuah kamar yang baru saja ditinggal oleh penghuni sebelumnya. ruangannya lebih besar dari luas kosanku dulu, yang ini bahkan lebih bersih dan tak bising oleh tetangga.

Lelah badan kurasa, kerja hari ini menguras cukup banyak energi dari tubuhku, atau mungkin kegiatan fitnessku yang makin tak mengenal waktu yang membuatku kelelahan. Sejak 2 bulan lalu aku mulai mengintensifkan program latihanku agar hasil maksimal bisa dicapai lebih cepat.

Setiap ada waktu libur aku selalu memanfaatkannya dengan berlatih di gym, bahkan setiap ada waktu break akupun mengisinya dengan latihan, mungkin karena latihan rutin itu tadi om Budi sampai mengatakan bahwa bentuk tubuhku memang sudah sempurna.

Bukan hanya latihan saja yang kuintensifkan tapi juga makanan, ku berusaha menjaga makanan agar tetap sehat dan bernutrisi. Kebetulan aku bekerja di kantin sehat yang makanan dan minumannya juga sehat-sehat dan aku punya Rahmat yang setiap hari memberiku segelas minuman campuran buah yang segar dan menyehatkan.

“ udaah gak usah pikirin ini punya sini apa bukan, minum aja… karena takutnya nih buah cepet busuk pak..!” begitu katanya dulu sewaktu awal-awal memberiku minuman

Sampai sekarang, dia masih rutin memberiku hadiah beraneka macam minuman yang menyehatkan dan untuk membalas budinya akupun selalu membantunya menyiapkan pesanan-pesanan tamu.

***
Pagi

Pagi yang indah, kicauan burung koleksi pemilik kosan ini memeriahkan suasana pagi yang ceria. Beberapa penghuni kosan sudah ada yang berangkat kerja, sebagian lagi masih berkutat di kamar mereka masing-masing.

Sedangkan aku sudah siap tuk hadapi hari ini, aku siap berangkat kerja lagi, pintu kamar kosan tadi sudah dikunci, dua kunci sekaligus ku pasang di pintu. Walaupun aku tak punya barang berharga tapi aku menjaga-jaga saja kalau-kalau pencuri menghabiskan barang-barang milikku.

Hanya beberapa detik keluar dari rumah kosan, aku sudah langsung dihadapkan pada kemacetan. Lalu lalang kendaraan bermotor di depan rumah kosanku cukup ramai, rata-rata sepeda motor yang memenuhi jalannya.

Aku mencoba menyebrang menuju kompleks gedung tempatku bekerja, tangan kanan sudah ku ulurkan tuk meminta kesediaan pengendara motor memberiku sedikit ruang, tapi alangkah terkejutnya ketika sebuah motor yang lumayan cepat datang mendadak menyerobot kemacetan jalan.

Aku sempat terkejut ketika roda depan motor itu akhirnya menyentuh kakiku, dengan sigap akupun bisa menghindari roda motor itu , dan posisinya kini aku memegangi kepala motor itu dan menahannya agar tidak segera kabur.

“ WOY MAS, PELAN-PELAN DOONK, JALAN RAME NEEH, GAK LIAT APA ORANG MAU NYEBRANG..!” kataku dengan keras
“ maaf mas, maaf, remnya agak blong nih…!” sahut pengendara motor itu yang sepertinya tukang ojek

“ DAM..!” panggil seorang laki-laki yang diboncengi tukang ojek

Aku melihat kearahnya, ternyata itu adalah kenalanku yang sudah lama tak bertemu.

kemudian dia turun dari motor dan menghampiriku
" apa kabar Dam ?"
" baik mas.." sahutku seraya mengajaknya ke tepi jalan
" mau kemana ?"
" mau kerja mas.."
" dimana ?"
" di fitness center.."
" ooh ...trus tinggalnya dimana ?"
" di situ mas.." kataku sambil menunjuk kosanku
" ooh ya udah nanti kita ngobrol lagi ya, maaf saya lagi buru-buru.."
" gapapa mas.."

orang itu lalu melanjutkan lagi perjalanannya, aku masih tertegun tak mengira bisa bertemu lagi dengannya, sudah lama sekali tak melihatnya ternyata dia masih ingat padaku... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar