Kamis, 28 Mei 2015

Cerita Secangkir Kopi Chapter Lanjutan 66 (end)

Sofi Ardan : kamu belum jawab Sofi Ardan : kamu baik2 aja kan? Sofi Ardan : saya jadi khawatir *****
silumba_lumba : gandeng sia loba omong!! (berisik lo ah banyak omong banget jadi orang!) *****4
b]Sofi Ardan :[/b] saya teh beneran khawatir sama kamu! silumba_lumba : aing teu paduli! (gw ngga peduli!) Sofi Ardan : ?????
silumba_lumba : kalo maneh peduli silumba_lumba : maneh ga akan ninggalin aing!!! *****
CAPRICORN Love to bust. Nice. intelligent. Sexy. Grouchy at times and annoying to some. LAZY AND LOVE TO TAKE IT EASY. But when they find a job or something they like to do they put their all into it. Proud, understanding and SWEET. Loves being in long relationships. Cool. Loves to win against other signs especially Gemini’s in sports.Extremely fun. Loves to joke. SMART. *****
saya sendiri sebenernya masih belum bisa percaya dengan keputusan yang sudah diambil. masalahnya, saya diberikan peringatan dan sebuah kesempatan dalam waktu yang bersamaan. saya juga diberi pilihan yang amat sangat sulit, memilih membahagiakan orang yang sudah tiada atau harus pergi jauh dari orang yang kalau saya pergi jauh darinya pasti saya sulit untuk bisa bahagia? dan sewaktu kesempatan itu datang di depan mata, maka pilhannya hanya ada dua, take it or leave it. otak dan logika saya berseru untuk mengambilnya dan menggunakan kesempatan itu sebaik mungkin, sebagai balasan dari kasih sayang seseorang yang luar biasa sangat saya hormati. tapi bagian tubuh saya yang lain, hati saya, sudah pasti berteriak menolak. ketika di luar sana ada banyak orang berjuang mati-matian mendapatkan orang terbaik untuk berada di sisinya, yang saya lakukan justru meninggalkan orang tersebut. It’s not easy to decide. I wanna go, but I wanna stay. Gusti, memutuskannya saja sudah sesulit ini apalagi nanti sewaktu menjalaninya? saya lalu teringat perkataan abah, manusia itu hanya menjalani dua hal dalam hidupnya, yaitu sedih dan senang. sesudah sedih pasti akan datang senang, dan begitu juga sebaliknya kejadian susah dan senang itu berlangsung seterusnya, bergantian, berulang-ulang. *****
waktu aing mulai benci sama maneh, itu artinya ga akan lagi ada kata maaf. kenapa? karena aing bukan Tuhan yang Maha Pemaaf atau sebenernya aing masih belum kuat untuk bisa jadi sepemaaf itu. aing ga akan pernah mau maafin maneh. aing maunya maneh ada di sini SEKARANG JUGA. ngerti??
*****
Gi, inget ngga sama jaman dulu? duluuuu banget. waktu kita masih punya banyak waktu, kita ketawa bareng, nangis juga bareng. sekarang, bahkan keadaan kamu pun saya ngga tau kaya gimana. mau nanya juga rasanya canggung. saya iri. iri sama mereka yang masih bisa ketawa bareng pacarnya. saya iri mereka masih punya telinga orang lain, seseorang yang selalu siap dengerin segala keluh kesah dan cerita bahagia. saya iri karena mereka masih bisa menghabiskan waktu bersama, walaupun saya tau waktu mereka juga ngga banyak. dan saya sedih karena kita terlalu egois. sadar ngga, saya dan kamu sama-sama egois? mungkin kamu pikir saya sekarang menjauh karena nggga sayang sama kamu. gi, saya juga ngga mau jadi gini. saya pengen tetep sama kamu, ketawa lagi, nangis lagi, makan lagi. tapi sesuatu yang ada di atas saya terpaksa bikin semuanya jadi seperti sekarang. saya sadar kalau saya orangnya egois. semakin mengasihani diri sendiri. semakin keras kepala. semakin menyedihkan. Inget ga, dulu kamu pernah bilang, hubungan kita berdua teh udah seperti keluarga, tapi kita juga bisa ‘putus’ kalau ngga menjalaninya dengan dewasa. ya, sekarang kita udah dewasa, bukan lagi saatnya nyari orang yang fungsinya buat having fun aja atau cuma sekedar teman ngobrol biasa. kita bukan anak sma lagi. tapi saya yakin kok kalau kita bisa ngejaga ikatan itu sampai kapanpun. amin. saya mah berharap, bahwa waktu kita yang terbuang saat ini, ga akan sia-sia di masa depan. bahwa kita masih bisa ‘bareng-bareng’ lagi tanpa ada sesuatu yang janggal seperti sekarang. saya sayang kamu. kemarin dan besok. *****
aing bener-bener kecewa sama maneh. aing belum pernah ngerasa se-kecewa ini sama maneh. aing marah. bener-bener marah. aing juga kesel sekesel-sekeselnya sama maneh. tapi aing kangen sama maneh. kangen pisan pisan pisan. *****
aku mencarimu. dalam setiap senja yang berlalu. aku menunggu, untuk usaikan asa yang merindu. dengarkan sapuan angin yang berhembus, telah kubisikkan gairah yang telah lama terbius. rasakan deburan ombak yang berderu, maka kutitipkan secercah asa yang pilu. rasakan saja semua perasaan itu, maka akan ada satu kisah tentang seseorang yang tak lekang oleh waktu. itu kamu. dan aku pun merindu. *****
it sucks when you miss that person so much that you look through old photos, old text messages, even old notes. and it brings a smile to your face. but then the hurts comes back and you know you shouldn’t be looking back, but you can’t help it because they really meant something to you and you thought it would of lasted. hey, i miss you. miss the old of us. the way we laugh. the way we chat. I really miss you. your messiness. your bad habit and everything about you. I’m just missing you……so much. *****
Offline message : Sofi Ardan : thanks to you sir for those ‘less-than-five-minutes’ chat. you always know how to make me feel alright. bener kan, ternyata sejauh apapun saya dari kamu, saya tetep butuh kamu. jadi, jangan bilang kalau saya akan ngelupain kamu. *****
silumba_lumba : maneh harus kuat ya disana silumba_lumba : tinggal dimana pun pasti selalu ada aja masalahnya silumba_lumba : kalau maneh punya masalah berat, cerita aja sama aing Sofi Ardan : tapi saya lama-lama jadi cewe benget gi Sofi Ardan : kalo ga kuat ngehadepin masalah kadang malah pengen nangis Sodi Ardan : life is not easy at all…. silumba_lumba : hey, if you wanna cry, then cry silumba_lumba : if you wanna shout, just shout silumba_lumba : if you mad, do crazy silumba_lumba : if you wanna talk, just talk silumba_lumba : coz I’ll be there for you silumba_lumba : i maybe not able to help, i maybe just listen
Sofi Ardan : huhuhu silumba_lumba : you can do anything you want silumba_lumba : but please….. silumba_lumba : don’t ever leave me silumba_lumba : because silumba_lumba : if there is one thing that I can’t handle, is losing you Sofi Ardan : GOMBAL Sofi Ardan : RACUN! silumba_lumba : ahahahahaha
“mah…itu rambutnya mamah udah mulai huisan ih.” ucap gw iseng kepada mamah sewaktu sedang menemaninya membaca majalah. (huisan : beruban) “aduh mamah teh seminggu ini lagi sibuk-sibuknya. sampai lupa mau ke salon, nge-cat rambut.” jawabnya kalem sambil membuka-buka halaman majalah. “sok atuh kapan mamah mau ke salon? nanti argi temenin. eh, ari umur mamah teh tahun ini udah berapa gitu?” tanya gw sembari memijit-mijit kakinya di atas sofa. “masa kamu forget umur mamah berapa? Alhamdulillah masih cukup, kasep.” balas mamah. “cukup? maksudnya cukup?” gw menghentikan pijatan di kakinya, kemudian menatap mamah dengan penuh tanda tanya. “Alhamdulillah umur mamah nanti masih cukup buat nganter teteh kamu nikah, ditambah nganter kamu sama aom diwisuda.” jawabnya sambil tersenyum. “…………………………………………………………………………”
*****
silumba_lumba : sedih euy Sofi Ardan : sedih kenapa gi? silumba_lumba : sedih belum bisa wisuda tahun ini Sofi Ardan : cik atuh semangat! silumba_lumba : iya Sofi Ardan : tahun depan pasti bisa! silumba_lumba : amin silumba_lumba : tapi aing takut Sofi Ardan : takut sama apa? silumba_lumba : takut nanti setelah wisudanya silumba_lumba : harus nyari kerja silumba_lumba : kan wisuda teh wilujeng susah damel Sofi Ardan : huhuhuhu Sofi Ardan : dasar ucing! mikirnya kejauhan silumba_lumba : rasanya gimana sop? Sofi Ardan : apanya? silumba_lumba : diwisuda Sofi Ardan : hmm Sofi Ardan : kaget silumba_lumba : kaget?
silumba_lumba : udah cuma itu aja? Sofi Ardan : iya kaget silumba_lumba : teu rame ah Sofi Ardan : huhuhu Sofi Ardan : iya saya beneran kaget ngeliat reaksi ibu waktu saya diwisuda Sofi Ardan : jadi wisudanya sendiri biasa aja Sofi Ardan : tapi liat ekspresi bahagia orang tua saya yang bikin wisuda jadi luar biasa silumba_lumba : envy parah sama maneh silumba_lumba : aing jd pengen geura-geura diwisuda Sofi Ardan : usaha usaha usaha Sofi Ardan : semangat semangat semangat silumba_lumba : iya iya iya Sofi Ardan : kamu bisa kamu bisa kamu bisa silumba_lumba : pasti pasti pasti *****
Sofi Ardan : hey silumba_lumba : oi silumba_lumba : ada angin apa yeuh? Sofi Ardan : maksudnya? silumba_lumba : kamu say hi duluan silumba_lumba : biasanya kamu susah dihubungin Sofi Ardan : huhuhu
silumba_lumba : lagi apa sop? Sofi Ardan : belajar silumba_lumba : oh silumba_lumba : belajar tapi yman Sofi Ardan : ngga boleh? Sofi Ardan : ya udah saya off silumba_lumba : eh jangan atuh jangan silumba_lumba : atulah Sofi Ardan : kenapa? silumba_lumba : jangan off Sofi Ardan : kan mau belajar silumba_lumba : udah jangan belajar terus ah silumba_lumba : sing karunya ka aing Sofi Ardan : kamu lg apa? silumba_lumba : lagi nonton Sofi Ardan : nonton apa? silumba_lumba : film Sofi Ardan : dimana? silumba_lumba : bisokop Sofi Ardan : sama siapa? silumba_lumba : temen Sofi Ardan : temen?
silumba_lumba : hmm silumba_lumba : aku lg pdkt sama dia Sofi Ardan : oh Sofi Ardan : cowo? silumba_lumba : bukan Sofi Ardan : setengah cowo setengah cewe? silumba_lumba : masyaalloh woy! Sofi Ardan : ya siapa tau silumba_lumba : sama cewe sop silumba_lumba : yang kemarin-kemarin aku ceritain Sofi Ardan : anak du? silumba_lumba : iya yang itu Sofi Ardan : oh Sofi Ardan : yg eplok cendol itu ya? (eplok cendol : bohay / semok) silumba_lumba : hahahahhh silumba_lumba : tah eta pisan Sofi Ardan : pasti nggeus beak atuh ya ku kamu? (udah ‘habis’ atuh ya sama kamu?) silumba_lumba : astagfirullah silumba_lumba : can diasaan euy (belom sempet dicobain euy.) silumba_lumba : hahayyy
Sofi Ardan : dasar ucing bangor silumba_lumba : atuda belum diapa-apain ai kamu Sofi Ardan : tapi kan udah ada niat? silumba_lumba : tapi kan iman aku masih kuat sop Sofi Ardan : iman kosasih? silumba_lumba : saha eta teh? Sofi Ardan : duka teuing saha (ngga tau deh siapa) silumba_lumba : hahahaha silumba_lumba : kangen kamu lah Sofi Ardan : awas nanti yang di sebelah kamu marah silumba_lumba : ku aing dicarekan deui (nanti sama aku dimarahin balik) Sofi Ardan : parahh silumba_lumba : dilarang mengganggu aing sama maneh Sofi Ardan : kamu pacaran teh yang bener ah silumba_lumba : aku mah cuma bisa bener sama kamu Sofi Ardan : alesan silumba_lumba : sing deminya ini mah Sofi Ardan : ngga cape pacaran model teh celup? silumba_lumba : naon eta teh? Sofi Ardan : ya pacaran ala teh celup gi Sofi Ardan : cuma secelup dua celup habis itu buang
silumba_lumba : gusti silumba_lumba : itu kosakata darimana ya tuhan silumba_lumba : sopi udah gede ya sekarang? Sofi Ardan : gandeng! (berisik!) silumba_lumba : hahahahahaha Sofi Ardan : kalakuan maneh tah! silumba_lumba : maenya? (masa?) silumba_lumba : ceuk saha? Sofi Ardan : udah atuh kamu teh pacaran yang bener silumba_lumba : kumaha engke eta mah (itu mah gimana nanti) Sofi Ardan : terus ngapain kamu pdkt tapi niatnya ga bener? silumba_lumba : buat temen jalan silumba_lumba : kamu tau sendiri kan silumba_lumba : kamu ga ada semuanya jadi serba beda silumba_lumba : aku cuma butuh temen jalan silumba_lumba : belum butuh pacar silumba_lumba : pacar aku ya kamu Sofi Ardan : move on atuh gi silumba_lumba : daripada aku move on sama orang ga jelas silumba_lumba : jauh lebih baik kaya gini
silumba_lumba : mikirin kamu silumba_lumba : kangen sama kamu silumba_lumba : sayang sama kamu Sofi Ardan : ya sudah cari orang yang jelas silumba_lumba : belum ketemu silumba_lumba : ga segampang itu juga sop silumba_lumba : ini sanjungan buat kamu silumba_lumba : nyari pengganti kamu itu susah silumba_lumba : demina hese pisan (sumpah susah banget) Sofi Ardan : saya doain yang terbaik buat kamu silumba_lumba : so far, kamu masih yang terbaik buat aku *****
Sofi Ardan : kamu kenapa? Sofi Ardan : sakit? silumba_lumba : iya Sofi Ardan : sakit apa gi? Sofi Ardan : udah ke dokter? Sofi Ardan : udah minum obat? silumba_lumba : kebanyakan minum silumba_lumba : udah silumba_lumba : ini lagi istirahat di rumah
Sofi Ardan : kebanyakan minum? silumba_lumba : iya silumba_lumba : maaf Sofi Ardan : emang kamu minum apa? Sofi Ardan : kembung gitu maksudnya? silumba_lumba : minum minuman Sofi Ardan : minuman? Sofi Ardan : maksudnya? silumba_lumba : maaf Sofi Ardan : ARI SIA TEH ABOK-ABOKAN????? (kamu habis mabok-mabokan?????) silumba_lumba : maaf Sofi Ardan : KOP TAH!!! (rasain sendiri akibatnya!!!) silumba_lumba : maaf silumba_lumba : maaf silumba_lumba : maaf silumba_lumba : atulah silumba_lumba : aku minta maaf sop silumba_lumba : aku janji ga akan gitu lagi solumba_lumba: maaf Sofi Ardan : JANJI???? silumba_lumba : iya
Sofi Ardan : BENERAN JANJI???? silumba_lumba : deminya sop silumba_lumba : moal sakali-kali deui (ngga lagi lagi) silumba_lumba : aing kapok Sofi Ardan : awas kalo kamu masih kaya gitu! silumba_lumba : ngga sop ngga Sofi Ardan : saya ngga suka kamu kaya gitu!!! Sofi Ardan : ngerti??? silumba_lumba : iya sop iya silumba_lumba : maaf Sofi Ardan : beuki teu baleg wae sia teh! (hidup kamu jadi makin ngga bener aja!) silumba_lumba : maaf silumba_lumba : maaf Sofi Ardan : keuheul aing mah nyaan!!! (sunpah aku kesel banget!!!) silumba_lumba : udah atuh udah silumba_lumba : kan udah janji ga akan gitu lagi silumba_lumba : deminya ini mah silumba_lumba : sok kamu maunya apa silumba_lumba : aku nurut silumba_lumba : sop
silumba_lumba : jangan diem aja atuh silumba_lumba : aku minta maaf silumba : aku janji ga akan gitu lagi Sofi Ardan : saya pegang janji kamu silumba_lumba : iya sop iya Sofi Ardan : kondisi kamu sekarang gimana? silumba_lumba : pusing sop silumba_lumba : pusing pisan Sofi Ardan : kata dokter gimana? silumba_lumba : suruh istirahat silumba_lumba : banyak minum air putih Sofi Ardan : ya udah sana istirahat silumba_lumba : kangen kamu da Sofi Ardan : iya udah sana istirahat silumba_lumba : kangen kamu Sofi Ardan : kangen kamu juga Sofi Ardan : pacar kamu kemana? silumba_lumba : ga tau lagi pergi sama temennya Sofi Ardan : pergi kemana? Sofi Ardan : dia tau kamu lagi sakit? silumba_lumba : iya Sofi Ardan : dasar awewe teu baleg!
silumba_lumba : nanti juga mau kesini sop silumba_lumba : cuma lagi pergi dulu sama temennya Sofi Ardan : pergi kemana??? silumba_lumba : ngga tau silumba_lumba : nganter temennya beli kado apa gitu lah silumba_lumba : aing ge teu ngarti Sofi Ardan : apa-apaan tuh orang kaya gitu Sofi Ardan : pacarnya sakit bukannya langsung ditengok Sofi Ardan : harusnya dia nemenin kamu bukannya malah pergi ga jelas kemana! silumba_lumba : iya udah nanti juga dia kesini Sofi Ardan : kamu teh cari pacar yang bener atuh!! silumba_lumba : jadi yang sekarang teh menurut kamu ga bener? Sofi Ardan : ngga silumba_lumba : ya udah nanti aing putusin silumba_lumba : gampang kan? Sofi Ardan : cik atuh cari pacar teh yang bener silumba_lumba : kan kamu yang nyuruh aing cepet-cepet punya pacar silumba_lumba : ya udah weh yang ada silumba_lumba : udahlah sekarang kamu silumba_lumba : ga usah ngerasa bersalah apa gimana silumba_lumba : ga usah maksa aing punya pacar
silumba_lumba : hidup aing masih baik-baik aja sop silumba_lumba : aing ga punya pacar juga kan ga kenapa-kenapa silumba_lumba : yang penting masih punya kamu Sofi Ardan : udah kamu istirahat Sofi Ardan : kalo ada apa-apa buzz aja silumba_lumba : kangen kamu Sofi Ardan : iya, sama Sofi Ardan : cepet sembuh gi *****


Amanjiwo Resort, Magelang “hai……” sapa sebuah suara yang terdengar lirih. “bona??? itu kamu???” tanya suara yang lain lagi. kali ini suara itu terdengar seperti orang yang sedang tercekat. ia seperti orang yang tiba-tiba saja terbangun dari tidur panjangnya di musim dingin. “hai boni….” jawab suara yang lirih tadi. “bona???” tanya suara yang satunya lagi seolah masih belum percaya. “iya. kamu masih inget aku kan?” suara lirih itu berubah menjadi sedikit riang. ada perasaan rindu yang terbersit dalam pertanyaan yang dia ungkapkan. tak beberapa lama kemudian, terdengar suara tangisan yang amat memilukan. ada perasaan haru, sedih, bahagia, gembira, kecewa dan marah. semua emosi itu hanya dapat diungkapkan dalam bentuk tangisan. perkenalkan, nama aku boni. aku adalah sesuatu yang menurut kebanyakan orang jarang digunakan oleh seorang lelaki. menurut mereka, lelaki lebih sering berpikir menggunakan logika. bukan dengan hati. argi, seperti kebanyakan lelaki lain lebih banyak bertindak, berpikir, serta membuat keputusan berdasarkan logikanya. sementara aku, hati, baru dipakai ketika segala tindakan, buah pikiran serta keputusan yang diambil berdasarkan logika itu ternyata tidaklah selalu berbuah benar. tiap kali logika berbuat salah, maka akulah yang harus menanggung semua akibatnya itu. entah sudah berapa ribu kali aku mengingatkan logika agar mempertimbangkan segala sesuatunya dengan benar sebelum akhirnya memutuskan sesuatu. logika dan egois adalah sepasang sahabat, terlebih bagi seorang lelaki. mereka berdua selalu bertindak semena-mena, sehingga akhirnya akulah yang harus menanggung semua rasa sakit itu. aku berteman akrab dengan bona. kami berdua sering sekali bercerita tentang rasa sakit yang sama. terkadang, aku sering merasa iba melihat bona ketika ia sedang kesakitan. aku ingin sekali menolongnya, menghilangkan rasa sakitnya itu. tapi apa daya, jarang sekali aku mampu mempengaruhi logika dan sifat egois seorang argi. suaraku terlalu pelan untuk bisa didengar olehnya. begitupun halnya bona, sekeras apapun ia berteriak, sekencang apapun ia menangis tapi tetap saja, sofi acapkali mengacuhkan semua hal itu. ketika kami berdua merasa kesakitan, usaha paling maksimal yang bisa kami lakukan agar di dengar oleh argi dan sofi hanyalah mengirimkan sinyal kepada otak untuk meneruskannnya kepada mata agar ia menangis. itulah senjata terampuh kami. kami menyayat-nyayat bagian tubuh kami, melukai diri sendiri hingga akhirnya otak pun merasa kasihan dan memaksa mata untuk mengeluarkan tangisnya. sadarkah engkau, wahai kalian berdua? bahwasanya, luka dari sayatan itu sendiri sesungguhnya tidak akan pernah mengering? entah sudah berapa juta luka goresan yang kami buat. kesemua luka itu tidak ada yang tidak meninggalkan bekas. kami rela membuat parut di wajah kami sendiri. itu semua dilakukan hanya untuk membuat kalian sadar. memang, tuhan menciptakan tubuh manusia menjadi beberapa bagian. beberapa organ. kemudian memasukkan semua sifat, naluri, logika, akal serta keegoisan yang terkadang menghancurkan diri mereka sendiri. bahkan mampu menghancurkan segala sesuatu yang ada di muka bumi ini. manusia adalah sungguh makhluk yang amat sangat egois. menyadari hal tersebut, maka tuhan lalu menciptakan kami. tuhan menciptakan hati. aku dan bona diciptakan sebagai penyeimbang. tapi nyatanya, kalian berdua tidak mempergunakan kami sebagaimana mestinya. kalian hanya menjadikan kami sebagai tempat pelarian. saat kalian berdua merasakan jatuh cinta, mata lah yang merekam bagaimana kalian begitu mengagumi sosok masing-masing. ketika kalian bersama, kontak mata yang begitu intim pun terjalin. lalu siapa lagikah yang beruntung? dia adalah tangan. betapa bahagianya menjadi tangan. ia seringkali menceritakan betapa lembutnya pipi kalian, betapa halusnya tiap helai rambut yang ia belai, betapa erat ia mencengkram tangan seseorang yang sangat teramat ia sayangi. aku turut berbahagia mendengar ceritanya. tiap kali tangan bercerita hal romantis yang baru saja dilakukannya, aku langsung tersipu malu membayangkan semua bayangan indah itu. aku tidak merasakannya langsung. tapi entah kenapa aku bahagia. tahukah kalian berdua, siapa yang paling membuatku merasa iri? dia adalah bibir. aku iri sekali olehnya. dia pernah berteriak kencang kepada semuanya ketika akhirnya bisa mencium bibir pasangannya. dia merasa bangga. karena menurutnya, ciuman yang ia berikan mampu membuat sang empunya merasakan hidup layaknya di surga. bibir lalu membuat tandanya sendiri. ciuman di bibir, tandanya sayang. ciuman di pipi, tandanya bahagia. lalu ciuman di kening, tandanya cinta. aku iri. aku tidak pernah dapat bersentuhan dengan bona secara langsung. padahal aku ingin sekali. aku belum pernah menginginkan sesuatu sekuat ini. rasanya, aku rela menukar apapun yang aku punya asalkan bisa duduk berdampingan dengan bona. tapi sejauh ini, seriuh apapun hal yang diceritakan oleh mata, tangan dan bibir, aku dan bona hanya bisa iri. kami berdua hanya bisa berbicara. dari hati ke hati. dan tahukah kalian, disaat kalian berdua harus mengakhiri segalanya, bahkan mata, tangan, bibir dan otak sekalipun tidak ada yang mau bertanggung jawab??? mereka melimpahkan semua rasa sakit itu kepada kami. kepada aku dan bona. kenapa hampir semua manusia menyimpan rasa sakitnya di dalam hati??? kenapa kami yang harus menanggung semuanya??? bukankah sebelumnya kami sudah sering berteriak??? kami sudah sering mengingatkan agar kalian tidak berbuat kesalahan yang fatal. tapi kalian justru mengacuhkannya. berpikir berdasarkan logika itu sebuah keharusan. tapi tolong, libatkan kami, libatkan hati ketika kalian akan bertindak. karena untuk itulah kami diciptakan. sebagai penyeimbang. “boni? kamu kenapa?” tanya bona kepada boni yang masih terisak. “boni?” bona meninggikan suaranya ketika tubuh sofi dan argi sedang berdekatan. lalu tangisan boni pun tiba-tiba terhenti. “hangat….” ucap boni sambil tersenyum penuh arti. “hangat?” kali ini bona benar-benar dibuat bingung oleh boni. bona tidak tahu kalau saat ini, argi sedang memeluk sofi dengan sangat erat. bibirnya, berulang kali mendaratkan kecupan di kening orang yang sangat ia cintai tersebut. pertemuan kembali setelah waktu yang cukup lama ini tak pelak membuat argi merasakan rasa bahagia yang tiada tara. “selama ini aku kedinginan.” boni bercerita. “kedinginan? barusan tadi kamu bilang hangat, kan?” bona masih belum mampu menangkap maksud perkataan boni. “kamu yang membuatku kembali merasakan rasa hangat ini lagi…. perasaan hangat yang teramat sangat aku rindukan.” boni berusaha untuk tersenyum.
“aku……” “aku……..” “aku juga rindu perasaan ini.” ucap bona lirih. “se-se-lama ini aku juga kedinginan.” bona tertunduk lesu. “kenapa kamu tidak pernah bercerita sedikitpun kalau kamu merasakan dingin yang sama sepertiku? kenapa selama ini kamu diam saja???” boni pun merajuk. selama puluhan minggu lamanya, bona hanya mendengar kabar menyedihkan yang diceritakan oleh teman-temannya yang lain, tangan, bibir dan mata. “a-a-aku ngga berani. aku takut. a-a-aku malu.” suara bona semakin tenggelam oleh rasa malunya sendiri. “kamu tahu, selama ini aku selalu menunggu kabar dari kamu!! aku sering sekali menitipkan salam rindu kepadamu. tangan bilang, sudah ribuan kali ia mengetikkan perasaaan itu melalui papan keyboard. bahkan, mata pun berani bersaksi kalau ia melihat semua kata-kata rindu yang diketik oleh tangan!!!” boni meninggikan suaranya. ia terdengar marah. “lalu mana balasanmu?????” hardik boni. kali ini, giliran bona yang merasa sedih. sangat teramat sedih. hanya ia yang tahu. hanya ia yang menyimpan semua perasaan itu. semua rahasia itu. rahasia yang tidak pernah ia beritahukan kepada boni. otak, tempat dimana boni menyimpan semua memorinya itu merasa iba. otak mengetahui segalanya. semua ingatan. termasuk ingatan sedih boni. ingatan akan sebuah alasan. alasan mengapa ia rela menyanyat-nyayat luka baru karena harus meninggalkan boni. otak meminta izin kepada bona untuk membuat bibir menceritakan segala sesuatunya dengan jelas kepada argi, kepada boni. tapi bona lalu menolak. baginya, meninggalkan seseorang yang amat sangat ia cintai sudah jelas merupakan sebuah kesalahan fatal. dan bona tidak mau menerima pengampunan dari boni. baginya sudah jelas siapa pihak yang menyakiti dan tersakiti. otak akhirnya terpaksa menuruti kehendak bona. tapi karena rasa empatinya begitu besar, otak lalu mengeluarkan sinyal kepada mata untuk menangis.” menangislah!” teriak otak dengan kencang kepada mata. “menangislah agar argi tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi!!!” teriak otak lagi. ***



“kamu nangis??? ya ampun sop, kamu kenapa???” argi tiba-tiba merasa panik sewaktu melihat sofi tiba-tiba menangis. padahal sebelumnya, mereka berdua sedang merasakan hangatnya sebuah pelukan. sebuah pelukan rindu. *** boni lalu mendapat kabar dari mata. katanya, mata baru saja melihat sofi tiba-tiba menangis pilu. mata tahu dengan pasti, kapan sofi menangis bahagia dan kapan pula sofi menangis dengan pilu. mata tidak akan pernah lupa dengan semua gambar yang ia tangkap selama argi dan sofi berhubungan. “bona??? bona??? kenapa kamu menangis???” teriak boni khawatir. “bona??? tolong, jangan sakiti dirimu lagi. tolong hentikan!!!” boni memaksa bona agar tidak menyayat-nyayat dirinya sendiri. mata tidak mungkin menangis dengan pilu kalau hati tidak sedang tersakiti. boni sadar, belakangan ini dia sering menggores permukaan tubuhnya sesering mungkin agar mata argi mengeluarkan tangisnya. dia berharap, sinyal rasa sakit yang dia berikan itu mampu menggerakkan argi untuk melakukan sesuatu. sesuatu yang akan membuatnya merasakan rasa bahagia. “bona??? tolong maafkan aku. please bona, jangan lukai dirimu lagi. aku tidak mau kamu merasakan sakit yang sama.” bujuk boni lagi. *** “ngga apa-apa gi. saya cuma kangen.” sofi menjawab dengan penuh kebohongan. dia akhirnya memilih untuk menutupi semuanya itu. sofi tidak memperdulikan rasa sakit yang dirasakan oleh bona. sofi mengacuhkannya. *** argi tersenyum lega. ternyata sofi baik-baik saja, pikirnya. ia lalu mempererat pelukan tangannya di pinggang sofi. *****
if a heart could tell, i feel you if a mind could forbid my feeling, i ain’t feel you when do we start? i don’t know exactly
you’re not the sun, either the moon but this far, you’ve lighted me with your view, arms and mind we’re friends, i know, and nothing ever be the best like this. *****
“kamu disana baik-baik aja kan sop?” tanya argi. “iya.” jawab sofpi sambil tersenyum. “sering kangen sama aku ngga?” tanya argi menyelidik dengan penuh harap. sopi hanya tersenyum kecut meremas jemarinya dengan erat. *** “bona?” terdengar suara boni memanggil dirinya. “hai boni!” jawab bona dengan riang. “wahhh…keliatannya kamu semangat banget?” boni turut bahagia mendengar bona sudah kembali ceria seperti sedia kala. “iya. aku seneng banget bisa ketemu kamu. ada temen berbagi, ada temen yang bisa bikin aku ketawa lagi.” “aku bosen disana. sepi.” “sepi?” tanya boni. “sangat.” jawab bona sambil menerawang jauh entah kemana. “kenapa kamu baru bilang sekarang? kamu kan bisa minta tolong sama tangan untuk kasih kabar ke aku kalo misalnya kamu kesepian.” “aku malu.”
“malu?” “iya.” “malu kenapa?” “harusnya aku bisa kuat ngehadapin semuanya. tapi kadang aku ngga bisa ngejalanin segala sesuatunya seorang diri. rasanya malu banget sama kamu, harus cerita kelemahan yang sering aku rasain selama ini.” “tapi sekarang kamu jauh lebih kuat dibanding bona yang dulu pernah aku kenal….” “oh ya?” “harusnya aku yang malu karena ngga bisa sekuat seperti kamu sekarang. kamu udah banyak berubah. sementara aku? aku masih sama seperti yang dulu. aku belum berubah sedikitpun. atau lebih tepatnya, aku ngga mau berubah. aku terlalu lemah untuk itu.” “aku suka kamu yang dulu. aku ngga mau kamu berubah.” “kamu yakin, lebih bahagia disana?” “entahlah.” “apa kamu merasa sebahagia ini sewaktu kamu ada disana?” “boni, belum pernah aku ngerasa sebahagia seperti saat aku bisa berada sedekat ini dengan kamu.“ “seharusnya kamu jangan pergi.” “seharusnya kamu juga tahu, kita selalu kalah oleh akal dan logika, kan?” ***
“kenapa kamu ngga bisa nolak waktu dapet kesempatan untuk pergi kesana?” kali ini argi seakan tak habis pikir, mengapa orang yang bahkan selalu bilang tidak pernah mau ditinggal pergi olehnya justru berlaku sebaliknya, pergi meninggalkan dia. “kamu tahu gi, saya itu hidup bukan cuma seorang diri. saya juga hidup dengan keluarga saya, dengan orang yang lainnya juga termasuk kamu.” “saya memang punya idealisme sendiri, yaitu untuk bisa terus ada di dekat kamu. tapi dalam kehidupan saya yang lain, bersama keluarga, dengan amat sangat terpaksa saya harus bisa melupakan idealisme yang ada di ubun-ubun supaya bisa bersekutu dengan realitas yang ada di depan mata.” “okay, anggep aja aku bisa nerima semua realitas yang harus kamu hadapin waktu itu. tapi sop, kita ngga harus putus juga kan?” “maaf ya gi, pada akhirnya saya harus kasih contoh yang ngga baik sama kamu. saya ternyata cuma seorang pengecut. tapi percaya deh…..” “percaya apa?” “God knows how I wanna get close to you. saya mungkin bisa bohongin kamu, tapi saya ngga pernah bisa bohongin hati saya sendiri.” “jadi intinya, kamu belum bisa kasih tau alasan sebenernya kamu mutusin aku?” “saya harus konsultasi dulu sama orang lain.” “dari tadi, omongan kita kayanya muter-muter ngga jelas ya sop?” “iya gi. padahal kita sendiri sebenernya tau mau kita apa kan?” “tah eta pisan.” *****
Sometimes, you have to be apart from people you love. But that doesn’t mean you love them any less. Sometimes it even makes you love them more. *****
“boni…….” bisik sebuah suara ditengah keheningan malam. “boni……” kembali suara bisikan itu terdengar. “boni!” kali ini suara bisikan itu beralih menjadi sebuah pekikan kecil. *** “sop?” tiba-tiba argi terbangun dari tidur pendeknya. sambil berusaha mengumpulkan segenap kesadaran, dia melihat ke arah arlojinya. 02 : 13. ini masih dini hari pikirnya. argi lalu membuka satu persatu kancing kemeja putihnya. matanya memang masih mengantuk, namun jari jemarinya itu seolah-olah bergerak sendiri. rupanya, tadi ia tertidur setelah sebelumnya cukup lama bercakap-cakap dengan sofi. acara akad di resepsi pernikahan kakaknya malam tadi benar-benar menguras hampir semua energi yang ada di tubuhnya. andaikan sofi tidak mengajaknya berdiskusi, sudah barang tentu ia akan langsung terlelap dalam buaian alam mimpi. sayang, ia tidak akan pernah mungkin mengacuhkan satupun perkataan orang yang sangat dicintai itu. orang yang sangat dia hargai melebihi ia menghargai dirinya sendiri. ketika hendak membuka kemejanya, tatapan matanya menangkap sosok seseorang sedang duduk bersila di atas lantai. hanya beralaskan sehelai sajadah tipis berwarna merah. “sop?” argi memicingkan matanya sambil menatap ke arah sofi. “kamu solat apa sop?” tanyanya lagi. sofi kemudian menghentikan sejenak rutinitasnya saat itu. bola matanya yang semula tertutup, langsung terbuka. sofi tersenyum ke arah argi. hanya sekilas. kemudian ia kembali memejamkan mata dan melanjutkan rutinitasnya yang sempat terhenti. tangannya kembali menggenggam sebuah tasbih kecil. tasbih itu terbuat dari kayu kokka berwarna coklat pucat. argi tampaknya mengenali dengan jelas tasbih yang sedang dipegang oleh sofi. itu adalah tasbih yang ia berikan untuk sofi sepulangnya dari ibadah umroh di tanah suci. argi tersenyum. kemudian, ia beranjak dari kasur. dengan perlahan, argi menyandarkan tubuhnya di punggung sofi sehingga kedua punggung mereka saling bersentuhan satu sama lain. entah apa yang sedang ia pikirkan, tapi argi kemudian turut
memejamkan kedua bola matanya. membiarkan pikirannya melayang jauh entah kemana. *** “hai bona….” sapa boni. “kamu!” pekik bona dengan lirih. “hehehe. maaf, aku ketiduran.” “pantas! aku sudah kehabisan akal untuk memanggilmu tadi.” “apa kamu senang?” tanya boni. “senang?” bona balik bertanya. “iya. memangnya kamu tidak senang kita bisa berada dalam jarak sedekat ini?” ucap boni. “hangat. sangat hangat.” jawab bona. “aku bisa mendengar suara detak jantungmu…..” bisik bona. “aku juga.” “apa biasanya memang seperti ini?” “apanya?” “entahlah. suara detak jantungmu berdegup sangat kencang. apa biasanya seperti ini?” “tidak. ini semua disebabkan olehmu.”
“olehku?” “iya. seperti yang kamu ketahui, jantung tidak pernah bisa berbohong. ia mampu beresonansi dua kali lipat, bahkan tiga kali lipat ketika bertemu dengan belahan jiwanya.” “berarti aku belahan jiwamu?” “menurutmu??” “entahlah.” “entahlah???” “entah apa aku sanggup untuk tidak pernah sekalipun merindukan malam ini…….” “boni…..” lirih bona. “apa?” “kamu mau hadiah?” “hadiah? hadiah apa?” “apapun.” “apapun?” “iya. sebutkan keinginanmu yang terbesar. harapanmu yang paling tinggi.” “lalu? apakah nanti harapan itu akan terwujud?” “aku tidak tahu.”
“tidak tahu? lalu sebenarnya hadiah apa yang mau kau berikan untukku?” “hanya sebuah doa.” “doa?” “iya. sebutkanlah apapun keinginanmu saat ini. maka lalu aku akan mendoakannya. berdoa agar keinginanmu itu tercapai.” “sehebat itukah doamu?” “entahlah…. tapi saat ini hanya itu saja yang bisa aku berikan untukmu saat ini. cepatlah boni, sebutkan permintaanmu. sekarang, sofi sedang berada di dalam kendaliku. dan itulah saat terbaik untuk mendoakanmu.” “kamu? mengendalikan sofi?” “iya. kamu tahu, di saat manusia sedang berada sebegitu dekat dengan Sang Pencipta, maka di saat itulah aku meraja. bahkan akal dan pikiran sekalipun tidak akan mampu mengalahkanku.” “karena kita tidak pernah sekalipun berbohong, kan?” “ayolah boni, cepat ucapkan permintaanmu.” “sudahlah lupakan saja.” “lupakan?? itu adalah hadiah dariku, boni. hanya itulah yang bisa aku lakukan untukmu.” “berhentilah memikirkan aku, dan simpan doa itu untuk dirimu sendiri. berdoalah akan sesuatu hal yang mampu membuatmu bahagia. karena untuk itulah aku ada, untuk melihatmu bahagia.” *****
malam ini, untuk kesekian kalinya kagumku menjadi. syukurku berlimpah, ketika kamu membahagiakanku hanya dengan sebuah petikan doa yang
cukup singkat. maaf, tak satupun doa dalam shalatku bisa kuucap hari ini. tidak pun sesuatu untukmu kubisikkan pada-Nya hari ini. namun, di setiap helaan nafasku mengucapkan harapan untukmu bahagia nanti dan selamanya. janjiku, akan selalu ada namamu dalam setiap sujudku pada-Nya, untuk kutitipkan bahagia dan cinta yang selalu berlimpah dariku dan dia, dari kami. *****
ada sesuatu hal yang baru. masuk dengan pelan namun teratur. melalui beberapa jaringan dengan fungsi yang berbeda tapi saling berkoordinasi dalam mencapai tujuan yang sama. bekerja serempak untuk mencapai penglihatan. mata. terdiri atas jaringan yang rumit. sama rumitnya seperti sesuatu hal yang baru saja masuk itu. aku memulai dengan mencoba menyingkap cahaya. pelan. hingga tepat ke pusat sistem saraf. membersihkan kerikil-kerikil halus atau bahkan debu yang mungkin saja menghalangi penglihatanku akan sesuatu hal itu. lalu beranjak menuju kelopak yang masih sangat normal gerak refleksnya, masih lima kali per-detik. berulang dan dengan sangat teliti aku terus menyusuri lingkaran yang dikelilingi oleh tujuh tulang tengkorak itu. sesekali aku memeriksa hidungku yang sederhana namun menarik, takut-takut menghalangi penglihatanku secara vertikal. lebih dalam, aku memeriksanya ke jaringan yang tersusun dari seratuh dua puluh lima juta photoreceptors. retina. aku memeriksa apakah tujuh juta sel ini benar bertanggung jawab pada penglihatan warna dan kepada seratus delapan belas juta sel lainnya yang peka terhadap rangsangan. kembali aku mengulang prosesnya. menerobos masuk ke dalam kornea, cairan mata, selaput pelangi, lensa, pembuluh darah kecil, dan beberapa lapisan saraf yang berada di paling atas retina. saking asiknya, aku tidak sadar bahwa ini adalah rantai pertama antara retina dan otak. aku hanya menyadari gambar yang diterimanya berada dalam posisi terbalik dan koroidnya telah diperbaiki. ribuan detik telah berlalu dan aku tetap membiarkan sesuatu hal itu berada disana. terjebak di jaringan komunikasi yang rumit. terletak dalam organ yang paling menakjubkan. berharap akan mengetahui sesuatu ketika aku meneliti apa yang ada dibalik thalamus. mencoba mengorek informasi sensual dalam alam sadar yang sebenarnya tidak perlu untuk diketahui. memastikan thalamus melakukan sebuah kerjasama yang baik dengan korteks visual. ketika milisekon berganti detik, detik berganti menit, dan begitu seterusnya, sesuatu hal itu sudah bukan menjadi hal yang baru. masih sulit dijelaskan. masih terlalu rumit. aku belum bisa mengetahui apa yang masuk ke mataku yang kini posisinya sudah berada di otak dan hati. sampai akhirnya, aku membuat satu kesimpulan. ini adalah sebuah perasaan. cukup rumit. melibatkan emosi yang mendalam. ada rasa sedih, bahagia, kangen, dan saling menyayangi. semuanya terasa seimbang. saat mata menangkap sesuatu hal itu sepenuhnya. melalui pantulan cahaya matahari pagi, sosoknya terlihat indah. tanpa cela. ada perasaan memiliki yang teramat sangat kuat sewaktu lenganku mendekapnya. disaksikan
sang mentari, aku pun berbisik ; “bangun atuh sop… udah pagi.” *****
April 2011 Pengky, Jalan Bali, Bandung Sengaja aku datang ke kotamu Lama nian tidak bertemu Ingin diriku mengulang kembali Berjalan jalan bagai tahun lalu Gw berjalan ke arah sebuah lapangan beralaskan paving block yang tak seberapa luas itu. suasananya tidak pernah berubah. masih sama seperti dulu. saat gw dan sofi masih sering bermain bersama dengan anak-anak yang lain. lapangan ini masih tetap rimbun. belasan pohon kecil nan rindang selalu setia meneduhkannya. bahkan sebuah pohon yang dahannya cukup besar itupun masih tetap menaungi lapangan ini. ia masih tetap terlihat kokoh. sambil mengamati keadaan sekeliling pengky, gw menghirup udara segar yang dihembuskan oleh banyak pepohonan rimbun disekitarnya. suasana ini, sejuknya hembusan udara pagi, tetesan embun yang membasahi permukaan aspal, daun-daun yang berguguran di sepangjang jalan, serta kicauan aneka serangga dan burung membuat suasana dramatis di jalan bali ini selalu dan selalu pantas untuk dirindukan. inilah bandung yang sebenar-benarnya bandung. Rasanya, baru kemarin gw masih mengenakan seragam putih abu lengkap dengan lencana berwarna hijau yang tersemat di kerah baju. biasanya, selepas pulang sekolah, anak laki-laki hampir tidak ada yang pernah absen bermain sepak bola di pengky. terasuk gw dan sofi. gedung sekolah itu, yang tetap berdiri tegak seakan tak lekang oleh waktu, menjadi saksi bisu jutaan kisah cinta yang telah terjadi disekitarnya. gw langsung mengabadikan sebuah pelat besi hijau berbentuk melengkung yang bertuliskan nama sekolah hebat itu. dengan segera, gw menguploadnya ke plixi dan dalam beberapa detik saja, foto itu telah sukses terpampang di timeline twitter. hebatnya, selama seharian penuh itu, tak henti-hentinya puluhan orang me-retweet gambar itu, mencurahkan segenap kenangan dan memori indah remajanya sewaktu masih bersekolah di sana. mereka tak ubahnya gw, sangat mencintai tulisan keramat itu, di gerbang sekolah itu. I heart you belitung timur. setelah menemukan posisi duduk yang sesuai, gw lalu membuka sebuah tas pembungkus kulit berwarna hitam. sambil merasakan suasana romantis dramatis yang ada disekeliling, jari jemari gw kemudian mulai menyentuh papan keyboard virtual yang muncul di layar. sesekali
merenung, lalu mengenang kembali kejadian-kejadian indah disana. akhirnya gw mulai merangkai kata-kata yang nantinya akan diolah menjadi sebuah kerangka cerita yang mudah-mudahan kesan indahnya tidak akan terasa jauh berbeda dengan kejadian sebenarnya yang dulu pernah gw alami. tak lupa, dua buah ear-plug langsung gw pasang di kedua telinga. sebuah lagu kenangan menemani gw bercerita sebuah kenangan di tempat yang penuh kenangan. Sepanjang jalan kenangan Kita slalu bergandeng tangan Sepanjang jalan kenangan Kau peluk diriku mesra Hujan yang rintik rintik Di awal bulan itu Menambah nikmatnya malam syahdu…. (Sepanjang Jalan Kenangan) *****
Pengky, Jalan Bali Beberapa tahun-tahun-tahun-tahun-yang lalu “maneh leumpangna tong gancang-gancang teuing atuh beul….” teriak gw kepada sopi sambil berjalan terseok-seok karena sepatu yang gw pakai terlepas. (kamu jalannya jangan cepet-cepet atuh sop….) “buru atuh ih maneh mah ngalilakeun.” balas sofi sambil terus berjalan mundur menghadap ke arah gw yang sedang memakai sepatu. setelah selesai, gw lalu langsung berlari kecil mengejarnya. (cepetan atuh ih kamu mah suka ngelamain aja.) “anjis aing lapar pisan beul. bieu geus ngadangdut tilu kaseteun!” ucap gw seraya merangkul pundak sofi. kami berdua kemudian berjalan keluar gerbang sekolah menyusuri jalan bali. (anjis aku laper banget nih. barusan habis nyanyi dangdut tiga kaset sekaligus!) “heu euh urang oge laper abis. maneh jadi difoto?” tanya sofi. kebetulan waktu itu gw pernah diajak foto-foto untuk sebuah produk kaos t-shirt di sebuah majalah remaja. (iya aku juga laper abis. kamu jadi difoto) “jadi. edek dahar naon ieu teh euy?”
(mau makan apa?) “hayam wae lah nu rada gampang. ari maneh naon?” (ayam aja lah yang gampang. kamu mau makan apa?) “teuing. tapi aing lagi ngidam bungbuahan.” (ngga tau. tapi aku lagi ngidam buah-buahan.) “buah? maneh ngidam?” “heu euh aing lagi ngidam duren tapi nu eweuh cucukan.” (iya aku lagi ngidam duren tapi yang ngga ada durinya.) “oh… sugan teh maneh ngidam cau rasa gedang.” (oh… kirain teh kamu lagi ngidam pisang rasa pepaya.) “hahahhh. eh sop, nanti katanya aing mau dipoto make kaos warna kayas lah.” (warna kayas : warna pink / merah muda) “deminya?” “iya. kaos pink garis-garis putih. meni gress pisan lah.” “homo ih bajunya. orangnya apalagi.” “ari sia naon goblog??” (lo sendiri??) “ah pan urang mah kabogohna.” (ah kan saya mah pacarnya.) “ngemeng naon sia teh.“
“terus nanti selain kaos warna kayas, maneh difoto make apalagi?” “teuing sop. kayanya mah aing nanti dipoto make calana cutbray kerlip dangdut warna hejo paul.” (hejo paul : hijau kebiru-biruan, turquoise) “cing rada diulang maneh tadi ngomong apa?” “ah maneh mah.” “kenapa ngga sekalian make kameja corak kembang-kembang?” “anjis! eta nu dicari selama penantian hidup aing, kameja corak kembang-kembang! oke beybeh!” “bu, pecel ayam masih ada ngga?” tanya sofi kepada ibu pemilik warung tenda sewaktu kami berdua telah sampai di sebuah warung tenda yang menjual pecel ayam, pecel lele, dll. “nanti ya diliat dulu ayamnya masih ada atau ngga .” jawab si ibu dengan kalem sambil tetap sibuk ngerendos sambel. (ngerendos : menggerus) “kalau ngga ada?” tanya sofi lagi. “ya ngga jadi beli juga ngga apa-apa mas.” jawab ibu itu dengan tiis. “anjis goblog ieu si ibuna pikageluteun!” bisik gw pelan kearah sopi. kemudian sopi memesan pecel ayam dua porsi untuk kami berdua. lalu, kami duduk di sebuah meja panjang di dekat tempat si ibu berdiri tadi. (anjis ini mah namanya si ibu ngajak berantem.) *****


Bertahun-tahun kemudian….
“dulu geuleuh ngga sih, waktu liat di majalah teh bibir kamu pake lipbalm?” tanya sofi saat kami sedang berjalan-jalan di sekitar jalan bali begitu sesampainya di bandung setelah selesai melaksanakan serangkaian acara pernikahan teh dea. “eh itu mah disuruh sama tukang potonya lah. maneh tah yang nurustunjung ngabolokerkeun eta aib aing make lipengloss.” biasanya kan, kadang, supaya bibirnya ngga keliatan pecah-pecah teh suka dikasih lipgloss sama tukang mek ap nya. (kamu tuh yang nyebelin nyebarin aib aku pake lipbalm) “atuda resep ngaheureuyan kamu teh.” (habisnya aku paling seneng ngebecandain kamu.) “eh dulu motor kamu pernah jatuh disini inget ngga sop?” gw menunjuk ke depan pagar sebuah kos-kosan yang letaknya bersebelahan dengan sekolah. “oh… gara-gara mau ngikutin kamu tea nya gi?” “iya. da kamu mah sukanya ngikutin aing terus. aing pergi kemana aja pasti ngikut da. dasar anak bringka.” “anak bringka?” “bringkaditu, bringkadieu. nu penting mah ngilu ramena hungkul.” (kesana, kemari. yang penting mah ikut ngeramein.) “saya laper gi. makan dulu yu bentar?” “mau makan apa?” “sotbal aja gi yang rada deukeut.” “hayu lah. leumpang atawa kumaha?” (hayu lah. mau jalan atau gimana?)
“heu euh. sekalian kesangan. disana saya jarang olahraga.” ucap sofi sambil melangkahkan kaki melintasi lapbal, lapangan bali, menuju ke arah sotbal, soto bali, yang ada di bagian ujung jalan bali dekat ke jalan jawa. (kesangan : keringetan) “maneh leumpangna tong gancang-gancang teuing atuh bray. aing geus kolot yeuh….” gw menyuruh sofi agar memperlambat langkah kakinya. (kamu jalannya jangan cepet-cepet atuh sop. aku udah tambah tua nih…) “kamu mah, dari dulu sampai sekarang tetep aja jalannya lama. saya udah pelan juga tetep aja saya yang ada di depan kamu. kamu mah selalu ketinggalan…” balas sofi sambil tetap berjalan cepat seperti biasa. *****
as you walk in front of me, doesn’t mean I am left behind. i just want to watch you walk away and wonder…….. whenever you are missing something, will you look back? *****
“kemarin kayanya kamu baru aja dateng. dan sekarang, aku harus liat kamu berangkat lagi. pergi lagi. ninggalin aku, lagi.” gw membantunya mengemasi beberapa pakaian ke dalam koper. sofi pun hanya bisa tersenyum simpul. “pernah ngga, kamu tiba-tiba ngerasa ragu menjalankan sesuatu saat udah sampai ditengah jalan?” tiba-tiba sofi menatap tajam ke arah gw. “ragunya teh karena apa dulu? cobaan atau godaan?” balas gw. “hmm…. terkadang yang namanya godaan itu akhirnya akan jadi sebuah cobaan.” “dan kalau mau lulus dengan nilai bagus, artinya harus bisa menyingkirkan semua godaan yang jadi cobaan itu, kan?” sofi kemudian tertawa kecil sambil menatap kearah gw.
“kata-kata barusan, keluar dari mulut kamu apa hati kamu?” goda sofi. “…………………………………………………………………………………….” gw hanya bisa terdiam. andai hati bisa berkata, mungkin bibir ini sudah pasti akan dicap sebagai pembohong besar. “kamu kuliahnya harus bener ya gi. cepetan lulus. kalau ada perlu bantuan apapun, email saya atau gimanapun lah caranya. walau sesibuk apapun, saya akan sangat mau sekali bantuin kamu.” “iya sop. doain aku ya supaya cepet selesai urusan kuliahnya. asa banyak pisan hambatan.” “ok. tapi saya mah cuma bisa sebatas ngedoain kamu. nantinya cuma Allah yang akan, selalu dan pasti nolongin kamu. makanya kamu jangan pernah ninggalin shalat.” “iya sop. eh sop, dulu teh kamu suka sama aku karena apanya?” tiba-tiba gw melemparkan pertanyaan yang sebenarnya gw sendiri sudah tahu jawabannya. “ngga tau…..” jawabnya singkat. kemudian ia kembali menlanjutkan kegiatan beres-beresnya. *****
i like you because I don’t know why, but… everything that happens is nicer with you i can’t remember when I didn’t like you it must have been lonesome then i like you because because because i forget why I like you but i do… ***** hey sipo-sipo, promise me ya, you gonna take a good care of yourself there. stop being spontaneous and avoid every act that lead you to problems. stay focus, stay calm, stay gorgeous, jangan dikeluarin hoblohnya nanti bisa malu-maluin nama negara. kalo ada yang gangguin kamu disana bilang aja nanti aing pasti langsung sewa pembunuh bayaran. hahahaha. jangan lupa solat siah sop. soalnya kalo maneh ngga solat nanti ngga akan ada yang doain aing. *****
hahaha… yes, sir. I will take care of myself and I won’t do stupid things that will lead me to problems. I promise you that I will be fine there. *****


TAMAT

Cerita Secangkir Kopi Chapter Lanjutan 65

Apdetan februari 26, 2011(Apdetan terakhir dari aa CSK  )
C For Cenat-Cenut “heh udah nyampe mana?? lila pisan! aku udah jadi mumi siah nungguin aa.” “di jalan bep. lima belas menit lagi nyampe. kita langsung pergi makan yah?” “ngga pake lama!” “berisik. saya di sini juga kesiksa.” “eh, kesiksa kenapa a? macet parah ya di sana?” “kesiksa kangen sama kamu.” “apa deh dasar akuntan alay.” “siapa coba yang sering nulis ala alay di cerita?” “eh alay yang ini mah beda deh.. akuntan alay, ai lap yu. hahahahahahah.” “pasti ada maunya.” “hahahaha. iya, lagi males makan di luar. bosen. lebih enak kalau aa yang masak apa gitu.” “banyak bahan makanan yang habis. harus belanja dulu. repot.” “deket sini kan ada ranch market. aku bisa belanja dulu da. sekalian nunggu aa dateing ngejemput.”
“dasar. iya deh……. saya ngalah.” “mau nitip apa?” “hmm…. daging veal loin, almond kering yang biasa, taleggio cheese, pecorino sekalian. oh iya, sama terigu 1 kg. bisa minta tolong?” “siap jendral. udah cuma itu aja? ngga ada yang lain? katanya banyak yang habis.” “mmm……lubricant habis ngga ya?” “HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA. masak apa deh itu pake lubricant segala?” “ngga tau ini macet malah bikin produksi hormon meningkat drastis.” “baru tau di ranch market jual lubricant. olive oil mah banyak.” “yang penting bahan makanan yang tadi bep.” “udah a, nyetir yang hati-hati. jangan kebawa nafsu. hahahah.” “barusan cek twitter cskopi, nanti malem bisa di update?” “twitternya?” “ceritanya gimana, udah selesai kamu edit?” “padet nih skejul kita nanti malem.” “ya udah apdet nya besok. stabilitas politik dalam negeri kan lebih penting.”
“hadehh si aa nafsunya ngga kalah deh sama nurdin halid.” “yeah whatever…. cepetan sana belanja. saya terima beres.” “oke. oh iya a, mau sekalian nitip terong???” ***** kemudian, setelah gw selesai berbelanja dan bertemu dengan aa, kami berdua pun memutuskan untuk segera pulang ke rumah. namun, laju kendaraan kami terhenti di sebuah perempatan daerah semanggi dikarenakan lampu setopan. ngga tau apa itu setopan? itu lho, nama judul film jaman baheula, ali setopan anak jalanan. sambil menunggu lampu setopan berubah warna menjadi hijau, gw mulai menyalakan radio dan mencari tuning yang pas. tiba-tiba, saat frekuensinya terhenti di sebuah channel radio yang cukup populer, terdengar deh dua bait lagu ; kenapa hatiku cenat cenut tiap ada kamu selalu peluhku menetes tiap ada kamu …………….. “anjis! hahahahahahahahahahahahaha.” gw langsug ketawa kenceng sekenceng-kencengnya. kalau si aa mah cuma senyam-senyum ngga jelas aja sambil tetap fokus menyetir. akhirnya gw biarin deh itu radio memutar lagu cenat-cenut dan malah khusu’ mendengarkan lagu tersebut sambil asik moshing-moshing ngga jelas di dalam mobil. nah, pas chorusnya baru deh gw ikutan nyanyi ; you know me so well girl I need you… girl I need you girl I love you… girl I love you girl I heart you….. ……………… dan setelah beberapa menit asik moshing-moshing ala ababil, gw akhirnya cape juga. hahaha. tapi lumayanlah buat penghilang stress menghadapi macet after office hours di dalam kendaraan. ya daripada gw menggabut ngga jelas liatin mobil lagi pada parkir gratis di jalan raya, mending juga jojogedan sambil dengerin lagu yang lagi nge-hits. #enjoyjakarta! “eh a, gimana kalau misalnya apdetan yang selanjutnya pake tema I heart you?” gw mengajukan usul setelah barusan ‘terinspirasi’ oleh lagu itu. aa cuma mengangkat sebelah alisnya sambil menatap aneh ke arah gw.
“meh rame a. ya ya ya ya ya ya ya ya?” aa tetap diam, ngga bereaksi sedikitpun. biasanya sih lagi mikir atau bisa jadi dia ngga setuju sama usulan gw. “nanti aku deh yang ngeberesin semuanya. aa tau beres aja. ok ok?” biasanya, tiap kali apdet cerita itu melibatkan dua pihak sih. aa yang nulis cerita, terus gw yang edit di beberapa bagian. nanti dikasih ke aa lagi buat di edit (lagi). nah biasanya kan sering ‘perang’ tuh tentang apa yang harus di-edit dan apa yang ngga. kalau misalnya proses editing-nya cm gw sendirian biasanya lebih cepet selesai. cuma ya kualitas mah jauh lah ya dibanding kalau di-edit berdua. tapi kan si aa teh sering banget sibuk. gw suka ngga tega aja ngeliat dia yang udah kecapean gara-gara kerjaan kantor, eh masih harus ditambah lagi bebannya. gw juga kerja sih, cape juga. tapi kan beban pikirannya ngga seberat dan sebanyak si aa. dari arah samping, gw melihat kalau aa langsung tersenyum. itu tandanya, dia setuju. “aa nanti mau masak apa?” “kamu maunya dimasakin apa?” ucapnya sambil mengelus-ngelus paha gw. :”> “kalau okonomiyaki gimana? lagi pengin makan yang asin-asin eung.” jawab gw. “apa? okonomiyabi? hehehe.” timpal si aa. “naooooon deui. aku mah teu resep miyabi a. mun miyamin atawa miyayam tah, kakara resep.” (dari kecil sampai segede ini, gw kalau ngomong mie ayam pasti miyayam. sama kalau misalnya gw ngomong nanas, pasti bilangnya ananas.) “takoyaki aja deh…..” “naha takoyaki?” “itu, habis ngeliatin pipi kamu jadi kebayang takoyaki. hehehe.”
“eh anjis lah, emang aku gendutan ya a??” gw mulai melihat-lihat bayangan pipi di kaca spion. gw nih ya kalau misalnya ngegendutin, lemaknya bukan lari ke perut tapi malah ke pipi. kebayang kalau gw super ekstra ngagendutan, nanti bisa-bisa pipi sama pantat gedean pipi. #naujubilahminjalikyaAllah bosan mendengarkan radio, gw kemudian menyalakan tv. berkali-kali ganti chanel, yang diliat pasti mukanya gayus. padahal mah yang harusnya diangkat jadi berita teh si Alanda Kariza, jangan gayus terus. “anjis hare gene gosip gonjales masih laku aje .” gw mengomentari tayangan gosip di salah sebuah stasiun TV. “ah kamu, ganteng-ganteng tapi ngomong Gonzales malah jadi gonjales.” sindir aa sambil tertawa renyah. “gandeng. eh a, palentine teh jatuhnya hari apa sih?” celetuk gw tanpa memperdulikan omongan aa barusan. “valentine, bep. bukan palentine. hehehe. kalau ngga salah mah hari senin.” “keun wae ah. kalau sakit kepala juga minumnya paramex, bukan faramex.” (biarin.) “hehe. bep, ari mizone teh masih ada ngga?” “seep a. nu aya mah mijone.” (habis a. yang ada mah mijone) “hahahahahaha. dasar argi.” “aduh ini macetnya ngga nyante banget.” “dvd-case kamu mana? kita dvd-ing aja bep.”
“ketinggalan di kantor euy. jadi orang Jakarta teh cape di jalan nya a? padahal enaknya mah kalau habis pulang kantor langsung istirahat di rumah.” “apalagi kalau rumahnya di cibogo, pasti istirahatnya bener-bener terasa enaknya.” “eh jauh gila tuh rumah di sana kerja di Jakarta. tapi heu euh oge sih, asik banget tuh ngehirup udara di cibogo. seger dan bikin mager.” “weekend besok mau ke bandung?” “ boleh tuh a. duduk hare-hare di burgundy asik tuh ya kayanya.” (burgundy, sebuah resto die-mus-try-viewnya-oke-pisan-lah-deminya-tapi-foodnya-so-so-lah yang letaknya di sekitaran maribaya lembang gitu deh) (hare-hare : males-malesan, santai. kalau bahasa jawanya mah leyeh-leyeh.) “tiduran di maja lebih enak lagi bep.” (maja or maja house, sebuah resto yang letaknya di sekitaran sersan bajuri. nice view, foodnya (again) so-so lah) (so-so means biase aje atau hanya ada satu dua entrée menu yang oke) “hahahahayyy. eta mah si aa lah. ngerakeun pisan lah deminya.” (ngerakeun : bikin malu) kebetulan nih ya pernah suatu waktu, gw, si aa, dan kawan-kawan makan di maja terus kita kan ambil yang di terrace itu lho, yang ada kursi males-semi-kasur-ala-seminyaknya. dan mungkin karena saking capeknya dia nyetir, si aa malah ketiduran di sana hampir tiga jam lebih! jadi ya terpaksa aja kita menggeje habis-habisan nungguin dia bangun. soalnya kalau dibangunin kan ngga mungkin lah ya. eh bukan ngga mungkin ketang, tapi ngga ada yang berani bangunin doi. hahahhh. “udah atuh kalau misalnya aa cape mah nanti ke bandungnya naik trapel aja. asik kan tinggal duduk manis.” “travel bep, bukan trapel.”
“GANDENG!" “salah saha?” (salah siapa?) “salah tukang gehu! titah saha nanem toge dina jero tahu!” (salah tukang gehu! suruh siapa masukin toge di dalem tahu!) “teu nyambung. eh, lieur oge nya bep. beuteung lapar tapi ini macetnya juara. jadi agustusan nih.” (pusing juga ya bep. perut lapar tapi ini macetnya juara. jadi bikin ngantuk nih) (agustusan, aduh gusti tunduh pisan = ya tuhan ngantuk banget) “eh jangan ngantuk lah engke bisi nabrak mobil batur. aa makan ma icih geura biar ngantuknya ilang. aku masih punya da.” jawab gw sambil mengorek-ngorek tas hitam yang kheuseus berisi aneka macam cemilan di jok belakang. (nanti takut nabrak mobil orang) ini ma icih nya bukan ma icih pembantu gw ya tapi kripik setan atawa kripik peudeus yang lagi hip banget di bandungs. jadi kripik ma icih itu punya 10 tingkat (level) yang beragam, dari level 1-10. paling pedes mah ya udah pasti lah ya level 10. cobain deh buat yang belum pernah nyoba. pokona mah juara pisan lada (peudeus) nya! buat anak bandung yang belum nyobain ma icih, eh buset dah kemane aje lo? lo boleh deh ya tiap minggu kerjaannya naik fixie sama nenteng husky ke CFD (car free day). tapi sekali lagi, belum nyobain ma icih??? ngga gaul lo ah. hahahayyyy. “yang level berapa dulu bep?” “eh, yang ada tinggal level 7 sama 10, a. mau yang mana?” “nu gelo edan. ngga ah ngga usah. bisa-bisa moncor di jalan.” “ya gpp atuh aa moncor di jalan juga nanti sama aku ditadahan da. hahhahahahaha.”
“d*s*r k*mu m*h.” “eh, *p* - *p**n tuh ngetikny* j*di k*y* gini. sm*sh detected!” “berisik k*mu morg*n!” “h*h*h*h*h*h*h*h*h*yyyyyyyyyyyy……………” m*ngg* p*r* pemb*c* s*d*y*n*, sel*m*t memb*c* upd*te-*n cerit* k*li ini. s*l*m sm*sh! h*h*h*yyyy~


Argi, Karyawan Ganteng Have you ever experienced building your dreams with someone you love, but then all of a sudden, everything changes, and all the hopes and dreams just came falling apart? when the routine bites hard and ambitions are low and the resentment rides high but emotions wont grow and we’re changing our ways, taking different roads. then love, love will tear us apart again. why is the bedroom so cold turned away your side? is my timing flawed, our respect run so dry? yet there’s still this appeal that we’ve kept through our lives. love, love will tear us apart again. do you cry out in your sleep all my failings expose? get a taste in my mouth as desperation takes hold. is it something so good just can’t function no more? when love, love will tear us apart again.
I feels hurt. it’s like you forgot the meaning of your life, to whom it was dedicated. but it happens. you just need to be strong, to be ready when the (another) right one comes… ***** “Selamat malam.....” sapa gw dengan hangat saat ada seorang lelaki berjalan mendekat ke arah tempat dimana orang-orang biasa memesan segelas kopi kepada seorang barista. lelaki itu hanya tersenyum selama beberapa detik. sejenak, ia mengalihkan pandangannya dari sebuah pc tablet kecil yang sedari tadi digaulinya dengan sangat intim. “espresso macchiato....” ucapnya dengan nada suara datar. “lagi banyak kerjaan?” tanya gw sambil menekan tuts angka mesin kasir dengan cepat. “ada perusahaan yang mau go public. IPO-thingy.” lelaki itu kembali melihat pc tabletnya. (IPO : Initial Public Offering, penawaran umum perdana saham perusahaan) “mau tambah pesenan yang lain? pasti belum makan malem, kan?” gw mengambil demitasse yang biasa digunakan untuk menyiapkan segelas espresso. lelaki itu tersenyum, kemudian akhirnya menyerahkan keputusan kepada gw untuk memilihkan food pairing yang sesuai dengan minumanya barusan. “espresso macchiato satu, cheese danish ditambah air mineral. semuanya jadi Rp xxx.xxx,- cash atau?” tanya gw sembari menyebutkan satu persatu pesanannya. “air mineral? kartu, by the way.” ucapnya sambil mengernyitkan alisnya sedikit, lalu menyerahkan kartu amex miliknya. “sory, itu inisiatif saya. buat penyeimbang. mau di cancel?” gw menahan telunjuk menekan tuts enter. “no problem. do as your pleasure...” kembali dia tersenyum manis ke arah gw. selanjutnya, setelah transaksi pembayaran selesai, dia meminta pesanannya di antar ke sebuah spot favoritnya, dua buah sofa besar berwarna red burgundy yang letaknya berada di sudut ruangan. gw mengangguk halus, mengiyakan permintaannya barusan dan menyuruhnya menunggu selama beberapa menit. lelaki itu lalu pergi meninggalkan tempat barista, berjalan pelan menuju spot favoritnya. sementara gw, sibuk membuatkan segelas espresso sambil memperhatikan lekuk punggungnya dari belakang. what a sexy back. sekilas, jejak harum angel-nya thierry mugler dari balik jas DKNY miliknya masih menyisakan secercah kerinduan agar dapat berinteraksi dengannya lebih lama lagi. ia langsung menghempaskan tubuhnya di sofa nyaman tersebut. meletakkan kaca matanya di atas meja, lalu terdiam sejenak sembari memijat-mijat matanya yang lelah dengan jemari. sudah sejak lama, semenjak hati gw menaruh rasa yang teramat sangat besar terhadapnya, ingin sekali rasanya gw mendekati lelaki itu. memijat pundaknya dengan pelan atau mengajaknya bercanda untuk sekedar melepas penat setelah seharian lelah bekerja. andai saja gw berani melakukan hal itu semua sekarang. sayang, sejauh ini yang bisa dilakukan gw sebagai seorang barista hanyalah membuatkan secangkir kopi terenak agar bisa menghilangkan rasa penatnya itu. tak apalah, biar cangkir kopi ini yang mewakili perasaan gw kepada dia. biar cangkir ini yang menjadi perantara hati gw dengan bibirnya. karena ini namanya, cinta secangkir kopi. sesaat setelah waiter mengantarkan semua pesanannya, lelaki itu langsung mengubah posisi duduknya menjadi lebih tegap dari sebelumnya. dua teguk espresso macchiato langsung membasahi bibirnya. hanya butuh beberapa menit, sebelum akhirnya ia mampu pulih dari kelelahan lalu mulai kembali berkutat dengan pekerjaannya. heran, jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat tapi masih saja mau bercumbu dengan laptopnya, berjibaku dengan urusan bisnis tentunya. memang lelaki itu tidak sendirian. malam ini, di kedai kopi berlogo bulat berwarna hijau dan putih -bergambar seorang wanita bermahkotakan bintang- tempat gw bekerja, hampir semua kursinya diisi para eksekutif muda yang masih asik berkencan dengan pekerjaannya. korban dari kapitalisme global. bekerja di perusahaan yang berinteraksi dengan para kapitalis asing, minum secangkir kopi dari sebuah kedai kopi produk negara kapitalis, bahkan pikiran mereka pun dijajah pola pikir kapitalis lewat pakaian yang dikenakannya. masing-masing dari mereka sepertinya terikat dengan branded global yang menawan. seolah-olah kedai kopi franchise global ini menjadi tempat bercengkrama sesama brand global. seorang bankir muda mengenakan kemeja brooks-brothers, dasi marc jacobs, ditambah pemanis arloji chrono yang tersemat gagah di lengan kiri. seorang wanita muda cantik berbalut cocktail dress lanvin berjalan anggun bak putri angsa dengan sepasang louboutin, melambaikan tangan kepada seorang teman yang langsung merapihkan max mara dress miliknya sewaktu berdiri dari sofa sembari tangannya menenteng handbag balenciaga. tidak jauh dari tempat duduk kedua perempuan itu, ada seorang laki-laki duduk seorang diri dan masih terbelenggu dalam setelan anak kantor level new entry, kemeja calvin klein, dasi hugo boss, serta sepasang moccasin pierre cardin berwarna cerah. ia terlihat malas menanggapi perkataan kekasihnya yang sedang menatapnya dengan tatapan manja tapi penuh arti. tatapan seorang wanita yang sedang menginginkan sesuatu dengan penuh hasrat. sebuah benda yang sanggup membuatnya bahagia sebahagia saat dirinya merengkuh puncak kenikmatan orgasme. apalagi kalau bukan sebuah handbag bottega veneta yang ditenteng oleh seorang ibu-ibu paruh baya dengan sasakan rambut tinggi khas ibu-ibu pejabat. hampir semua orang yang ada di sini mengheningkan cipta selama beberapa menit sewaktu ibu itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kedai kopi. mereka semua -yang sebagian besar adalah wanita- memperhatikan ibu-ibu pejabat tersebut dengan tatapan layaknya seorang fashion police yang meneliti dari ujung kepala sampai kaki. walaupun usianya sudah paruh baya, tapi menurut gw, malam ini beliaulah yang menjadi pusat perhatian. apalagi kalau bukan beberapa buah wrapped bag arloji roger dubois yang dibawa oleh dua orang ajudannya serta kilauan berlian dari tepi arloji patek philippe yang dikenakannya. dengan segera, gw langsung mengidentifikasi apa dan siapa dirinya. beliau adalah istri dari seorang anggota dewan sekaligus pengusaha sawit yang suaminya masih berafiliasi dengan taipan kelas wahid, salah seorang anggota gang of four -pengusaha- di era orde baru. andai kedai kopi ini di bom, atau terbakar dengan mereka-mereka yang ada di dalamnya menjadi korban, maka bisa dipastikan nilai kerugian yang ditaksir mencapai milyaran rupiah. cukup ironis memang. adakah yang salah dengan kondisi seperti ini? sekali lagi, dengan segala ketimpangan ekonomi yang ada dan terjadi di kota metropolitan, inilah potret Jakarta yang sesungguhnya, dude. pertemanan dan kedudukan seringkali ditentukan oleh barang-barang yang anda kenakan. apakah anda wanita? jangan salahkan Jakarta ketika anda berada di dalam sebuah party lalu tiba-tiba ditarik masuk oleh sebuah kelompok yang belum pernah anda kenal sebelumnya hanya karena anda menenteng radio bag fendi. pernah merasa prestasi gemilang anda sebagai seorang manager di kantor mendadak terlupakan bahkan diacuhkan karena anda hanya membawa tas berlabel mangga dua atau bahkan berlabel tajur? oke. apakah anda lelaki? sekarang, cermati perilaku orang sekitar anda ketika sedang menikmati secangkir kopi di tator. apakah anda merasa diperhatikan oleh mereka? jika iya, mungkin hanya ada dua sebab. pertama, wajah anda. kedua, pakaian dan barang yang anda kenakan. Anda pasti akan mendapat perhatian lebih beberapa pasang mata wanita (bahkan pria) dengan wajah setampan channing tatum. tetapi penilaian selanjutnya boleh jadi bisa menghancurkan reputasi anda. Jika anda seorang eksekutif muda, cufflink perak bvlgari yang anda kenakan mungkin dapat menaikkan ‘harga saham’ ke posisi aman. tapi sebentar, anda langsung mengeluarkan handphone dari saku begitu nada telpon berdering. tiba-tiba, beberapa pasang mata langsung berbalik mengacuhkan anda tanpa memperdulikan lagi segenap ketampanan yang anda miliki. “malesin banget deh, muka ganteng tapi handphonenya ngga up to date.” cibir salah seorang wanita yang duduk salah satu sudut meja kepada teman-temannya. gw yakin, akan muncul banyak tanggapan berbeda setelah membaca sketsa di atas. ada yang mengamini dan merasa sependapat, ada pula sebagian pemuja fisik yang tetap membela lelaki tersebut. sementara untuk orang yang berbaik hati, mungkin menganggap kalau sketsa diatas terlalu berlebihan. atau malah, anda termasuk ke dalam orang yang ingin menghujat wanita sinis tersebut?? baiklah, sekarang gw akan memberikan satu sisi sudut pandang lain yang berbeda untuk menjadi bahan perenungan masalah di atas. sekarang tolong jawab pertanyaan gw ; apakah anda mempunyai teman pergaulan berpenampilan trendi dan penuh gaya di luar rumah/kantor? atau, anda berada dalam lingkungan kantor yang serba wah dan selalu dihujani pertanyaan, beli dimana, Paragon? Barneys? Saks? Mad-Ave? atau Harrods? pernahkah merasakan sebuah tuntutan berpenampilan elegan ketika akan menemui seorang klien pengusaha mapan? sering bersosialisasi dengan sekawanan ekspat? lebih parahnya lagi, pernahkah anda mempunyai teman atau bahkan bergabung dengan sekelompok orang yang lebih menghargai brand apa yang anda kenakan ketimbang prestasi hebat apa yang sudah anda buat di kantor? jika jawabannya lebih banyak didominasi oleh “iya”, maka anda pasti telah mengerti betapa kejamnya Jakarta dalam mengeleminasi orang yang tidak mau meng-upgrade dirinya dengan teorema branded adalah harga mutlak. tetapi jika jawaban anda didominasi oleh perkataan tidak, maka ucapan sinis maupun nyinyir pantas keluar dari mulut anda dan bersyukurlah karena anda masih mempunyai zona nyaman yang tidak menuntut anda untuk terlalu tergerus dalam pola pikir masyarakat urban. sebenarnya pola pikir mana yang salah, brand-minded ala masyarakat urban? atau social-minded ala masyarakat pada umumnya? menurut gw sih keduanya tidak ada yang salah selama masing-masing orang yang menjalani pola pikir tersebut merasa mampu, bahagia dan nyaman dengan pilihan hidupnya. jangan salahkan pola pikir seseorang hanya karena pilihan anda bersebrangan dengan mereka. selalu ada sisi negatif positif dari segala sesuatunya. jadi, sebisa mungkin ambil sisi positif dari mereka yang mempunyai pola pikir brand-minded. sisi positifnya adalah, dengan melihat kenyataan yang ada seharusnya membuat semangat bekerja menjadi semakin terpacu dan ‘terpaksa’ mengupgrade setiap saat isi otak kita agar tidak terkesan ketinggalan jaman. kalau gw pribadi, ketika melihat orang-orang yang sukses dalam artian dan takaran tertentu, dada ini rasanya seperti terbakar sehingga berpikir seperti ini ; “gw sama dia sama-sama makan nasi, sama-sama kalau tidur itu matanya pasti merem, sama-sama kalau kentut itu bau. berarti kalau semuanya serba sama seharusnya bisa sama-sama sukses juga kan?“. kalau dari pola pikir social minded, sudah barang tentu sisi positifnya adalah tentang bagaimana cara kita menilai seseorang seutuhnya. bukankah prestasi dan talenta tersembunyi yang dimiliki seseorang jauh lebih berkilau dan bermanfaat dibanding sebuah birkin bag hermes? ngga percaya? coba bayangkan betapa mahalnya fee untuk mengapresiasi talenta seorang Krisdayanti sebagai seorang penyanyi dibandingkan mahalnya kostum dan perhiasan yang ia kenakan sekalipun. atau betapa sebuah negara maju seperti Singapura rela membayar mahal kepintaran seorang Lin Chi Wei yang notabene merupakan warga negara Indonesia untuk memperbaiki keadaan ekonomi negaranya yang memburuk pasca krisis. so, kesimpulannya adalah, entah apapun yang anda kenakan saat ini (Lanvin, Loewe, Robertino, Fj’L, Fred Perry, Tom Ford, D’squared, Ouval, Black Jack, Moose, Giordano, Nevada), dan darimana semua itu berasal (harrods, paragon, sogo, seibu, east mall, west mall, mangga dua, pasaraya, ambas, matahari, pasar baru, distro), selama itu semua membuat anda bahagia, kenapa tidak? yang mahal itu bukan merk apa barang yang anda kenakan dan darimana itu semua berasal, melainkan kebahagian dan kepuasan kita peroleh. bahagia itu mahal, cin! ***** “caffe latte.” ujarnya singkat. hanya melihat sebentar ke arah gw sambil berlalu. tampaknya dia sedang sibuk membaca sebuah novel. “kayanya hari ini agak santai, ya?” sapaku iseng pada lelaki itu. aku hafal betul pesanannya, caffe latte, itu tandanya hari ini tidak sepenat biasanya. sejenak ia mengalihkan pandangan dari novel yang dipegangnya, lalu tersenyum. kali ini, senyumnya jauh lebih lama dari biasanya. gw sampai merasa kikuk sewaktu mencuri-curi pandang hendak melihat senyumannya itu. melihat barista di depannya menjadi salah tingkah, lelaki itu malah tertawa renyah. “gimana kabar kamu?” tanyanya tiba-tiba, sampai-sampai gw berhenti bernafas selama beberapa detik saking gugupnya.
“lumayan baik. tapi, besok harus balik ke bandung… ada perlu.” gw memberinya isyarat, apakah ada tambahan pesanan yang lain atau tidak. lalu jarinya menunjuk ke arah dimana tiramisu berada. ia terdiam sejenak. seperti sedang memikirkan sesuatu. “berarti besok saya ngga usah datang ke sini.” ucapnya lagi. “lho, kenapa?” tanya gw, sembari menyerahkan sebuah piring kecil dan tiramisu tertata cantik di atasnya. “soalnya besok kamu ngga ada.” kali ini, jawaban yang diucapkan olehnya langsung membuat gw terdiam. kartu amex yang seharusnya digesekkan ke mesin kartu pun sempat tertahan cukup lama di tangan gw. sambil merutuk dalam hati, gw berusaha menyadarkan diri dan sebisa mungkin tidak terlihat seperti orang bodoh di depannya. “thanks.” ia meletakkan novel Paulo Coelho yang tadi ada dalam genggaman tangan kanannya, lalu mengambil piring tiramisu. setelahnya, lelaki itu langsung pergi meninggalkan novelnya begitu saja. gw yang memperhatikan hal itu, langsung mengingatkannya. tapi jawaban dari mulutnya langsung mengagetkan gw. membuat tubuh ini bergetar hebat saking senangnya. “saya males ngapa-ngapain kalau kamu ngga ada. baca novel juga jadi ngga semangat. jangan lama-lama ya di bandung?” gw langsung meremas paha dengan kedua telapak tangan. lalu buku itu, buku miliknya, langsung gw pegang dan disimpan khusus di bagian paling dalam loker. sambil berkali-kali mengucap dalam hati, pasti…pasti secepatnya gw balik ke sini, ke tempat dimana setiap hari bisa bertemu dengannya. ***** malam ini, sama seperti malam-malam sebelumnya, di saat waktu senggang, gw mengamati lelaki itu dari kejauhan. bagaimana posisi duduknya, seberapa sering dia mengganti posisinya, mengabadikan beberapa angle terbaiknya, melihat betapa sibuknya ia bercengkrama dengan seperangkat gadget yang dibawa dalam tas terpisah, membayangkan betapa kokoh kepalan tangannya saat sedang menopang dagu, mengagumi setiap pakaian yang dia kenakan ; terlihat dewasa dengan long sleeved shirt zegnanya, tampak maskulin dibalik leather jacket dunhill hitamnya, dan yang paling membuat gw tergerak ingin memeluknya adalah saat polo shirt fred perry yang ia kenakan semakin mempertegas lekuk sexy backnya itu. kapan ya gw bisa peluk dia? ***** “beh, si bos ada di dalem ngga?” tanya gw kepada orang yang biasa gw panggil babeh, satpam rumah lelaki yang menjadi ‘incaran’ gw saat ini. babeh, yang tampak gagah dibalik seragam satpamnya biasanya duduk semalam suntuk di halaman atau teras rumah untuk menjaga rumah bosnya. tapi babeh hanya menjaga rumahnya di waktu malam saja, tidak untuk siang hari karena pada waktu siang hari rumah sudah dijaga oleh seorang pembantu perempuan paruh baya dan suaminya yang bekerja menjadi tukang kebun. “ada mas, tapi bos lagi ada tamu.” jawab si babeh sambil menghisap dalam-dalam rokoknya. sebenernya, saat ini usia babeh baru menginjak tiga puluh tahun lebih sedikit. tapi ngga tau kenapa, ia biasa dipanggil babeh oleh teman sekampungnya. katanya sih karena dulu dia pernah jadi jawara silat di kampungnya. lama kelamaan, gw juga jadi ikut-ikutan manggil dia babeh. “tamu?” tanya gw. “iya, waktu pulang kantor datengnya berdua sama tamu. mas argi udah ada janji sama bos?” tanya babeh lagi. “udah beh, makanya malem-malem juga dibelain dateng.” gw menunjukkan sebuah bungkusan kertas berwarna coklat berukuran sedang yang berisi titipan lelaki itu, dua buah frappuccino caramel ukuran grande, beserta beberapa buah muffin dan croissant. mungkin karena kesibukannya di kantor hari ini, ia tak sempat mengunjungi kedai kopi tempat gw bekerja dan akhirnya menitip pesanan yang gw bawa tadi untuk diantar sepulang gw bekerja dari kedai kopi. walaupun sebenarnya hari ini cukup melelahkan, ditambah lagi rumahnya sangat-sangat tidak searah dengan rumah teh dea -tempat tinggal sementara gw di Jakarta- tapi demi cinta,gw bela-belain deh. bahkan, ngelakuin yang lebih dari inipun, gw siap. hahayyy~ “langsung masuk aja, mas. pintu samping sengaja ngga saya kunci.” ucap babeh. pintu masuk yang dimaksud adalah pintu garasi, yang di waktu malam hari menjadi jalan akses utama karena pintu depan pasti sudah dikunci rapat-rapat terkecuali kalau ada tamu penting datang berkunjung. setelah menyerahkan bungkusan berisi makanan untuk babeh, gw kemudian melangkah riang masuk ke dalam garasinya. sebelum menaiki tangga penghubung antara garasi dan lantai dua (garasi berada di lantai satu), terlebih dahulu gw merapikan baju dan celana, lalu rambut. setelah semuanya keliatan serba ganteng, baru deh perlahan-lahan membuka pintu yang menghubungkan antara garasi dengan ruang kecil dekat dapur. gw kemudian meletakkan pesanannya di atas sebuah meja marmer besar yang terletak di tengah-tengah dapur. biasanya meja tersebut digunakan untuk menaruh barang belanjaan atau berbagai macam bahan makanan sebelum akhirnya dimasak. ketika membuat cake, peralatan dan tempat mencetak adonan juga selalu dilakukan di atas meja marmer besar berbentuk persegi panjang itu. sambil melihat sekeliling ruangan, gw mengetuk pintu kamar kerja dan memanggil-manggil namanya dengan pelan. siapa tau ia ada di dalam. tapi, tiba-tiba ada suara yang memanggil gw dari atas dapur. dan ternyata suara itu adalah suaranya yang sedang memanggil gw dari lantai atas dapur. semburat senyuman manis langsung terpancar dari wajahnya. selama beberapa menit, ia berbasa-basi menanyakan kabar dan hal semacamnya. lalu dengan penuh semangat, gw pun mengantar pesanan yang tadi sudah di simpan di atas meja, ke atas. maksudnya sih supaya gw bisa melihatnya dari dekat. kalau di rumahnya kan, berdekatan sekalipun tidak akan menjadi masalah. obrolan kita berdua juga bisa jauh lebih bebas dibanding ketika berada di tempat publik. tapi sayang, sewaktu sampai di atas, ada pemandangan lain yang membuat semangat gw langsung drop ke titik paling bawah. gw meilhat ada laki-laki lain yang sedang duduk di ruang tempat biasa menonton dvd. baru kali ini gw melihat sosoknya. lelaki berambut hitam ikal, bola mata berwarna biru dengan wajah dan hidung khas orang latin. gw menatap heran ke arahnya, lalu lelaki itu balik menatap tajam ke arah gw. mungkin ada pertanyaan yang sama di benak masing-masing kami berdua. entah mengapa, tapi tiba-tiba saja darah serasa mengalir deras ke kepala dan ulu hati ini juga langsung terasa sakit. sangat sakit. tanpa berpikir panjang lagi, gw langsung meminta izin untuk pamit. entah bagaimana raut muka dan reaksinya saat itu. yang jelas, gw langsung berbalik dan pergi secepat mungkin dari rumahnya. bahkan, babeh yang sedang menjaga di luar pun keheranan melihat gw pergi begitu tergesa-gesa tanpa berucap sepatah katapun. entahlah, gw sendiri juga bingung. mungkin, seperti itu ya salah satu bentuk perilaku seseorang ketika dibakar rasa cemburu? kalau kata vidi aldiano sih, cemburu menguras balong. *****



“kenapa kemarin malem kamu langsung pulang? saya kan belum sempet bilang terima kasih.” tanya lelaki itu. lelaki incaran gw yang sering membuat suasana hati ini tak menentu. “ada pesenan lain?” gw berusaha mengalihkan pembicaran kami berdua. rasanya males banget kalau mau ngebahas masalah itu sekarang. tempat dan waktunya ngga sesuai. “malem ini pulang sama siapa?” tanyanya lagi sambil menyerahkan kartu miliknya. “sendiri.” jawab gw tanpa melihat ke arahnya sama sekali. “mau saya anter?” tampaknya, lelaki itu masih belum menyerah juga. sebenarnya, hati gw ngerasa bahagia juga sih waktu dia nawarin nganter gw pulang. berarti itu tandanya dia masih peduli dengan kondisi gw.
“ngga usah. bawa kendaraan sendiri.” kadang, hati dan mulut sering berkata lain. malamnya, sepulang dari kedai kopi gw malah merasa gelisah. walaupun jam dinding sudah menunjukkan pukul dua pagi, tapi tetap saja mata ini tidak mampu terpejam. ngantuk, tapi sayangnya otak gw ngga bisa berhenti memikirkan lelaki itu. memikirkan hampir setiap detail yang gw ingat tentangnya. menyesalkan ucapan bodoh gw yang menolak diantar pulang olehnya, padahal itu adalah sebuah kesempatan besar untuk bisa lebih berdekatan dengannya. minimal, pertanyaan seputar siapa dan apa yang dilakukan pria latin di rumahnya bisa terjawab. tidak seperti sekarang, otak gw dipaksa menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan yang penuh dengan pretensi kecemburuan. kira-kira, dia lagi mikirin gw juga ngga ya di kamarnya? dia sama-sama gelisah mikirin gw ngga ya di sana? ***** mau tau cara terbaik melepas kangen dengan seseorang yang hatinya berada di luar jangkauan kita? tidur. kemudian bermimpi indah tentang orang itu. keesokan harinya, niscaya kotoran kucing pun rasanya berubah menjadi semanis coklat lindt. ***** “kamu keliatan beda.” sapanya singkat. gw tersenyum kecut. kebetulan hari ini ada banyak sekali masalah yang datang menghampiri tanpa jeda. masalah kuliah, pekerjaan, orang rumah, usaha yang sedang gw rintis dan beberapa hal lain yang cukup mengganggu pikiran. sayang, gw bukan orang yang cukup pandai untuk menyembunyikan itu semua. setidaknya raut lelah dan bingung masih dapat ia tangkap jelas hanya dengan sekali melihat wajah gw. “lagi banyak pikiran.” jawab gw sekenanya sambil mengacuhkan pandangan matanya yang teduh. “saya juga lagi punya banyak pikiran. hari ini ada beberapa masalah yang belum selesai diurus.” tiba-tiba ia menggumam pelan. lalu setelahnya langsung menghela nafas. “obatnya cuma satu kan? kafein.” balas gw dengan sinis. setidaknya, kafein bisa mengendurkan sedikit otot saraf yang menegang.
“di Jakarta ada berapa banyak kedai stabucks?” tanyanya serius. “hmm… ya ada banyak atuh.” kali ini, gw mengamati raut wajahnya yang nampak kelelahan. “tapi, yang bisa ngebantu saya untuk sedikit ngelupain masalah hari ini cuma ada satu kedai.” ucapnya datar. gw kembali tersenyum kecut ke arahnya. “kalau inget sama barista di sini yang suka senyumin saya waktu saya dateng, hati saya teh jadi ikutan senyum padahal sebenernya lagi banyak pikiran. hebat kan?” “siapa nama baristanya? ganteng ngga?” tanya gw sambil menahan tawa. atau lebih tepatnya, menahan rasa bahagia yang teramat sangat. kali ini, ia tetawa renyah. “hati-hati, mulai hari ini ada tambahan satu orang pelanggan lagi yang menaruh perhatian sama salah seorang barista di kedai ini. habis, baristanya kasep. ” bisiknya pelan. kali ini gw benar-benar tidak bisa menahan tawa. dan ia pun ikut tertawa bersama. berdua. membuat rekan sesama barista yang lain memandang heran ke arah kami. ***** “ternyata kamu playboy juga ya?” tanya gw tiba-tiba, sewaktu sedang membereskan meja untuknya. sudah beberapa hari belakangan ini gw mendapatinya sedang ‘kencan’ dengan tiga orang pria yang berbeda. ia tidak menjawab. hanya menatap tajam ke arah gw selama beberapa detik, kemudian tersenyum kecut. “saya masih punya kesempatan ngga?” tanya gw lagi. biasanya, selama status orang incaran gw belum resmi menjadi pacar, mau dia jalan dengan siapapun pasti gw ngga akan terlalu peduli. tapi kali ini beda. orang ini beda. gw selalu peduli dengan apa-apa yang dia kerjakan, dengan siapa dia jalan dan semua hal yang masih erat berkaitan dengannya. dia bener-bener udah jadi morfin yang mengalir di pembuluh darah. gw tahu kalau itu ngga baik dan rasanya menyakitkan, tapi sayangnya gw udah bener-bener ketagihan. “playboy? play artinya main. kalau boy artinya laki-laki, kan?” tiba-tiba ia menyuruh gw untuk duduk sebentar di sofa, mendengar kata-kata ‘pembelaan’ darinya. “anjis! itu artinya kamu suka main cowo! berarti kamu homo???” gw bercanda sebentar dengannya, sambil sedikit berbisik supaya pembicaraan kami berdua tidak terdengar oleh pengunjung kedai yang lain. “ngga, saya bukan homo. yang homo itu cowo saya. hehehe.“ dia menjawab sambil berusaha menahan tawa. “hahahahahaha. sarua keneh atuh eta mah! kamu mah nyebelin pisan lah….” gw tertawa sinis sambil memperhatikan raut mukanya yang tampak kelelahan malam itu. “nyebelin kenapa, gi?” “udah hampir setengah tahun saya suka sama kamu. dan beberapa bulan belakangan ini, ngga bosen-bosennya nunjukin semua yang saya rasain ke kamu. tapi kamunya masih belum kasih respon.” gw menenggelamkan diri dalam sofa besar berwarna merah tersebut. selama ini, lewat sudah setengah tahun lamanya gw melewati fase-fase yang banyak orang bilang sebagai fase orang sedang galau gara-gara falling in love. tepatnya, gw bener-bener jatuh sejatuh jatuhnya dan dalam sedalam dalamnya sama orang ini. “ngga harus kita omongin di sini juga, kan?” dia menutup buku yang sedang dibaca, meletakkan kacamatanya di meja, kemudian memijat pelan dahinya dengan jemari. “cape juga lama-lama liatin kamu jalan sama orang lain.” “ya sudah, silahkan kamu juga jalan sama orang lain.” “ngga bisa dan ngga mau. saya sukanya cuma sama kamu.” “saya……” ia terdiam selama beberapa menit sambil menatap kosong ke arah gw. “kenapa?” “saya masih belum bisa….” ucapnya. “belum bisa?” kali ini, gw bener-bener ngga ngerti dengan jalan pikirannya. “ngga segampang itu gi. ada dua orang yang harus saya pikirin. kamu dan satu orang yang lainnya lagi.” “……………………………………………………..” “harusnya dari awal saya ngga usah kenal sama kamu, sama kalian.” “kalau saya pacaran sama orang yang ngga dia kenal dengan baik, justru dia ngga mau kasih izin.” “sekarang, kamu dan saya harus sama-sama sabar….. harus bisa nahan diri.” “tapi kamu jangan jalan sama yang lain juga atuh…” “saya mau pulang dulu gi. saya capek.” ia langsung membereskan semua barang yang dibawanya kemudian beranjak pergi meninggalkan gw sendirian di sofa itu. dari sini, gw cuma bisa liat punggungnya yang perlahan-lahan berjalan semakin menjauh sampai akhirnya menghilang. ***** “espresso macchiato satu.” ia langsung mengubah pesanan yang sudah ia pesan sebelumnya. “ganti? tapi vanilla lattenya udah dibikin?” gw menatap heran ke arahnya. sementara tangan gw berhenti memegang sebuah pitcher. “no problem, saya pesen dua.” ia mengeluarkan selembar uang seratus ribuan dari dompet buffel berwarna coklat gelap miliknya. “ngga jadi diet kafein nya?” gw menyindirnya sambil menekan tuts-tuts angka di mesin kasir. sewaktu dia datang hari ini dan memesan segelas espresso, gw langsung menawarkan vanilla latte yang sedikit lebih light. ngga baik juga kan kalau hari ini dia terlalu banyak mengkonsumsi stresskiller bernama kafein? “mendadak saya jadi kepikiran sama kamu. saya butuh stresskiller.” jawabnya tanpa diduga-duga sebelumnya. gw tersenyum kecut sambil membuatkan secangkir espresso untuknya. hari ini, gw bercerita kalau selama dua minggu ke depan nanti ngga akan bisa buatin dia kopi seperti biasa karena akan ada acara diving bersama anak-anak kampus. kebetulan, di kampus gw ada semacam unit kegiatan menyelam/diving dan rencananya mau menyelenggarakan acara discovery ke sebuah dive spot sekaligus ingin menambah ‘jam terbang’ masing-masing anggotanya yang waktu itu rata-rata log-nya masih dibawah 30. kan kesannya culun abis kalau misalnya anggota unit selam tapi log-nya masih sedikit. ibaratnya seperti anggota tim futsal yang selalu rutin latihan tapi belum pernah sekalipun bertanding dengan tim lain. oh iya kalau boleh jujur, rasa memiliki dan bangga menjadi orang Indonesia benar-benar tumbuh justru bukan karena mengetahui cerita heroik tentang kehebatan pahlawan Indonesia di masa terdahulu, melainkan semenjak gw menekuni kegiatan diving. saking indahnya, gw sampai terkagum-kagum dengan panorama bawah laut Indonesia yang superb pisan. jadi kalau mau rasa nasionalis lo tumbuh setinggi-tingginya, cobain deh diving di banyak dive spot yang tersebar di Indonesia. jangan mau kalah sama Leonardo DiCaprio yang sudah punya dive spot favorit di pantai bira, atau sama George Clooney yang hobi diving di pulau Weh. Rio Ferdinand? dia paling hobi diving di bali. Even David Beckham sama Victoria Beckham aja pernah men liburan di Indo. cuma memang sayangnya mereka semua ngga mau sampai terekspos oleh media. Ngga percaya sama kata-kata gw barusan? oh…come on, kamana wae atuh gaya~ “dua minggu itu rasanya lama juga yah?” lagi-lagi ia berbicara sendiri. “ya…lumayan.” gw menuangkan susu ke dalam cangkir berukuran kecil. ciri khasnya dalam memesan espresso versi dia adalah komposisi susu yang ditambahkan ke dalamnya. “weekend nanti saya nyusul kamu, boleh?” kali ini gw tersenyum puas. mendadak ada perasaan bahagia yang langsung menjalar ke sekujur tubuh begitu mengetahui fakta terbaru tentang dirinya yang ‘khawatir’ dan ‘kangen’ sama gw. “ngga ah, malu. masih cupu.” gw menolak halus permintaannya. bukan apa-apa, tapi kalau dibandingkan dengan dia yang log-nya sudah mencapai 200an lebih kala itu, jelas gw ngga ada apa-apanya. orang waktu itu tiap kali gw ngeliat mola mola aja bukannya ngerasa seneng, eh ini malah gemeteran. sumpah, dulu gw masih cupu banget….
“nanti sekalian saya ajarin kamu gimana caranya foto UW yang agak bener.” balasnya sambil tertawa renyah. (UW = Underwater) “aaaaaah…. rese! kenapa sih tiap kali saya foto, seringnya jadi item burem ngga jelas gitu. kesel!” gw mulai merasa kesal kenapa dulu waktu baru pertama kali belajar foto UW, lebih sering menghasilkan foto gagalnya dibanding foto yang ciamik. “ya mungkin gara-gara aperturenya kecil. padahal kan, objek di sana udah kena banyak cahaya dari strobe.” “au ah gelap! kamu mah bikin saya jadi makin keliatan cupu. hush hush….” gw mengusirnya sambil sedikit bercanda. “okay, as you wish. biar nanti saya cari buddy yang lain aja deh. hehehe….” (buddy = partner dalam diving, biasanya disebut buddy.) mendengar omongannya barusan, mendadak raut wajah gw langsung berubah muram. mendadak baeud teu pupuguh. melihat reaksi gw yang seperti itu, dia malah tertawa senang. sial! ***** “abang semsar-nya mana?” tanya gw sewaktu mendapati sepetak ruang kosong di dinding ruang tamunya. terakhir kali berkunjung, masih ada lukisan besar karya semsar siahaan, terpajang tegas di dinding berpulas wallpaper berwarna kuning gading. ia tersenyum, lalu kemudian mengeluarkan sebuah benda. tampaknya sebuah lukisan berukuran besar yang masih terbungkus kertas coklat. dia menggerakkan jarinya ke arah tempat gw duduk. melihat sinyal seperti itu, gw langsung beranjak mendekatinya. sepertinya ia sedang butuh bantuan. “habis dari galeri?” gw bertanya. kadang, ia suka meluangkan waktu pergi ke sebuah galeri di kawasan kemang untuk melihat-lihat lukisan. ibunya paling senang dengan lukisan. sementara almarhum ayahnya bisa dibilang hobi melukis. mungkin, dengan melihat-lihat lukisan yang ada di galeri mampu menggenapi kerinduannya terhadap kebiasaan melukis almarhum.


setau gw, almarhum ayahnya pernah minta dibelikan sebuah lukisan apapun itu asalkan mempunyai nuansa yang erat kaitannya dengan dunia perwayangan. entah apa maksudnya. akhirnya, setelah dua tahun lamanya ia mencari lukisan yang sesuai dan menurutnya bagus, lalu ia pun membeli sebuah lukisan wayang buah karya Nasirun. sayang, ayahanda tercintanya harus tutup usia tanpa pernah sempat melihat lukisan yang ia belikan khusus untuk beliau. menurut cerita ibunya, suatu hari almarhum pernah bercerita kalau beliau ingin sekali melukis semar. tapi dikarenakan kondisinya yang sedang terbaring lemah karena sakit, maka niat tersebut akhirnya diurungkan. “kamu bisa bantu saya pasang lukisan, kan?” tanyanya sambil perlahan-lahan membuka kertas penutup foto -yang tadinya sempat gw kira lukisan- tersebut. setelah kertas penutupnya dibuka, ternyata itu adalah lukisan almarhum ayahnya. lukisan yang dilukis menggunakan cat minyak, hanya saja benar-benar menyerupai foto. kalau ia tidak bilang bahwa itu adalah lukisan, gw pasti mengira kalau itu adalah foto. dalam lukisan tersebut, almarhum ayahnya terlihat gagah dengan balutan beskap jawanya dan sedang duduk tegap sambil tersenyum ke arah kami berdua. sekarang akhirnya gw tau dari mana senyuman manis yang biasa ia perlihatkan itu berasal. like father like son. “mau sekalian minta tolong ke si babeh ngga?” gw bertanya lagi sewaktu ia sedang tertegun memandangi lukisan tersebut. “ngga usah, ini lukisan pa’e harus anaknya sendiri yang pasang.” jawabnya tegas. “eh terus saya harus ngapain? boleh bantuin ngga ini teh? habis lukisannya kan gede banget.” balas gw. “kamu sama sofi boleh lah ikut bantuin saya. tapi yang lain jangan.” gw lalu mengusap pelan punggungnya, punggung salah seorang sahabat yang paling gw sayang. setelah itu, kami berdua bahu membahu memasang lukisan besar tersebut. gw memegangi kursi pijakan, sementara ia memasang lukisan dengan penuh kehati-hatian. bahkan setelah menggantung di dinding, berkali-kali lukisan itu dipandangnya dari kejauhan untuk memastikan kalau posisi dan letaknya sudah sesuai. baru setelah semuanya terasa sudah ‘pas’. ia lalu meletakkan sebuah rak kayu jati kecil yang dipenuhi oleh ukiran di semua sisinya. tepat di atas rak itu, disusunlah beberapa buah buku karya Umbu Landu Paranggi, Umar Kayam, Emha Ainun Nadjib, WS Rendra, RA Kosasih serta beberapa buah buku salinan Serat Centhini yang melegenda di sebagian kalangan masyarakat Jawa, khususnya orang Solo. semua buku yang disusun rapih tersebut merupakan buah karya maestro favorit almarhum yang sengaja diwariskan kepada anak sulungnya. selama beberapa menit, kami berdua duduk diam memandangi lukisan tersebut. sesekali, ia menggenggam erat tangan gw sambil membuang mukanya ke arah lain. kelihatannya sih, dia masih gengsi kalau kelihatan nangis di depan gw. tapi gpp deh, justru saat-saat yang seperti ini bisa dibilang sebagai saat yang paling intim diantara kami berdua. setidaknya, dia tidak akan membagi momen sakral seperti ini kepada sembarang orang. walaupun saat ini, dia masih menganggap gw hanya sebagai seorang sahabat. “kamu ngga mau kemana-mana kan?” gw memberanikan diri mengawali pembicaraan. “maksudnya?” dia menoleh pelan ke arah gw. gw mengambil nafas sejenak baru kemudian kembali berbicara. “dulu, ada satu orang sahabat saya yang sama-sama kehilangan ayahnya. semenjak itu, kondisi kita berdua jadi bener-bener beda.” “………………………………………………………………….” “saya ngga mau nyalahin siapa-siapa, tapi waktu itu saya bilang ke dia kalau keputusan apapun yang dia ambil selama itu baik ya udah saya terima-terima aja. cuma ngga nyangka juga sih kalau dia teh harus ngejaga jarak sejauh ini sama saya.” ia lalu mengusap pelan punggung tangan gw dengan hangat. “saya kehilangan satu orang tapi kerasanya kaya kehilangan tiga orang dalam waktu yang bersamaan. waktu itu saya ngerasa kehilangan pacar, sahabat sekaligus teman terbaik saya. ” “kamu bisa bayangin, saya sama dia kemana-mana hampir selalu berdua. tiap kali ada masalah pasti langsung cerita sama dia. kalau lagi kesusahan, saya pasti seneng waktu dihibur sama dia. misalnya saya bikin salah, dia pasti langsung marahin dan selalu ngingetin supaya ngga ngulang kesalahan itu dua kali. ngga mungkin IPK saya sekarang bisa sebagus ini kalau bukan dia yang terus-terusan semangatin belajar. saya juga selalu berusaha jadi orang yang lebih baik lagi karena dia selalu berhasil ngasih contoh yang baik ke saya. tapi waktu dia pergi, saya langsung limbung. bener-bener ngga tau harus ngapain.” “…………………………………………………………” “sekarang, sahabat saya yang satu lagi, ngalamin hal yang sama. kamu mungkin ngga tau gimana takutnya saya selama nemenin kamu di kuningan waktu ayah kamu ngga ada.”
“takut?” “iya takut. saya takut kehilangan kamu! saya takut kamu kaya dia yang langsung ngejauh begitu ayahnya udah ngga ada.” ia langsung terdiam. “terserah deh, kamu mau tetep nganggep saya cuma sebagai sahabat, atau kamu mau nganggep saya sebagai orang rese yang terus-terusan gangguin kamu juga gpp. yang penting kamu ngga kemana-mana. kamu tetep ada di deket saya. mau kamu jalan sama orang lain juga saya ngga peduli. yang penting kamu masih mau minum kopi di tempat saya atau saya masih dibolehin dateng kesini tiap kali ngerasa kangen sama kamu.” “insyaallah saya ngga akan kemana-mana.” “dulu juga dia bilang kaya gitu, ngga akan kemana-mana. tapi akhirnya pergi.” “dia emang ngga kemana-mana, kan? dia masih ada tuh di hati kamu.” “………………………………………………………” “bu’e bilang, dia ngga mau jauh dari anak-anaknya. jadi kemungkinan besar saya tetap kerja di Jakarta.” “Alhamdulillah….” “mungkin dulu kamu kurang bisa ngebujuk dia supaya ngga jadi ambil master di sana.” “apaan, orang saya sampe bilang rela mati gara-gara dia. apa masih kurang?” kemudian ia tertawa cukup lama sambil menepuk-nepuk bahu gw. “argi…argi…. kamu tau ngga, hal paling gampang yang bisa dilakukan sama semua orang itu apa?”
“mmmm….naon nya. loba atuh. dahar? hitut?” “hehehe. bukan gi. maksud saya teh hal paling gampang yang bisa semua orang lakuin itu, mati. dan hal yang paling sulit dan ngga bisa semua orang lakuin itu, bertahan hidup.” “…………………………………………………………..” “kamu mau mati sekarang? gampang. ada banyak cara.” “maksudnya?” “kamu kalau mau ngegombal itu harusnya dipikir dulu. kalau kamu sayang sama sofi, ya harusnya jangan bilang rela mati demi dia.” “loh, terus harusnya saya bilang apa atuh??” “ya mungkin kamu bisa bilang kalau kamu rela hidup demi dia. in other words, itu artinya kamu akan berusaha hidup sebaik mungkin supaya bisa terus nemenin dia. sofi lulus, kamu juga. sofi ambil master, kamu jangan mau kalah. sofi kerja di company yang bonafide, berarti kamu harus kerja di perusahaan yang ngga kalah bonafide lagi. bikin dia bangga sama prestasi kamu, itu arti dari bertahan hidup. kalau mati mah, anak kecil juga bisa gi. tinggal minum baygon juga pasti langsung kolaps. hehehe.” “……………………………………………………….” “udah paham sama maksud saya? makanya lain kali kalau mau ngegombal harus dipikir dulu yah.” “ok. sekarang, saya mau bertahan hidup ah.” jawab gw dengan penuh semangat. “tah, kitu atuh. buat diri kamu keliatan hebat di mata sofi. nanti dia pasti senyam-senyum sendiri liat kamu udah jadi orang sukses.” “amin. tapi sekarang saya mau bertahan hidup bukan cuma buat dia sih, tapi buat kamu juga. demi kamu.”
ia hanya tertawa renyah mendengar omongan gw. mungkin omongan barusan hanya dianggap sebagai angin lalu olehnya. puas meladeni gw, ia lalu mengambil sebuah buku dari sederatan buku yang baru saja disusunnya. kemudian, sambil duduk santai di atas sofa, ia membuka lembar demi lembar buku itu. “lagi baca apa, a?” tanya gw. dia melepas kacamatanya sejenak. kemudian melihat ke arah gw, “kamu tau serat centhini?” tanyanya seraya mengerutkan alis sebelah kanannya. “hah? apaan tuh? kalau cendol mah tau.” “ah kamu mah, saya serius nih.” “hahayy. seriusan saya ngga tau. emang itu teh apaan?” “hmmm….jadi gini, dulu waktu saya masih kecil, pa’e yang memang hobi dengan segala sesuatu hal berbau seni pernah ‘nembang’ sambil nasehatin saya yang masih sering bandel.” “nembang? nyanyi gitu ya maksudnya?” “iyah. serat centhini yang saya bilang tadi itu teh sebenernya kumpulan dari beberapa suluk. mungkin kalau dalam istilah orang sunda namanya pupuh.” “itu teh isinya pupuh semua tapi pake bahasa jawa?” “aduh gimana yah, agak susah juga saya jelasinnya gi. hehehe.” “eh kumaha sih si aa mah. jadi itu teh isinya tentang apa?” “hmm… gini, waktu jaman kesultanan Surakarta hadiningrat dulu, dirangkumlah tentang cerita perjalanan dari salah seorang putra Sunan Giri selama pengembaraannya di berbagai tempat yang ada di tanah jawa.
semua hal tentang segala aspek kehidupan masyarakat jawa kuno ada di sini. jadi kalau mau tahu semua hal tentang adab, falsafah serta adat istiadat orang jawa yang sebenar-benarnya, ada di sini. ini versi keraton mangkunegaran.” ucapnya dengan perlahan sembari memperlihatkan cover depan dari buku tersebut. “oh gitu….. eh, tapi bukannya pa’e mah asli orang jogja?” tanya gw lagi. “eyang kakung saya asli orang solo, dan waktu ibukota republik Indonesia pindah sementara ke jogja, eyang kakung yang seorang tentara di solo diperbantukan ke sana sampai akhirnya bertemu dengan eyang putri yang asli orang jogja.” “wah, baleg?” “iyah. kadang saya bingung kalau misalnya ditanya asli jogja atau solo.” ucapnya. hmm, memang sih walaupun gw dan aa itu sebenernya saudara, tapi nama klan kita berbeda karena membawa nama klan dari garis keturunan laki-laki. gw dengan nama klan bawaan bokap, sementara aa dengan nama klan bawaan pa’e. nah, sementara hubungan saudara gw sama si aa itu terjalin dari klan keluarga nyokap dengan bu’e. jadi, bokap gw kan asgar, asli orang garut. sementara nyokap gw, walaupun lahir di garut tapi keluarga besarnya asli keturunan ciamis. dan, kakak dari nin (nenek) gw, itu teh aki (kakek) aa dari pihak bu’e. tapi, nama klan bu’e tetap berbeda dengan nyokap gw sekalipun masih satu keturunan. karena nyokap (dan anak-anak lainnya dari nin) sudah pasti membawa nawa klan dari suami nin (aki) yang notabene berbeda garis keturunan. agak riweuh memang. makanya, sekarang gw ‘membawa’ nama klan dari pihak bokap, dan aa juga ‘membawa’ nama klan dari pihak pa’e. agak ngga nyambung sih memang dibilang saudara kalau misalnya lihat dari nama klan. gw yang nama klan-nya khas nama keluarga sunda sementara aa khas dengan nama klan dari keluarga jawa. tapi kan kalau orang jawa/sunda memang harus ‘ngikut’ nama keluarga dari pihak ayah. walaupun gw lahir di garut, tapi tiap kali ada orang yang nanya asli mana, pasti gw bilang bandung karena rumah dan sekolah yang paling lama memang di bandung. nah, kalau aa, biasanya dia butuh waktu lebih lama untuk menjelaskan kalau dia keturunan solo yang lahir di jogja, tinggal di kuningan dan sma-nya di bandung. habis, kalau misalnya mau bilang asli kuningan/bandung, pasti aneh karena nama keluarganya teh jawa banget. tapi kalau mau bilang asli solo/jogja, logat sundanya kental banget. ribet juga kan kalau jadi si aa? hahayyy. “terus-terus, sebenernya isi buku itu teh semuanya tentang nasehat-nasehat sama pupuh?” “isinya macem-macem. komplit. tapi yang mau saya ceritain ke kamu mah, yang ada hubungannya sama kita gi.”
“kita? maksudnya saya sama aa?” “bukan, sama dunia kita. jadi di buku ini pertama kalinya saya tau ada cerita tentang hubungan sesama jenis antara lelaki. ini teh naskah jawa paling kuno yang di dalamnya ada cerita tentang gay-nya.” “HAH??? BALEG??? EMANG JAMAN DULU ADA JUGA YA YANG KAYA GITU???” gw tidak bisa menyembunyikan rasa keterkejutan yang amat sangat. “iyah. dulu, pa’e pernah cerita tapi secara garis besarnya aja. cuma anehnya, walaupun saya masih kecil tapi kadang suka ngerasa gelisah waktu denger cerita tentang hubungan laki-laki sama laki-laki. karena cerita pa’e yang sedikit di bagian itu, saya malah jadi sering ngebayangin gimana kalau misalnya laki-laki ciuman sama laki-laki lagi, atau laki-laki mandi bareng sama laki-laki juga. mungkin gara-gara sering kebayang-bayang sama cerita ‘gay’ di serat centhini, saya jadi ada bibit untuk bisa jadi belok seperti sekarang.” “eh, sumpahnya saya baru tau cerita ini da. dulu mah asa bukan ini penyebabnya?” “hehehe. ya bisa dibilang ini pemicu awal. pemicu yang lebih besar juga ada, gi. yang waktu dulu pernah saya ceritain sama kalian.” “kita bertiga penyebab beloknya bisa beda-beda gitu ya?” lagi-lagi ia tersenyum. kali ini, tangannya merengkuh bahu gw. perlahan gw menggeser posisi badan semakin mendekat ke arahnya. usapan lembut jemarinya di tengkuk leher benar-benar terasa hangat. sesekali matanya menatap wajah gw selama beberapa menit, membuat mata kami berdua saling beradu. berada didekatnya benar-benar membuat gw merasa nyaman. “a, mulai besok saya mau cobain nge-gym ah.” gw memulai pembicaraan dengan suara pelan. “nge-gym? fitness maksudnya? buat apa?” tanyanya heran. “ngga tau kenapa, akhir-akhir ini badan saya sering lemes.” “kamu sakit?”
“ngga juga. cuma kondisinya lagi aneh aja.” “aneh kenapa gi?” “aneh, kenapa tiap kali saya deket-deket kamu bawaannya lemes terus. itu teh sakit atau kenapa ya a?” kali ini ia tertawa cukup kencang. butuh waktu beberapa menit sampai akhirnya ia kembali tenang. “kenapa malah ketawa?” tanya gw. “percuma gi. saya ngga akan pernah terpengaruh sama gombalan kamu.” “ya iyalah…raja gombal mah ngga akan mempan kalau digombalin. terus, saya harus gimana lagi atuh?” tanya gw. eh seriusan ini mah, tiap kali dia ngegombal gw pasti langsung meleleh habis-habisan. dia itu jauh lebih gombal dari gw. gw kalah jam terbang sama dia. lagi-lagi, ia tertawa. cukup jarang loh ngeliat dia bisa ketawa lepas seperti ini. bukan berarti dia tipe orang yang kaku atau apa, cuma dia teh termasuk tipe orang yang jarang menunjukkan emosinya ke semua orang. entah itu bahagia, sedih atau tertawa. kecuali kalau berada di lingkungan orang terdekatnya, baru deh dia berani buka-bukaan. karena menurutnya, percuma kalau kita terlalu membuka diri atau membuka masalah yang sifatnya pribadi kepada orang banyak karena pada kenyataannya hanya ada segelintir orang saja yang akan benar-benar peduli. sisanya mungkin menganggap masalah kita tersebut sebagai angin lalu atau bahkan dijadikan bahan gunjingan dibelakang kita. tapi bukan berarti itu tandanya kita harus menutup diri. cuma, akan terasa jauh lebih baik kalau kita membawa sisi positif yang ada pada diri kita di depan orang banyak dibanding harus menunjukkan sisi negatif yang sudah pasti tidak akan mendatangkan feedback yang menguntungkan. “udah ah, saya mau nonton tv dulu. bentar lagi kick andy mulai.” ucapnya sambil melihat arloji yang melingkar di tangannya. “damn, I’m gonna kick andy if he is flirting with you. because you are mine!” teriak gw dengan keras sambil melempar bantal kecil yang ada di atas sofa. kali ini ia tertawa sampai mukanya benar-benar merah. sambil memegangi perutnya yang sakit karena terus-terusan tertawa, ia lalu berkata ;
“gi, kamu mau tau gimana caranya supaya dapat perhatian dari saya?” “mau pisan atuh. sok, saya teh harus gimana lagi ke aa?” “sekarang, ambil dompet kamu. keluarin semua isinya. baru nanti saya bisa nilai apa isi dompet kamu itu bisa menarik perhatian saya atau ngga.” “anjis! itu mah berarti pacarannya sama dompet saya atuh. bukan sama yang punya dompetnya?” “hehehe. udah ah, saya males nanggepin pertannyaan yang ngga penting. saya udah sangat bersyukur punya dua orang sahabat yang super baik dan saya juga ngga mau kalau nanti kehilangan salah satu atau bahkan dua-duanya.” jawabnya sambil berlalu meninggalkan gw. dan lagi-lagi, dia nolak gw. walaupun kali ini caranya sedikit lebih halus dari biasanya. gw hanya bisa menghela nafas yang sangat panjang. bukan, bukan berarti gw nyerah untuk dapetin dia. emang sih, ini waktu terlama yang pernah gw alamin untuk bisa memenangkan hati seseorang. biasanya ngga pernah selama ini. ***** “gimana laporan kp kamu? udah selesai?” dia menanyakan perihal laporan kp yang kemarin-kemarin sedang gw persiapkan. kebetulan, karena satu dan lain hal gw terpaksa mengulang kp untuk kedua kalinya. “udah. semester ini udah beres. tinggal pilih-pilih judul TA.” gw menjelaskan kepadanya sambil membersihkan meja tempat dia duduk. “targetnya kapan selesai?” kali ini, dia bertanya langsung tepat ke sasaran. sedikit mengagetkan gw juga sih sebenernya. “kalau ngga ada halangan mah, secepatnya.” jawab gw diplomatis. “yang namanya halangan pasti ada.” balasnya lagi. “iya sih. tapi mudah-mudahan nanti ada penyemangat lain waktu saya lagi stuck ngerjain TA.”
sebuah senyuman manis terukir dari bibirnya. “kamu mau ngga, jadi penyemangat saya nanti waktu ngerjain TA?” lagi-lagi, dan lagi-lagi gw tidak berhenti meminta hal yang sama berulang kali. karena memang itu yang menjadi tujuan gw dari awal, pacaran sama dia. senyumnya tiba-tiba menghilang. kali ini ia diam. selalu saja begitu. reaksinya tidak pernah berubah tiap kali pertanyaan tersebut terucap dari mulut gw. melihat ia diam tak bersuara sedikitpun, gw langsung saja pergi meninggalkannya tanpa berharap mendengar jawaban dari mulutnya. ngga usah bilang juga gw udah tau jawabannya, kok. pasti dia ngga mau. ***** kenapa juga sih gw harus sengotot ini sama dia? kaya ngga ada orang lain aja. ***** Si A lebih ganteng dari dia. Si B, badannya lebih well shaped. Si C, orangnya ngga emosian. Si D, masih kuliah jadi punya banyak waktu kosong. Si E, sama-sama suka bola kaya gw. Si F, udah nembak duluan tapi belum gw jawab. tapi kenapa dari Si A - Si F ngga ada yang kaya dia? anjis, lagi-lagi gw kepikiran dia! aarrrrrrggggghhhhhhhhh!!! ***** I hate the way you talk to me I hate the way you cut your hair I hate it when you stare, and the way you read my mind I hate you so much it makes me sick, it even makes me rhyme I hate it…. I hate the way you’re always right I hate it when you lie I hate it when you make me laugh, even worse when you make me cry I hate it when you’re not around, and the fact you didn’t call but mostly I hate the way I don’t hate you, not even close not even a little bit, not even at all…..
please….. don’t be in love with someone else…. :’( ***** ada banyak orang yang berandai-andai memiliki kekasih seperti arjuna. karena apa? karena arjuna itu kasep, menawan, dan pandai berkata-kata. tidak sedikit juga orang yang berandai-andai memiliki kekasih seperti bima. kenapa seperti itu? karena bima itu kuat, gagah dan pemberani. tetapi sayang, hanya segelintir orang saja yang berandai-andai memiliki kekasih seperti bisma. mau tau apa kelebihan bisma? setia, setia, dan setia. (quotes by him, my beloved accountant. ****) jadi kesimpulannya adalah, pilih bisma atau morgan? #teunyambungsiakehed! hahahayyyy~~~ ***** “A…….” “naon?” “saya mah kadang suka ngga ngerti sama aa.” “dalam hal?” “ada lah beberapa. tapi paling ngga ngerti mah sama status aa sekarang.” “status?” “sebelumnya aa belum pernah pacaran kan?” “pernah.” “maksudnya pacaran sama cowo.” “not yet.”
“kenapa itu teh?” “apanya yang kenapa?” “ya kenapa aa belum pernah pacaran sama cowo? setau saya kan dari jaman dulu nih ya, aa pernah bogooooh pisan sama beberapa orang. udah gitu, yang deketin aa juga ngga sedikit. yang pernah hampir jadian juga ada.” “kenapa malah jadi kamu yang repot mikirin hal itu? saya sendiri santai-santai aja.” “ya gpp atuh. cuma pengen tau aja a. emang ngga boleh ya?” “………………………………………………..” “tuh kan, ari saya mah tiap kali ditanya sama aa pasti cerita. giliran aa yang ditanya malah diem.” “gi, jangan samain saya dengan kamu. sebogoh-bogohnya saya sama seseorang, bukan berarti saya harus jadian sama orang itu.” “eh, terus kalau misalnya ngga jadian sama orang yang kita suka, jadiannya sama siapa lagi atuh?” “saya juga harus mikirin dong baik buruknya andai nanti bener jadian sama orang yang saya suka.” “sebenernya, hal apa yang bisa bikin aa males jadian sama seseorang?” “saya ngga suka sama orang yang punya banyak peluru.” “maksudnya?” “kalau memang bener dia suka cuma dengan saya dan kalau memang bener dia mau berhubungan serius cuma dengan saya seharusnya dia melakukan pendekatannya hanya ke saya aja kan? tidak dengan orang
lain juga?” “…………………………………………” “kalau dari awal hatinya sudah bercabang, maka nanti seterusnya pun akan tetap seperti itu gi.” “…………………………………………..” “dari jaman dulu, prinsip itu yang saya pegang. makanya sampai sekarang belum pernah sekalipun pacaran sama cowo. hehehe.” “mmmmm……berarti patokannya apa atuh?”
“A…….” “naon?” “saya mah kadang suka ngga ngerti sama aa.” “dalam hal?” “ada lah beberapa. tapi paling ngga ngerti mah sama status aa sekarang.” “status?” “sebelumnya aa belum pernah pacaran kan?” “pernah.” “maksudnya pacaran sama cowo.” “not yet.”
“kenapa itu teh?” “apanya yang kenapa?” “ya kenapa aa belum pernah pacaran sama cowo? setau saya kan dari jaman dulu nih ya, aa pernah bogooooh pisan sama beberapa orang. udah gitu, yang deketin aa juga ngga sedikit. yang pernah hampir jadian juga ada.” “kenapa malah jadi kamu yang repot mikirin hal itu? saya sendiri santai-santai aja.” “ya gpp atuh. cuma pengen tau aja a. emang ngga boleh ya?” “………………………………………………..” “tuh kan, ari saya mah tiap kali ditanya sama aa pasti cerita. giliran aa yang ditanya malah diem.” “gi, jangan samain saya dengan kamu. sebogoh-bogohnya saya sama seseorang, bukan berarti saya harus jadian sama orang itu.” “eh, terus kalau misalnya ngga jadian sama orang yang kita suka, jadiannya sama siapa lagi atuh?” “saya juga harus mikirin dong baik buruknya andai nanti bener jadian sama orang yang saya suka.” “sebenernya, hal apa yang bisa bikin aa males jadian sama seseorang?” “saya ngga suka sama orang yang punya banyak peluru.” “maksudnya?” “kalau memang bener dia suka cuma dengan saya dan kalau memang bener dia mau berhubungan serius cuma dengan saya seharusnya dia melakukan pendekatannya hanya ke saya aja kan? tidak dengan orang lain juga?”
“…………………………………………” “kalau dari awal hatinya sudah bercabang, maka nanti seterusnya pun akan tetap seperti itu gi.” “…………………………………………..” “dari jaman dulu, prinsip itu yang saya pegang. makanya sampai sekarang belum pernah sekalipun pacaran sama cowo. hehehe.” “mmmmm……berarti patokannya apa atuh?” “komitmen. setia harga mati. hehehe.” “udah a cuma satu itu aja?” “gini deh, sekarang hampir setiap harinya saya disibukkan dengan urusan pekerjaan yang bener-bener menyita waktu. dari sekian jam jatah waktu yang terpotong untuk urusan pekerjaan, saya wajib memikirkan ibu saya setelah ditinggal pa’e. belum lagi mikirin dua orang adik saya. gimana sekolahnya, nanti mau lanjut kuliah dimana, berapa besar biayanya dan lain-lain.” “……………………………………………………” “itu semua beban yang harus saya tanggung sendirian gi. saya anak pertama, laki-laki pula. makanya, saya lebih prefer punya pacar yang bener-bener mau ngurusin dan perhatian sama saya. tanpa perlu banyak omong, dia harus sudah tau apa maunya saya dan ngerti hal apa saja yang saya suka dan tidak suka.” “…………………………………………………..” “saya ngga mau memilih pacar hanya karena sekedar ingin, tapi lebih karena butuh. kalau cuma mengikuti keinginan, nanti bisa-bisa dipacarin lah itu semua laki-laki yang saya anggap menarik.” “tolong catet sama kamu, saya sudah ngga punya waktu untuk ngurusin pacar yang punya hobi mesra-mesraan dengan banyak lelaki.”
“………………………………………………………..” “maaf kalau kamu merasa tersinggung. sekarang kamu tau kan kalau saya itu orangnya egois? terlebih lagi, saya masih terlalu naïf untuk urusan pacaran. “………………………………………………………..” “setia itu harganya mahal gi. tau sendiri kan, barang mahal itu jatuhnya jauh lebih awet, lebih bagus, lebih prestise dan punya nilai jual lebih tinggi dibanding barang fake?” “……………………………………………………….” “in my opinion, the best thing you can do is find a person who loves you exactly what you are. good mood, bad mood, ugly or handsome. the right person will still think the sun shines out your ass. that’s the kind of person that’s worth sticking with.” entah kenapa setelah mendengar semua penjelasan singkatnya barusan, gw langsung refleks memeluk dirinya. and to be honest, one of the best feelings in the world is when you’re hugging tight a person who you love with absolutely everything you have, and he hug you back even tighter…. ***** I wanna be the reason why he cancels a night out with his friends, because he wants to spend the night together with me. I wanna be the reason why he doesn’t stick to other men, because he knows I’ll get jealous. I wanna be the reason why he is in love with no lies. and I wanna be the because of his every why’s…… ***** hobloh aing mah. dia ngajak ngobrol, gw jawab seadanya. dia sms, gw balesnya lama. dia telfon, gw ngga angkat. dia ajakin lunch bareng, gw pura-pura sibuk. dia minta ditemenin ke galeri, gw malah main futsal. Dia minta dibikinin espresso, gw malah nyuruh barista yang lain. dia udah mulai kasih perhatian, eh sama gw dicuekin. sekarang, giliran dia ngga ngasih kabar, gw malah gelisah. bener-bener gelisah. gw sms, ngga dibales. gw telfon, dia bilangnya lagi sibuk. gw bawain batagor kingslay, dia nya lagi pergi dinas keluar kota. gw tungguin di kedai kopi, dia ngga dateng-dateng. gw main ke rumahnya, dia lagi berdua sama orang lain. gw coba nembak lagi, masih tetep dia tolak. K.A.H.I.R.U.P.A.N. A.I.N.G. *****


06.00 am gw sms dia 06.05 am belum dibales. sare keneh kitu? (masih tidur gitu?) 06.10 am kirim ulang sms 06. 15 am masih belum dibales juga ya Alloh 06. 20 am bawa hp ke kamar mandi. lagi mandi juga tetep liatin layar hp. 07.00 am sarapan sambil ngintipin layar hp 08.00 am pura-pura salah kirim sms 09.00 am pura-pura salah kirim pulsa. untung cuma dikit. 09.10 am dia bales sms kaya gini ; kenapa ngga salah transfer duit aja sekalian? anjis si eta ngewa pisan lah. supaya sms dibales aja aing kudu ngamodal heula. tapi gpp, dia mau bales sms juga aing udah seneng pisan. (nyebelin banget jadi orang. supaya sms dibales aja gw harus keluarin modal dulu.)
09.11 am - 11. 30 pm pabales-bales sms sama dia, tapi jeda waktu dia ngebales satu sms lama banget. rada diwajar, lagi sibuk gawe cenah. 12.20 pm hp di simpen di atas karpet masjid. aing solat sambil ngintipin layar hp. untung dia ngga bales. coba kalau misalnya dia bales sms, pasti aing langsung batal solatnya. << kade, jelema model kieu mah tong waka diturutan nya! 12. 45 pm udah kehabisan akal mau pura-pura salah kirim apalagi. 12. 50 pm beli kartu perdana baru. godain dia, ngajakin kenalan. pura-puranya dapet nomer dari temen. << trik binan jaman yati pesek masih jadi artis tenar #kamanaatuhyatipesek 01.00 pm goblog, hp si eta kalahkah dipareuman! aing maahhhhhh…… (geblek, hp nya dia malah dimatiin!) 03.00 pm hp nya udah aktif lagi tapi sms aing masih belum dibales 04. 00 pm aing sms, kangen kamu pisan. 04.10 pm sms lagi, sumpah kangen kamu pisan. 04.15 pm sms lagi, sumpah deminya kangen kamu pisan. 04.20 pm sms lagi, sumpah deminya ini mah kangen kamu pisan. 04.25 pm sms lagi, sumpah deminya ini mah ya Alloh kangen kamu pisan. 04.30 pm
sms lagi, cik atuh bales. 04.35 pm bingung mau sms apalagi. mau kasih sms segombal apapun, asli kalau ke dia mah ngga bakalan mempan. 04.40 pm iseng sms dia, nomor rekening kamu berapa? mau transfer cicis nih. 04.03 pm dia langsung bales, mangga. xxxxxxxxxxxxxxxx. 04.04 pm gw bales lagi, anjis lah parah pisan kamu mah. giliran sms kaya gini baru dibales. 04. 15 pm dia bales, ngga baik nolak rizki. 04.16 pm gw bales, ngga baik nolak argi. 04.25 pm dia bales, itu namanya bid’ah. 04.25 - 07.00 pm ngahuleng (kesel, marah, pundung, meng-geje) 08.00 pm tiba-tiba dia sms, saya belum makan malem. kamu udah? 08.01 pm langsung gw bales, hayu hayu hayu mau makan dimana? 08.30 pm dia bales, tapi saya masih rapat di puncak. satu jam lagi pulang ke Jakarta. 08.32 pm tanpa pikir panjang lagi gw langsung bales, saya kesana sekarang. kamu di hotel apa? ***** One, two, three….. Please love me! Four, five and six….. Take care of you when you're sick! Seven eight and nine….. You will be mine! And how about ten? I'll love you now and then! ***** jadwal hari ini : pulang secepetnya ke bandung. nyampe di rumah langsung cabs ke jalan veteran untuk beli batagor kingslay dua dus-eun. habis itu beli cake lapis ke nyonya liem di jalan naripan. menjelang siang, gw meluncur ke aquarius dago untuk beli CD Chaka Khan dan Sambasunda. ternyata CD Sambasunda nya ngga ada, ya udah weh langsung bergerilya di pasar kembang cari yang bajakannya. siang menjelang sore, langsung gocaw lagi ke Jakarta. malam harinya, dateng ke rumah dia bawain batagor + cake lapis. reaksinya dia langsung sumringah. katingalina hepi pisan lah. waktu lagi ngobrol, gw pura-pura nyimpen bungkusan plastik di atas meja. dia kepancing umpan gw. bungkusan plastik itu dibuka dan……. taraaaa! dua buah CD yang sedang diidam-idamkannya tiba-tiba ada di depan mata. dia langsung sumanget nyetel CD Sambasunda sambil manggut-manggut. dia bilang berani beli CD Chaka Khan gw dengan harga dua kali lipat. dengan santai gw bilang, oh…kamu suka Chaka Khan juga? ya udah itu buat kamu aja. saya mah bisa beli lagi da. seketika itu juga dia langsung mencium bibir gw sebagai tanda terima kasih. badan gw langsung gemeteran. tapi sensasinya nikmat. bikin ketagihan. he’s a good kisser. mau tau kenapa gw lakuin itu semua? cuma karena gw ngga sengaja baca daftar whistlist-nya minggu ini yang dia pasang di pintu kulkas. setelah kejadian ini, gw berharap kalau suatu saat nanti ada nama gw tertulis di dalam wishlistnya. ***** “bener kata sofi…” sambil menopang kepala dengan tangannya, dia mulai berbicara terlebih dahulu. “apanya yang bener?” gw bertanya. kami berdua duduk berhadapan di pojok kedai kopi sesaat setelah jam kerja gw selesai.
“kamu pantang menyerah. ada aja usahanya.” dai tersenyum simpul. gw menghela nafas sejenak. “namanya juga bogoh,a.” “saya ngga nyangka kamu ‘setangguh’ ini. tadinya saya pikir nanti lama-kelamaan kamu pasti bosan dan akhirnya menjauh.” “mau tau ngga cara paling ampuh supaya saya ngejauh dari aa?” dia tertawa. “apa itu teh?” tanyanya. “jadian sama orang lain.” “saya?” “iya. selama ini kan aa masih single, makanya saya berani. tapi kalau aa udah ada yang punya, saya pasti langsung nyerah.” “yakin?” “saya berani ngelakuin apapun selama saya mampu asalkan itu untuk pacar saya atau orang yang jadi inceran saya selama dia masih single. tapi saya ngga akan pernah mau berkorban sedikitpun untuk pacar orang lain.” dia meneguk espressonya dalam-dalam. “aing memang bogoh ka aa. bogoh pisan. tapi da aing ge boga harga diri atuh.” jawab gw dengan tegas. jujur aja nih ya, gw memang tipe orang yang akan mengejar seseorang yang gw suka sampai dapat dengan segala macam cara. tapi hal itu ngga berlaku untuk orang yang udah punya pacar. gw paling anti ganggu hubungan orang lain karena gw juga ngga mau kalau nantinya hubungan gw sama pacar diganggu sama orang lain. terkadang ada juga kan tipe orang yang rela dijadiin temen selingkuhan/temen ttm-an asalkan bisa terus berhubungan dengan orang yang kita sukai. kalau dalam dunia binan, yang sering terjadi itu biasanya saat kita lagi jatuh cinta sama seorang brondy yang hobi mengumbar kata-kata sayang ke semua orang sekalipun dia sebenarnya udah punya pacar. biasanya binan yang lebih ‘senior’ suka dipermainkan dengan kata-kata macam ini, “pacar aku tuh ngga kaya kamu. kamu beda. kamu lebih ngertiin aku. aku salah pilih pacar. aku lebih sayang sama kamu. kamu jangan ninggalin aku.” anjis lah eta mah ngewa pisan. bener-bener BIG NO sama tipe orang yang kaya gitu. emangnya aing ngga punya harga diri sampai mau dimainin kaya gitu?! emangnya aing ngga laku?! #biasawaeatuhkang =D “sekarang saya lagi deket sama seseorang.” dia mengubah posisi duduknya. suasana hati gw langsung berubah. hati gw rasanya seperti sebuah adonan kue yang sedang diaduk-aduk dengan sangat kencang. “siapa a?” tanya gw dengan suara yang sedikit tersangkut di tenggorokan. dia tersenyum. setelah menunggu beberapa lama, ternyata tidak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya. “tapi aa belum jadian sama orang itu, kan?” tanya gw lagi. “belum. masih banyak hal yang harus saya pertimbangkan.” gw langsung menghembuskan nafas dengan lega. at least, dia masih single. itu aja yang jadi pegangan gw sekarang. “kenapa diem? kamu mau nyerah?” dia menatap tajam ke arah gw. “ngga.” jawab gw tegas. setelah mendengar jawaban dari gw barusan, dia langsung tersenyum puas. entah apa yang ada di pikirannya, tapi gw berharap kalau nama gw lah yang sedang terngiang-ngiang dalam benaknya saat ini. mudah-mudahan. *****
bilakah dia tahu apa yang t’lah terjadi semenjak hari itu hati ini miliknya mungkinkah dia jatuh hati seperti apa yang kurasa mungkinkah dia jatuh cinta seperti apa yang kudamba
bilakah dia mengerti apa yang t’lah terjadi hasratku tak tertahan ‘tuk dapatkan dirinya ........................................... “ganti ganti ganti!” gw berteriak kepada eja yang sedang menyetir sewaktu mendengarkan lagu yang diputar adalah ‘andai ia tahu’-nya kahitna. asli, ini lagu nyepet aing pisan lah. “kunaon ai aa?” eja masih tetap fokus menyetir. “cicing sia teh. aing teu beuki kanu lagu ieu!” gw langsung mengganti frekuensi radio dengan paksa dari kursi belakang. (diem kamu! gw ngga suka lagu ini!) “naha bet jadi dangdut?” eja protes sewaktu gw asal-asalan mengganti frekuensi ke radio yang kheuseus memutar lagu dangdut. (kenapa lagunya ganti jadi dangdut?) “bae ah. nu penting mah ge-ge-ge-ge-ge-geboyyyy~” gw tidak menghiraukan protes eja. gini nih kalau orang lagi galau. begitu dengerin lagu yang rada-rada nyepet dikit bawannya langsung pun to the dung, pundung. ***** “a, pasti pernah kan aa suka sama seseorang dengan sepenuh hati pisan pisan pisan?” “iyah. kenapa?” “waktu suka sama orang itu, kalau boleh diibaratin cinta aa sebesar apa?” “hmm…..i don’t know…” “masa sih ngga tau? ya misalnya rasa cinta aa teh segede gajah, segede airbus, atau segede apa gitu?”
“……………………………………………………….” “atau malah cuma segede kacang telor aja? habis aa kan orangnya tiis, cuek, lempeng.” “lebih kecil lagi….” “hah? lebih kecil dari kacang telor???” “iyah….” “parah! kasian atuh kalau jadi orang yang disukain sama aa… “=)” “emangnya sekecil apa sih a?” “sekecil kuku.” “kuku??? berarti itu mah aa ngga terlalu menganggap kalau dia ada atuh??? sekalipun aa yang suka sama dia” “iyah, cinta saya untuk dia ibarat seujung kuku. biarpun kecil, tapi sesering apapun dipotong pasti masih akan tetap terus tumbuh. sampai kapanpun.” *****
“espresso?” kali ini, dengan ramah gw menawarkan secangkir espresso kepada lelaki itu. ia menggeleng dengan penuh semangat. senyumnya langsung terkembang lebar sekali. lebih lebar dari biasanya. sinar matanya terlihat berbinar terang layaknya seorang roller yang baru saja menang besar di meja bakarat. sekali lagi, gw berusaha untuk lebih peka dengan keadaan. kali ini gw mengamati dirinya dengan lebih seksama. hmm... jas armani, kemeja tom ford warna favoritnya, bahkan dasi zegna-nya pun masih terlihat rapih. biasanya, ia sudah menanggalkan dasi jauh sebelum memasuki kedai ini. arloji terbaiknya pun melingkar di pergelangan
tangan kanannya. sejauh yang gw tau, hanya ada satu arloji yang ia lingkarkan di tangan kanan dan itu biasanya dimaksudkan hanya untuk menyambut, merayakan dan menghormati momen-momen khusus atau spesial. tunggu sebentar.....hidung gw mencium sensasi aroma yang berbeda dari biasanya. hari ini wangi parfum angel tidak tercium dari tubuhnya. dengan seksama, hidung gw menghirup aroma wangi itu baik-baik. oh.....pantas saja berbeda, scent ini juga sudah gw kenali dengan baik sebelumnya. ini bukan angel, melainkan black dahlia. kalau tidak salah, black dahlia-nya tom ford. ucap gw dalam hati sambil memanggut-manggutkan kepala. ternyata benar, hari ini memang ada sesuatu yang berbeda dari dirinya. ada yang spesial. “iced caramel macchiato?” setelah menebak-nebak seperti apa suasana hatinya saat ini, akhirnya gw menawarkan secangkir kopi espresso dingin. salah satu pilihan favoritnya saat suasana hatinya sedang bahagia. kali ini, ia tersenyum puas. pertanda kalau pilihan yang gw tawarkan sudah tepat. melihat wajahnya, sepertinya kali ini ia ingin sekali diperhatikan, atau lebih tepatnya diberi pertanyaan tentang prestasi baik apa yang diraihnya hari ini. biasanya, seorang lelaki akan merasa amat sangat bangga apabila ada orang yang menanggapi dan mengapresiasi keberhasilannya atau prestasinya. seperti ada rasa kepuasan sendiri yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata apapun selain pujian dan sanjungan yang dialamatkan padanya. seperti itulah sifat lelaki, selalu ingin diakui keberadaannya. “mau tau ngga ramalan hari ini untuk zodiak leo?” gw memancing ke arah pembicaraan yang nantinya akan membuat dia merasa senang. “bad news or good news?” tanyanya hati-hati, tapi tetap saja tidak mampu menyembunyikan luapan kegembiraan yang jelas-jelas terpancar dari sorot matanya. “hmm...untuk hari ini sih kayanya ngga ada bad news. yang ada justru good news.” gw memandangnya dengan penuh ketakjuban. lelaki yang biasanya terlihat tenang dan kalem, hari ini terlihat sangat bersemangat sekali. tak ubahnya seperti anak kecil yang baru saja diberi segudang mainan baru oleh orang tuanya. “sounds interesting. ada berita baik apa untuk saya?” ia tampaknya benar-benar tertarik dengan pancingan gw barusan. “kalau kata ramalan sih, hari ini leo lagi dapet durian runtuh.” tebak gw lagi. based on pengalaman gw, salah satu hal yang bisa membuat suasana hatinya sebahagia ini pasti nadanya ngga jauh-jauh dari D, duit!
lelaki itu tertawa renyah. tampaknya, ucapan gw barusan benar-benar tepat sasaran. “saya boleh minta waktu kamu sebentar?” ia mengajak gw rehat sejenak untuk menemaninya mengobrol. “ngobrol di sini aja ya? soalnya ngga enak kalau mau ambil break. atau mau nungguin selesai kerja?” pinta gw sambil memperhatikan suasana kedai yang cukup ramai. “maunya sih gitu, sekalian anter kamu pulang. tapi sebentar lagi saya harus pergi karena ada invitation party dari klien. ngga sopan kalau misalnya saya ngga dateng.” jawabnya sembari menggeser lengan jasnya untuk melihat arloji. “wah, kayanya ada yang habis sukses besar nih hari ini?” gw tersenyum ke arahnya, berusaha untuk terlihat se-exciting mungkin. tapi memang kenyataannya, gw sangat-sangat exciting saat ngobrol berdua dengannya. lelaki itu menjentikan jari telunjuknya ke hidung. pertanda ingin menceritakan suatu hal yang membuatnya bangga. it’s all about pride. “masih inget masalah IPO yang saya ceritain ke kamu kemarin-kemarin?” ia menyandarkan tangan kirinya di depan saya, sementara tangan kanannya ia masukkan ke dalam saku celana. “oh….soal itu. pasti sukses ya? rame dong BEJ.” canda gw. ia tertawa renyah selama beberapa detik. kemudian berkata ; “alhamdulilah, gi. permintaan sahamnya malah over subscribed. usaha saya selama beberapa bulan ini terbayar lunas, bahkan lebih. hehehe.” “wuidihhhh... kamu emang juara deeeeh. traktir-traktir atuh euy…..” gw turut merasa bahagia juga, walaupun kesuksesan itu diraih atas namanya tapi kan bangga aja gitu ngeliat orang yang kita suka atau sayang ternyata mampu meraih apa yang sudah ditargetkan sebelumnya. “makanya saya kesini. tapi kayanya sekarang kamu lagi sibuk. weekend besok, ada waktu nemenin saya ngga? kebetulan ada jatah satu tiket yang nganggur. hehehe.” pintanya kepada gw sambil tersenyum manis. sontak, gw langsung berteriak kegirangan dalam hati. anjir lah itu mah beneran bahagia sebahagia bahagianya. pertama, dia mau nge-treat gw.
siapa sih yang ngga seneng ditraktir? kedua, karena dia yang ngajak. sing deminya, jangankan diajak seneng-seneng, diajak susah juga gw ikhlas ridho asal bisa berdua sama dia. ketiga, dia bilang ada jatah satu tiket nganggur! itu artinya, dia ngajakin pergi liburan cuma berdua! yippikayeee~~~ setau gw, kalau ada perusahan yang sahamnya mau go public di lantai bursa kan pasti minta bantuan dari bankir investasi dan corporate lawyer. biasanya, tugas dari seorang bankir investasi adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan yang sifatnya bukan organic growth perusahaan, seperti merger, akuisisi, penerbitan obligasi atau penawaran saham perusahaan ke publik. untuk masalah penawaran saham perusahaan ke publik, sudah pasti tugas mereka melakukan berbagai macam trik dalam goreng-menggoreng saham. nah kalau misalnya IPO-nya berjalan sukses, para bankir investasinya sudah pasti ikut kecipratan juga lah ya. soalnya income mereka itu kan bersifat intrapeneur, bekerja dan terikat di suatu perusahaan tetapi penghasilannya lebih banyak ia tentukan sendiri sesuai komisi atau bonus yang didapat. biasanya selain memperoleh fee beberapa persen dari keuntungan yang diperoleh, apalagi ketika permintaan masyarakatnya oversubscribed, pasti mereka akan diganjar bonus berkali-kali lipat dari gaji pokok dan ditawari hadiah tambahan berupa paket vacation beserta akomodasinya kemanapun sesuai permintaan sang analis. kadang jatah tiket itu kan ngga cuma untuk satu orang aja, melainkan sepasang. selama beberapa tahun belakangan ini, dia sudah sering bepergian berdua bersama orang lain tiap kali menerima hadiah vacation tersebut dan hari ini adalah kali pertama dia mengajak gw untuk ikut. jadi, yang membuat gw merasa bahagia itu bukan masalah pergi kemananya, tapi lebih kepada gw yang diajak olehnya dalam perjalanan kali ini. “boleh. emang rencananya mau kemana?” gw berusaha bersikap seperti biasa. ngga mau kelihatan over-excited. takutnya nanti malah keliatan ‘minus’ di mata dia. “ada deh. hehehe. masih rahasia.” ia tersenyum puas sambil mengelus-ngelus dagunya. kelihatannya, masing-masing dari kita berdua punya rencana rahasia yang enggan untuk dibeberkan saat ini. “oh gitu. ngga ini mah takutnya nanti ada salah-salah apa gitu. misalnya, udah bawa celana renang eh ngga taunya malah pergi umroh. kan saltum, salah kostum.” “hahahahaha. ya ngga mungkin pergi umroh juga atuh gi. kamu mah suka aneh.” “ya siapa tau…. nanti udah berat-berat bawa coat, eh jadinya malah ke Afrika. bisa dikira korban mode fashion week ntar di sana.” “hmm…kayanya lebih bagus lagi kalau kamu undressed, gi. soalnya saya suka yang polos-polos. hehehe.” kali ini dia tertawa mesum. semesum gadun yang lagi nafsu sewaktu mendapatkan brondy anak sma cute. hahahaha.
“wah…..nanti saya mau bawa gamis ah. habis otak kamu isinya udah mesum gitu!” “jangan bawa gituan ah, teu resep saya mah.” “eeeh….justru pake baju gamis teh biar gampang, kalau misalnya mau ngapa-ngapain nanti tinggal langsung diangkat ke atas aja gamisnya. mudah bukan?” “udah ah, ngobrol sama kamu mah ngga ada habisnya. hehehe. saya harus buru-buru pergi. nanti bisa dimarahin klien gara-gara ngga ikut party.” “awas tuh, nanti habis party pulangnya sendirian. jangan berdua kaya kemarin.” gw kembali menggodanya. gini nih susahnya ngecengin orang jomblo yang harga sahamnya termasuk ke dalam golongan saham blue chip. harus berani sakit hati tiap kali ngeliat dia jalan sama orang lain. ia cuma tersenyum simpul sambil mengeleng-gelengkan kepalanya lalu kemudian pergi meninggalkan kedai ini. meninggalkan gw yang sedang berdiri mematung saking bahagianya. ternyata hari ini bukan leo yang mendapatkan durian runtuh, melainkan gemini. hahayyy. asli, gw pengen pisan langsung go-go dance di atas meja saking bahagianya. tapi sayangnya, tarian bahagia dalam hati itu cuma berlangsung selama beberapa menit. karena menit selanjutnya pikiran gw langsung kembali menggalau. apa lagi kalau bukan gara-gara party. habisnya, dia teh tiap kali selesai party jarang banget pulang sendirian. seringnya pulang berdua sama siapa gitu. takutnya kan dia ketemu orang yang ‘wow’ atau ‘hot’ disana, nanti bisa-bisa gw dilupain deh. ah aing mah…. belum jadi pacarnya aja udah cemburuan tingkat presiden gini, apalagi nanti. kayanya gw bisa cemburuan tingkat sekjen PBB. #apadeh bukan #apadong, mamah kan mamah dedeh, bukan mamah dedong. (harap diwajar, ceritanya kan gw lagi galau ala ababil tea jadi omongannya harus segeje mungkin) *****
“mmm….don’t know what to say…but….i just wanna say I’m sory. seharian ini saya benar-benar sibuk. klise memang, tapi itu alasan sebenernya kenapa saya ngga bisa bales sms atau angkat telfon kamu. kamu berhak marah. saya pikir itu alasan kuat kenapa malam ini hp kamu nonaktif. terima kasih untuk semua sms penyemangatnya. it means a lot to me. kamu tau? i’m totally tired right now. no…I think I’m exhausted, or maybe…..fainted. tapi saya pikir, kamu lebih capek lagi kan nungguin saya? saya hargain semua usaha kamu. semua kesabaran kamu. semua pengertian dan perhatian yang sudah kamu tunjukkan. benar-benar jauh di atas ekspektasi saya sebelumnya. one day, kamu ngga akan secapek ini
mikirin saya. iya gi, saya serius. benar-benar serius. suatu saat nanti ngga ada lagi kata-kata saya atau kamu, yang ada cuma kita. hehehe. besok, saya ada jadwal kosong. wien café, 13.00 pm. I already set the table. remember, wien café, 13.00 pm. I treat you. itu hadiah dari saya untuk semua kebaikan kamu hari ini. well, boleh kan kalau saya bilang kangen sama kamu? Hehehe. I miss you like i did a minute ago....” pagi ini, entah sudah yang keberapa kalinya gw memutar ulang voicemail message yang dia tinggalkan tadi malam, sesaat setelah gw tertidur dan mematikan handphone. satu jam lebih, gw tidak mau beranjak sedikitpun dari tempat tidur. yang ada hanyalah luapan kegembiraan hati, berguling kesana kemari lalu berteriak bahagia sewaktu mendengar rekaman suaranya itu. Ya Allah………….senengnya bener-bener MasyaAllah…… bahagianya bener-bener Subhanallah….. bersyukurnya bener-bener Alhamdulillah. *****


Dulu, gw dan dia pernah berteman. lalu kemudian, berubah menjadi sahabat. saat itu, tidak pernah sekalipun terbersit dalam pikiran gw untuk melihat sisi spesial darinya. sosoknya yang selalu terhalang oleh seseorang membuat gw kerap mengacuhkan keberadaannya. setali tiga uang, dia pun selalu menganggap kalau sifat gw sehari-hari sungguh sangat jauh dari sosok lelaki idamannya. kadang, sofi sering menjadikannya alat untuk memancing sisi cemburu gw. lucunya, cara sofi yang seperti itu memang terbukti berhasil membuat gw cemburu. gw marah, karena merasa jauh lebih baik dari dia tentunya. memangnya dulu dia itu siapa? lain dulu, lain sekarang. dulu, gw sering mengolok-olok dirinya ketika acapkali membawa bungkusan plastik berisi kueh buatannya. dia marah, gw malah tertawa puas. sekarang? satu gigitan saja dari opera cake buatannya, mampu mengubah mood gw yang sebelumnya berantakan menjadi bahagia. dulu, gw selalu kesal ketika melihat dirinya yang selalu membawa buku kemanapun dia pergi. sekarang? gw rela menunggunya pulang kantor selama berjam-jam hanya untuk mendengarkan cerita dari buku-buku yang sudah pernah dia baca sebelumnya. ketika gw menyebut, “PRAHA!” maka sebuah kisah dengan setting kota praha yang memikat langsung mengalun lembut dari bibirnya. sampai saat ini pun, entah sudah ada beberapa kota yang gw jelajahi lewat cerita-ceritanya itu. dulu, gw pasti membalas amarahnya dengan amarah yang jauh lebih hebat lagi. dia itu api, sementara gw adalah bahan bakarnya. sekarang? diri ini seringkali mengucap syukur karena dia masih mau melihat kesalahan yang gw perbuat, memarahi, lalu kemudian kembali mengarahkan ke arah yang benar. buat gw, mempunyai seorang pacar dengan sifat pemarah tidaklah seburuk yang orang kira. justru sebaliknya,
mempunyai pacar yang belum pernah sekalipun memarahi gw ibarat bermain bola tanpa ada wasit dan hakim garis. dulu, gw sering memberinya nasehat, “nji, lo cari pacar gih sana. ngga bosen jomblo terus??” tapi sekarang? nasehat itu pun berubah menjadi sebuah ancaman, “a, awas ya kalau misalnya aa cari pacar lagi! nanti aku langsung minta putus!” =D Thanks god, I already found my bisma… *****
Beberapa tahun kemudian* gw melihat ke sekeliling ruangan kedai kopi ini, interiornya masih belum banyak berubah. kursi-kursi kayunya pun masih tetap sama, berbeda dengan sofa red burgundy besar yang kini sudah berubah warna menjadi sofa dark brown yang lebih nyaman. jumlahnya pun kini sudah bertambah, tidak seperti dulu dimana banyak orang berebut duduk di sofa yang jumlahnya masih terbatas. rak kayu berwarna gelap tempat menyimpan souvenir khas kedai kopi ini letaknya bahkan masih persis sama. diselimuti perasaan nostalgia, gw melangkah maju untuk memesan minuman kepada seorang barista. melihat senyuman hangatnya, sapaan khas-nya itu langsung menarik ingatan gw ke masa beberapa tahun sebelumnya saat masih bekerja menjadi seorang barista. rasanya benar-benar menyenangkan. sungguh tidak sekalipun gw merasa menyesal pernah menjadi seorang barista. ada banyak sekali pelajaran dan tentunya sebuah kenangan manis yang sungguh sangat sulit untuk dilupakan. setelah memesan secangkir iced vanilla latte, gw berjalan menuju dua buah sofa besar di sudut ruangan. tempat favoritnya dulu, lelaki kecengan gw itu. setelah bersantai sejenak menikmati seteguk dua teguk vanilla latte, gw mengeluarkan sebuah novel dari dalam tas kantor. novel miliknya, yang dulu sempat dititipkan ke gw saat masih menjadi barista. novel karya Paulo Coelho. judulnya, the alchemist. bodor oge nya, udah berapa tahun ini novel ada di gw tapi belum pernah sekalipun dibaca sampai tamat. padahal waktu pertama kali menyimpan novel ini rasanya teh bahagiaaaaaaaaaa pisan soalnya ini buku kepunyaan kecengan gw. jaman dulu, gw paling hobi liat halaman pertamanya. di pojok kanan atasnya terdapat tulisan tangan dia ; nama, tanggal membeli buku itu kemudian tanda tangannya. namanya juga orang yang lagi jatuh cinta, lagi ngeceng-ngecengnya sama dia, baca tulisan kaya gitu aja udah ngerasa gimanaaaaa gitu. beda pisan lah sama sekarang waktu kita udah resmi jadian, halaman pertamanya aja langsung gw lewat. hahaha. jarum jam menunjukkan pukul delapan lewat. tiga buah minuman yang berbeda beserta beberapa buah cake telah sukses bercanda bersama di dalam perut. itu berarti, sudah hampir dua jam lamanya gw menunggu di kedai kopi ini sampai novel the alchemist-nya pun sudah selesai gw baca. untung, isi novel ini sangat-sangat-sangat menawan pisan sehingga gw sukses menjadi orang pendiam yang tidak sekalipun mengirimkan terror ping lewat bbm. biasanya kalau sudah terlalu lama menunggu, gw langsung mendatangi kantornya, membereskan file lalu memasukkan ke dalam tas dan menyuruhnya untuk segera pulang. tapi berhubung hari ini dia ada jadwal meeting dengan klien, maka mau tidak mau gw harus dengan sabar menunggu. sebenernya bisa sih pulang sendiri, ngga harus nungguin dia. cuma hari ini memang sudah ada jadwal ‘kencan’ berdua. di sela-sela kesibukan kantor, kami berdua (atau lebih tepatnya gw) harus pintar-pintar menyamakan jadwal dan menyediakan slot waktu kosong untuk jadwal kencan. bukan berarti tinggal serumah itu harus menghilangkan acara kencan di luar rumah kan? soalnya fungsi rumah teh hanya sebagai tempat beristirahat dan tempat untuk melakukan hal-hal intim, nah kalau untuk tempat refreshing sudah pasti harus di luar area rumah atuh. konsep pemikiran gue sih gini, aura negatif yang dibawa dari luar rumah (semisal kantor) harus dibuang jauh-jauh di tempat lain, misalnya tempat kencan. and then nanti aura postif yang didapat dari tempat kencan tadi baru deh dibawa pulang ke rumah supaya nanti rumah kita bisa berfungsi sebagai tempat tinggal nyaman. makanya tiap kali gw atau si aa marah, kita pasti langsung pergi ke luar rumah entah kemana pun yang penting tempat itu bikin hati kita masing-masing jadi adem. baru setelah emosinya mereda, kita pulang deh ke rumah dan ngobrolin masalah tadi baik-baik. jadi yang namanya rumah sebisa mungkin harus jadi tempat yang beraura positif. percaya deh sama gw, seribu satu masalah yang ada diluar sana pasti akan terasa ringan sewaktu suasana rumah terasa nyaman. kebalikannya, sesenang apapun lo di luar sana tapi punya satu saja masalah kecil dengan orang rumah (semisal orang tua), gw jamin lo pasti ngga akan betah tinggal lama-lama di sana. selain itu, ada alasan lain untuk tidak menghilangkan jadwal kencan di luar rumah. alasan itu adalah keterbatasan ruang gerak saat weekend. awal pertama pacaran mungkin sebagian besar waktu weekend masih bisa kita habiskan berdua, tapi lama kelamaan jadwal berdua itu pasti berkurang karena harus berbagi waktu dengan yang lain semisal keluarga, teman dan sahabat. semenjak ‘ditinggal’ sopi, ata dan (terutama) ita pasti selalu berharap bisa hang out bareng gw tiap kali week end datang. begitu pula dengan aa, meira -adik paling bungsu-, yang hobinya ingin selalu nempel dengan aa nya itu juga pasti merengek diajak main. seperti yang pernah gw tulis di apdetan sebelumnya kalau aa teh paling tidak bisa menolak permohonan adik bungsunya itu, jadi bisa dibilang kalau meira sangat super dimanja oleh aa. belum lagi kalau ada acara keluarga. entah itu orang tua maupun ponakan-ponakan super heboh yang -entah kenapa- apeeeeeeeeeeeeet (lengket) pisan sama si aa. jadi kalau misalnya ada ponakan gw dateng, yang pertama kali ditanya pasti si aa ada atau ngga. bukannya malah gw! zzzzz pisan lah. makanya gw cuma bisa pasrah tiap kali liat pacar dimonopoli habis-habisan sama mereka. weekend yang harusnya dijadikan waktu untuk berduaan akhirnya malah membuat kita berdua berubah profesi menjadi pengasuh adik dan anak-anak kecil. tapi sisi positifnya sih, segala macam keramaian itu justru memberikan warna baru dalam hubungan kita berdua dan menghilangkan rasa jenuh dengan rutinitas pacaran yang itu-itu saja. sisi negatifnya, selama weekend gw harus sabar menjadi laki-laki hbl, haus belaian lekong. graooooowww. tepat pukul sembilan, dia mengrimkan pesan kalau dirinya baru saja selesai meeting dan langsung meluncur ke tempat meeting poin kami berdua. gw melihat ke arah layar hp, masih ada waktu empat puluh lima menit lagi sebelum film yang akan kami tonton diputar. bosan bermain twitter, gw lalu melemparkan pandangan ke sekeliling ruangan. masih banyak orang di kedai ini walaupun jumlahnya sudah berkurang karena beberapa orang yang tadinya sengaja menunggu waktu three in one habis sebagian besar sudah pulang. dari banyak orang yang ada di sini, ada dua pasang pasangan yang menarik perhatian gw. pertama, pasangan gay yang duduk persis di sebelah sofa yang gw duduki saat ini. kedua, pasangan laki-laki dan perempuan yang masih mengenakan setelan kantor. yang menarik dari pasangan ini adalah saat sang lelaki berulang kali diacuhkan oleh pacarnya yang sedak asik berkutat dengan BB yang digenggamnya. entah sudah beberapa pertanyaan dan topik berbeda yang dilontarkan lelaki tersebut tapi perempuan itu masih tetap tak mau bergeming sedikitpun. banyak orang menyebutnya syndrome bleckiberry. hahayy~ sebenernya hampir semua orang yang punya BB pasti pernah mengalami hal yang serupa dengan perempuan itu. asik dibuai oleh dunia maya sehingga melupakan interaksi sesungguhnya dengan orang-orang di dunia nyata. akhirnya, sang lelaki pun nampak kesal dan mulai berbicara dengan orang lain lewat hp-nya. mungkin perempuan lain. sadar kalau pacarnya sedang bermain api di depan mata, perempuan itu langsung menatap sinis sampai akhirnya sang lelaki terpaksa menutup telfonnya. gw langsung tertawa kecil melihat kejadian konyol barusan yang dulu sempat pernah gw alami sendiri. mau tau solusinya? segera matikan BB anda sewaktu sedang berduaan dengan pacar. trust me, it works. ada pembicaraan yang lebih heboh sedang terjadi di antara pasangan gay yang duduk di sebelah gw. sebut saja si A dan si B. si A terlihat sedikit lebih manly dan dewasa, sementara si B kelihatan masih seperti anak kuliahan. ceritanya, si B sedang menjalanani KP atau program internship di salah sebuah perusahaan ber-plat merah. terlihat dari tas “bermerk perusahaan” yang dibawanya. si B mengeluhkan kondisi kantornya penuh dengan orang-orang yang memakai topeng. keluhan standard, pikir gw dalam hati. kembali melanjutkan keluhannya, si B pun berkata bagaimana ia harus ikut memakai topeng agar dinilai baik padahal beban kerja senior seringkali dilimpahkan kepadanya. belum lagi si B beberapa kali dijadikan kambing hitam ketika pekerjaan senior yang dilimpahkan kepadanya ternyata tidak dekerjakan dengan baik. lalu si A pun menjawab; “ ya udah, pakai topeng ngga ada salahnya kan?” kemudian si B tampak merengut. dia tidak setuju kalau harus memakai topeng di dalam kantor. menurutnya, akan lebih baik kalau orang-orang di kantor berkata apa adanya, sejujur-jujurnya tanpa harus ada yang menggunjingkan satu sama lain di belakang. gw lalu tertawa. dalam hati tentunya. mendengar ucapan naïf si B barusan, gw lalu berteriak dalam hati ; “gw kasih seratus juta deh kalau misalnya ketemu orang (terutama di kantor) yang benar-benar pure menjadi dirinya sendiri tanpa pernah sekalipun memakai topeng.” kenapa gw berani taruhan? analoginya gini, misalnya gw, di saat seharusnya marah sama seorang rekan kantor tapi malah gw tahan. itu artinya gw udah pakai topeng kan? Harusnya kalau mau jujur, gw langsung marahin orang itu. tapi kita tahan demi suatu alasan, padahal kita butuh dan harus marah sama orang tersebut. tiap kali menghadapi sebuah permasalahan berat, gw juga tetap berusaha untuk terlihat baik-baik saja di hadapan bos atau kolega. itu artinya gw pakai topeng kan? memang lebih baik lagi kalau kita jujur menjadi diri sendiri apa adanya, tapi itu berlaku kalau gw sedang berada di dekat orang-orang tertentu saja semisal keluarga, pacar, dan sahabat. terkadang, dengan memakai topeng itulah justru kita bisa lebih menghargai keberadaan orang lain di sekitar kita. menurut pemikiran gw juga, ketika kita berada di kantor, arti sebenarnya dari menjadi diri sendiri adalah bekerja dengan sebaik-baiknya dan memberikan performa maksimal. tunjukkan semua potensi yang kita punya di depan atasan, bukannya malah menjilat atasan atau sibuk menggosip karena sirik akan keberhasilan rekan kerja kita. huft….begini deh kalau nulis apdetan cerita di tempat umum. tulisannya malah jadi OOT karena sibuk menilai keadaan di sekeliling gw. tapi gpp deh gw masukin cerita aja. terserah mau pada percaya atau ngga, tapi kita sering sekali menjadi dewasa dan belajar banyak hal bukan dari orang-orang besar di luar sana, melainkan dari orang-orang biasa yang ada di sekitar kita. ya tuhan, si aa lama bener yaaaa. gw sampe kehabisan ide harus ngetik apalagi untuk nambahin bagian ini. tadinya mau nulis cerita komplit tentang awal mulanya kenapa gw bisa jatuh cinta sama aa, atau ceritain semua hal yang gw alami selama hampir satu tahun proses PDKT ke dia. asli, dulu gw pernah dibuat galau habis-habisan sampai ngerasa mellow to the low. suka tiba-tiba ngerasa sedih ngga jelas gara-gara mikirin dia. atau gimana tegangnya gw saat pertama kali ngeliat dia marah besar, sehingga harus menemani dia melepas amarahnya tersebut dengan cara memacu mobilnya sampai kecepatan lebih dari 180 km/jam di jalan tol jagorawi waktu dini hari. anjir lah eta mah horor pisan. ada banyak hal luar biasa menegangkan yang gw alamin justru sebelum resmi jadian sama dia. padahal setelah jadian, gw baru tahu fakta #terselubung bahwa walaupun waktu si aa lagi marah kelihatannya garang seperti seorang petinju, tapi sebenernya hati dia teh unyu-unyu. hahahayyy. mungkin cerita yang hebohnya gw simpan untuk chapter selanjutnya ajalah. nah lho, panjang umur deh. baru aja tadi diomongin, eh orangnya langsung dateng. pasti nanti gw langsung dimarahin sama dia karena udah nyampah banyak banget di bagian ini. pembaca juga pasti bisa bedain lah ya betapa kacaunya tulisan gw dibanding dengan tulisan si aa. tapi sabodo teuing ah, mau kalian semua ngga suka atau marah, gw ngga akan ambil pusing. yang penting gw tetep ganteng. setuju brayyyy? hahayyy~ oh iya, mau kasih tambahan ah. berhubung tema cerita kali ini tentang hatiku cenut-cenut gara-gara seseorang yang you know me so well, gw cuma mau bilang makasih banyak untuk dia yang dulu udah pernah kasih pengalaman mendebarkan selama satu tahun masa PDKT kita berdua. beneran bikin hati gw cenat-cenut tiap kali ngeliat dia, baik dulu maupun sekarang. I heart you pisan lah untuk dia yang selama ini sudah menjadi guru terbaik di dalam hidup gw, menjadi partner yang sangat-sangat luar biasa membantu gw dalam proses penyelesaian skripsi sampai dengan tesis, menjadi sahabat, saudara sekaligus pacar yang baik dan setia. #lovehimsobad. ***********


BONI dan BONA GEMINI Nice. Love is one of a kind. Great listeners. Very Good at confusing people… Lover not a fighter, but will still knock you out. Geminis will not take any crap from anyone. Geminis like to tell people what they should do and get offended easily. They are great at losing things and are FORGETFUL. Geminis can be very sarcastic and childish at times and are very nosey. Trustworthy. Always happy. VERY LOUD. Talkactive. Outgoing. very forgiving. loves to make out. Has a beautiful smile. Generous. Strong. THE MOST IRRESISTIBLE. *****
LETS PLAY ABCZ! A - About You: si kasep mauth tea ateuh B - Best Friend: my mom, my boyfriend and sofi ardan C - Color: bodas nyacas beringas, ungu terong mencrang glow in the dark, koneng hejo elektrik tambah kerlip dangdut warna kayas. kabayang teu? #aingmahrujit D - Dog’s Name: Robin (udah almarhum) *miss ya E - Easiest Person To Talk To: my beloved boyfriend F - Favorite Food: wafer coklat bawean ateuh G - Gladness : waktu menit-menit pertama gajian H - Hometown: Bandung I - Imagination : gue ngebayangin gimana kalau misalnya dulu gayus nikah sama si melinda dee, pasti nurdin halid ga akan jadi ketum pssi #teunyambungsiakehed J - Job: jualan minyak K - Kids: wanna have some L - Longest Car Ride: pedalaman papua sampap mobil jeep nya tiguling! EDAS! M - Milk Flavor: plain. I ♥ susu beruang so mad~ N - Now Watching : putri yang ditukar + cinta fitri season wallahualam + cinta cenat-cenut #aih-meni-edas-kitu-euy-tontonannya O - One Wish: momski and papski sehat selalu. amin ya Allah.
P - Phobias: ditagih apdetan cerita sama pembaca Q - Favorite Quote: Man Jadda Wa Jada R - Reason To Smile: my boyfriend’s happiness S - Song You Last Heard: lady gaga feat briptu norman - chaiya chaiya T - Time You Woke Up: 5.00 am U - Unknown Fact About Me: pernah hampir disantet sama orang dayak gara2 ngebor minyak di lahan leluhur mereka. ada rekan kerja gue di lapangan yang diancem sampai harus kejar-kejaran sama dua orang dayak yang bawa golok+tombak. udah gitu teh malemnya, kita ngeliat cahaya warna ungu ala orbs gitu terbang melayang-layang di atas rig site. katanya mah itu teh santetnya. anjirrrrrrrrrrrr V - Vegetable: gue adalah orang sunda yang ga suka leunca W - Worst Habits: pelupa, jarang liat kaca spion waktu nyetir, sering bbm-an sama istrinya si bos sampai penah dikira selingkuhannya…. X - X-Rays You’ve Had: bagian perut ke atas Y - Your Favorite Pastime: Senior Highschool!!! LIMA LIMA LIMA!!! Z - Zodiac Sign: Gemini apa torch ya? au ah lupa
“flamming!!!” teriak gw dengan kencang di tengah hingar bingar suara musik yang menghentak sangat kencang malam ini kepada seorang waiter yang berdiri tidak jauh dari sofa tempat gw dan teman-teman duduk. “sarap lo gi. udah berapa shot?” tanya seorang teman yang duduk tepat di samping gw. gw menghisap rokok menthol dalam-dalam, kemudian menghembuskannya ke arah langit-langit ruangan. asap rokok itu menerobos ruang kosong di atas kepala gw, menembus pancaran sinar berwarna-warni yang dipantulkan dari arah depan, tempat dimana ada tiga orang DJ berdiri memainkan musik. “mas, maaf, bayar bill sekarang atau mau open bill?” tanya waiter yang tadi. kali ini sambil menyerahkan minuman yang gw pesan sebelumnya.
tanpa menghiraukan ucapannya, gw langsung menenggak minuman itu dalam satu kali tegukan. one shot. setelahnya, ada sedikit rasa panas yang membakar tenggorokan sampai-sampai gw harus memicingkan mata untuk menahan rasa itu. “open bill….” ucap gw sambil menyerahkan kartu kredit ke arah waiter. “gue kira elo mau udahan, gi? kita kan udah lama di sini.” seorang teman gw yang lain lagi melemparkan pandangan aneh ke arah gw. perkataannya memang benar. sekarang jarum jam di arloji sudah menunjukkan pukul dua pagi. itu artinya sudah tiga jam lamanya kami berada disini. entah berapa kali sudah ‘turun lantai’ hingga akhirnya kami harus beristirahat di sofa yang sedang diduduki sekarang karena merasa kelelahan. “sejam lagi kita cabs. oke? malem ini gw yang traktir.“ ucap gw setengah sadar. beberapa orang teman laki-laki langsung mengumbar senyumnya sewaktu mendengar ucapan gw barusan. mereka langsung memesan aneka minuman favorit mereka. padahal sebelumnya mereka hanya memesan minuman ‘paket irit’ sebangsa Jack d+coke. beberapa detik kemudian, gw merasakan sebuah getaran di saku celana jeans. hp gw bergetar. ternyata ada sms. atau lebih tepat lagi, ada beberapa buah sms yang belum sempat gw baca karena tadi terlalu larut terbawa suasana di tempat ini. saya masih ngga percaya besok harus pergi. sender : s0piA_LaTjuBa Sent : xx/xx/200x harusnya saya yakin tapi jujur malah makin bingung dengan keputusan yang udah saya ambil. sender : s0piA_LaTjuBa Sent : xx/xx/200x gi, saya berangkat besok. kamu beneran udah baik-baik aja kan?
sender : s0piA_LaTjuBa Sent : xx/xx/200x tolong kamu jangan diem aja. saya jadi makin berat ninggalin kamu. sender : s0piA_LaTjuBa Sent : xx/xx/200x besok kamu jadi ikut nganter ke Jakarta kan? sender : s0piA_LaTjuBa Sent : xx/xx/200x maafin saya gi. maaf. saya bener-bener minta maaf. :’( sender : s0piA_LaTjuBa Sent : xx/xx/200x “banyak omong!” umpat gw dalam hati lalu mematikan hp. dengan setengah berteriak, gw memesan minuman lagi kepada waiter, “kahlua!!!” *****
Kan kucari jalan yang sunyi Untuk menghindar diri darimu Kuberjanji di dalam hati Takkan lagi ku menjumpaimu… samar-samar gw mendengar suara mamah yang sedang berkaraoke di ruangan bawah. sambil berjalan terhuyung-huyung, gw menuruni anak tangga dengan perlahan. sesekali gw memijat-mijat kepala yang terasa sangat sakit. pusing. efek tadi malam rupanya masih terasa sampai sekarang. terlalu banyak minum, pikir gw dalam hati. hampir setengah jam lamanya gw bertarung dengan kesadaran dan rasa sakit serta pusing yang menjalar hebat di kepala sebelum akhirnya menginjak anak tangga yang terakhir. butuh perjuangan lebih untuk sekedar berjalan dengan tegak tanpa terlihat kalau gw sebenarnya masih dalam kondisi setengah sadar. sewaktu melihat ada sebuah sofa besar,tanpa pikir panjang lagi gw langsung menghempaskan badan. seketika itu juga, hp yang semula tersimpan di dalam saku celana pendek yang gw kenakan langsung terjatuh ke atas karpet.
*rrrrrt…..rrrrrrt….rrrrrt* berulang kali gw mendengar hp itu bergetar. berulang kali pula gw melihat layarnya berkedap-kedip. Di tengahnya kabut bermandi embun pagi Dingin membuat hatiku membeku.... kembali gw mendengar suara serak mamah yang sedang bernyanyi di ruangan sebelah. sambil memegangi kepala yang masih tetap terasa berat, gw meraba-raba karpet dengan tangan berusaha menggapai handphone super berisik yang sedari tadi tidak mau berhenti bergetar. tanpa memperhatikan siapa yang menelpon, gw langsung mengangkatnya dan menempelkan hp tersebut ke dekat telinga. “halo….” ucap gw dengan suara yang sangat parau. “argi??” tanya sebuah suara di telpon. “naon ai sia??!” dalam keadaan setengah sadar, gw langsung membentaknya. (mau apa lo??!) “gi? kamu kenapa gi?? kamu sakit??” tanya suara itu lagi. “sia nanaonan telpon aing???” kali ini, mulut gw benar-benar meracau tanpa gw sadari. (lo mau ngapain telfon gw lagi???) “saya mau berangkat sekarang. kamu mau ikut nganter?” tanyanya lagi. “indit weh sorangan koplok!” (pergi aja sendiri!) “…………………………………………”
“maneh teh kabina-kabina teuing jadi jelema!” (lo tuh kebangetan banget ya jadi orang!) “………………………………………..” “………………………………………..” “gi, saya minta maaf. bener-bener minta maaf.” “gandeng sia goblog!!!!!!” gw berteriak sangat kencang saking kesalnya sambil melempar handphone entah kemana, yang jelas, beberapa detik setelahnya gw mendengar ada suara kaca yang pecah karena dilempar oleh sesuatu. entah itu suara kaca yang pecah atau suara benda pecah belah yang terjatuh. bagi gw, suara itu sama-sama terdengar berisiknya di telinga. (berisik lo ah!!!!!!) “argiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…..!!!!” suara teriakan mamah pun langsung bergema diseluruh penjuru rumah. r upanya, salah satu koleksi kristal kesayangannya pecah. mungkin jatuh terkena hp yang tadi baru saja gw lempar. dalam kondisi setengah tidak sadar, gw merasakan cubitan-cubitan kecil mamah yang terasa cukup menyakitkan di sekujur paha. sayang, kepala gw terlalu pusing dan berat untuk menanggapi semuanya. gw cuma bisa tidur terdiam tak sadarkan diri di atas sofa. lamar-lamar terdengar suara broery terdengar seolah-olah menyayat hati gw yang sedang perih ini mengalun pilu di ruangan sebelah… Kau yang telah membuat luka di hatiku Kau yang telah membuat janji-janji palsu Kau yang selama ini aku sayangi Kau merubah cintaku jadi benci…. (Broery - Hati Yang Terluka) ******
Sofi Ardan : kamu apakabar di sana? Sofi Ardan : baik2 aja kan?
*****
ma iciiiiiihhh………. ma iciiiiiiihhhhhhhhh!!!!” teriak mamah dengan histeris sewaktu ke luar dari pintu kamarnya dan langsung mendapati mang oleh menopang tubuh gw yang berjalan sempoyongan dalam keadaan tipsy berat. “masyaallah argi! kunaon ieu teh?????” mamah mengikat rambutnya sambil memasukkan salah satu jarinya dengan pelan ke dalam mulut gw yang sedikit terbuka. diciumnya jari itu, dan pahamlah dia kalau ternyata gw sedang dalam kondisi mabuk berat. mamah kemudian menyuruh mang oleh untuk membaringkan gw di atas sofa. “ma iciiiiiiiiiiiiiih!!!!” lagi-lagi mamah berteriak memanggil ma icih dengan sekuat tenaga. selang beberapa menit kemudian, ma icih datang dengan raut muka yang cukup panik. “susu anget ma icih. cepet. susu putih anget.” perintah mamah kepada ma icih dengan segera. memang, pertolongan pertama terhadap orang tipsy ya apalagi kalau bukan susu putih hangat. atau biasanya kalau yang sudah paham, sebanyak apapun dia minum, pasti tak akan lupa meminum susu beruang sesudahnya. ya setidaknya bisa mengurangi kemungkinan ‘jackpot’ alias muntah-muntah. *****