Kamis, 28 Mei 2015

Cerita Secangkir Kopi Chapter Lanjutan 41

Wale, Dago Pakar




"kok cuma diliatin aja mangkoknya? nanti keburu dingin lho mie-nya." tanya a alex sewaktu melihatku yang hanya memandangi mangkok mie tanpa menyentuhnya sedikitpun. padahal cuaca di daerah dago pakar malam itu terasa amat sangat dingin.



"hmm?" aku menoleh sebentar ke arah a alex.



"kenapa nji? ngga suka sama mie-nya?"



"suka." jawabku singkat sambil meletakkan hp di atas meja.



"kenapa ngga dimakan?"



"nanti."



"mau pesen yang lain? nanti saya pesenin deh."



"coklat anget aja a."



"hot chocolate? oke deh. kamu tunggu bentar ya?"



aku cuma tersenyum kemudian mengangguk pelan. sementara menungu a alex pergi memanggil pelayan untuk memesan segelas hot chocolate, aku melemparkan pandangan ke arah kanan, kilauan cahaya lampu di wilayah bukit dago pakar dan kota bandung sejenak bisa menghilangkan rasa penat. ngga tau kenapa, tapi hati dan pikiran yang semula sedang berkecamuk seketika langsung merasa damai dan tenang. mungkin karena melihat pemandangan yang luar biasa indah di bawah sana, ditambah hembusan angin dingin yang sejuk membantuku untuk sedikit berelaksasi.



"udah saya pesenin nji. tinggal ditunggu aja. eh, masih belum dimakan juga mie-nya?"



"mie-nya aja ngga protes."



"iya dehhh... saya ngga akan nanyain lagi. hehehe. nji, kamu dari tadi lagi mikirin apa sih? mikirin saya? kok mukanya kusut gitu."



"iyah, lagi mikirin aa. makanya muka aku kusut."



"hah? serius nih kamu lagi mikirin saya?"



"ngapain juga mikirin orang yang sekarang lagi duduk di depan aku."



"yah... kirain. eh, tapi gpp juga sih kalau kamu mau mikirin saya. mumpung masih gratis. hehehe."



"emang biasanya bayar yah?"



"iya. tapi berhubung sekarang saya lagi dalam masa promo, jadi kamu saya kasih gratis deh. mau liatin, mikirin atau colek-colek dikit juga boleh. hahahaha."



"masa promonya sampai kapan, a?"



"ya tergantung kamu mau ambil paket yang mana."



"maksudnya?"



"kalau paket hts-an, promonya cuma berlaku sebulan. tapi kalau kamu ambil paket pacaran, promonya berlaku seumur hidup. ditambah bonus bebas minta anter jemput kemana aja. hehehe."



"tax free?"



"hahahaha. iya. gimana nji, kamu berminat ngga?"



"maaf mas, belum butuh kartu kredit."



"yeeeeeee.... siapa juga yang nawarin kartu kredit!"



"hehehe... tawaran promonya cukup menarik, a. tapi sayangnya aku ngga mau kemakan sama promo bank yang status bank-nya masih SSU."

(SSU : Special Surveillance Unit ; bank yang masuk ke dalam kategori pengawasan khusus karena kondisi dan kinerja keuangannya buruk)



"susah deh sekarang lawannya sama anak finance. saya jadi makin ngerasa terpojok aja nih sama kamu."



"makanya, a alex jangan nyerang duluan."



"okay. next time, i should try another trick."



"mangga... hehehe."



"gitu dong nji... senyum."



"senyum itu mahal, a."



"berapa sih? saya bayar deh biar kamu senyum terus."



"boleh. berani bayar berapa?"



"hahahahaha. kamu itu selalu serius ya kalau nanggepin hal-hal yang berbau fulus? padahal kan saya cuma becanda doang."



"biarin. oh iya a, sejak kapan aa ngomong fulus? ngga malu tuh sama mata?"



"hahahahaha... boleh dong sekali-sekali?"



*rrrt... rrrrt... rrrt... rrrt...*



tiba-tiba hp aku bergetar di atas meja. aku melihat layarnya yang berkedap-kedip untuk melihat siapa yang menelfon



"Sofi_XL is calling..." begitu tulisan yang tertera di layar hp.



aku terdiam selama beberapa menit, ragu antara diangkat atau ngga.



"lho, kenapa ngga diangkat nji? telfon dari siapa?" tanya a alex.



"ngga. bukan dari siapa-siapa." jawabku. akhirnya dengan terpaksa, aku mereject telfon dari sofi, menonaktifkan hp lalu memasukkannya ke dalam saku celana.



"kenapa malah dimatiin hpnya?" a alex bertanya lagi. kali ini matanya menatap penuh curiga ke arahku.



"gpp. lagi males angkat telfon." jawabku seadanya.



"tadi telfon dari siapa, nji?"



"temen."



"bener?"



"iyah."



"cuma temen?"



"last time, i called him my very best friend."



"terus kenapa ngga diangkat?"



"that's my prerogative."



"kamu lagi ada masalah ya sama dia?"



"aku cuma kena imbas dari masalahnya dia aja, a."



"hmm... i don't get it."



"i bet you won't."



"so, would you mind sharing me the story? the whole story?"



"if you don't mind..."



"no, i don't. so please... just talk, and i'll listen."



*****
Gedung Yosef, Rs. Santo Borromeus




"ya alloh soooooooppppp! kamana wae ateuh euyy??!!" suara argi terdengar sangat kencang di telingaku.



"kamu berisik pisan sih gi. ngga bisa ngomong pelan-pelan apa???"



"kamu kemana aja ih? aku kangen." kali ini argi malah berbisik pelan, aku malah tidak terlalu jelas menangkap apa yang dia ucapkan.



"ngomongnya biasa aja atuh, jangan bisik-bisik. aku ngga denger! tapi jangan kenceng-kenceng juga."



"di sini ada mamah, masa aku ngomongnya kenceng-kenceng?" argi masih berbisik di telpon.



"ya udah makanya kamu jangan ngomong yang aneh-aneh."



"dasar ya kamu sop. aing keur sopi yeuh, sono pisaaaaaaaan."

(aku lagi sopi nih, sono pisaaaaaaan) , (sono : kangen)



"heh, udah dibilangin jangan ngomong macem-macem! susah banget sih ni anak kalo dikasih tau!"



"aku suka deh kalo kamu lagi marah-marah. GAHAR! RAWR!"



"apasih kamu teh??? ngga penting!!! aku juga tadinya ngga mau telpon kamu! ini mah karena kepaksa aja."



"anjis! tapi tapi... kepaksa juga gpp deh. sop sop, tau ngga?"



"ngga!!!"



"adeuh yang lagi galak... eh eh, aku teh kan udah lama pisan ya ngga denger suara kamu, sekalinya denger malah langsung horny siah!"



"gustiiiii!!! dasar sarap!!!"



"sarap ajhari apa sarap sechan sop?"



"atulah gi... aku teh lagi serius, kamu jangan ngajakin becanda terus. seriusan ini teh aku lagi bingung pisan."



"maaf atuh. emang kamu lagi bingung gara-gara apa sop? sok atuh bilang sama aku."



"itu... si panjul kayanya lagi marah sama aku eung."



"hah? kok bisa gitu? marah kenapa??"



"tau ah, bingung aku jelasinnya."



"yeee.. aku apalagi. kamu ceritanya yang bener atuh. si panji marahnya gimana?"



"tadi sempet marah gitu di telpon, terus waktu aku telpon balik juga ngga diangkat, malah dimatiin hp nya."



"masa sih?"



"iya. makanya aku telpon kamu. panjul ada di situ ngga?"



"hah? ya ngga ada lah. dari sore juga udah pulang. itu teh awalnya kenapa sop? kok bisa marah gitu sih? perasaan waktu tadi sore mah disini baik-baik aja."



"ya gitu..."



"gitu gimana ai kamu?"



"iya, aku yang salah."



"lho, maksudnya? panji marah gara-gara kamu?"



"iyaaa.... duh, gimana atuh? aku ngga enak nih sama dia."



"kok bisa marah? emang sama kamu diapain?"



"ya ngga diapa-apain."



"masa ngga diapa-apain bisa marah? tadi kamu habis ketemu sama panji?"



"ngga."



"terus, bisa tau kalo dia marah gimana caranya?"



"heu... tadi teh si panjul telpon aku, terus ngobrol-ngbrol gitu. masalahnya teh waktu di telpon, mood aku lagi ngga karuan pisan, jadi jawab telpon dari dianya juga asal-asalan."



"oh gitu... emang tadi ngobrolin apa aja? kok bisa marah sih? aku masih ngga ngerti."



"ya macem-macem."



"macem-macem teh contohnya apa?"



"hih... kamu banyak nanya pisan sih!"



"yaelah... wajarlah aku banyak nanya, orang aku ngga ngerti masalahnya. kamu juga ceritanya ngga jelas gitu."



"jadi gini, si panjul teh tadinya nyuruh aku jagain kamu soalnya besok dia mau ada janji sama temennya."



"terus?"



"aku bilang aja, males. terus aku sama dia teh sempet debat dulu sebentar. aku juga sih yang salah... makanya ini teh aku mau minta maaf sama dia, tapi sms pending terus, da hpnya aja ngga aktif."



"oh jadi gitu... kamu males ya nemenin aku?"



"gi... atulah, kita jangan berantem dulu. masa nanti aku berantem sama panji, iya. sama kamu juga iya."



"kamu sekarang kok jadi gitu ya sop? asa beda."



"tuh kan... aku lagi yang kena."



"sop, kalo emang kamu males mah ya udah. ngga usah kesini juga gpp. aku minta doanya aja supaya cepet sembuh."



"ya ampun argi... kamu jangan mulai lagi dong. masalah kita dibahasnya nanti ajalah. jangan sekarang. aku mohon sama kamu."



"jadi kamu maunya sekarang kita ngebahas apa?"



"gi... aku janji, ngga akan ngebahas dulu masalah yang kemarin-kemarin. dibahasnya nanti aja kalo kamu udah sembuh. sekarang aku minta maaf sama kamu. please... tolong bantuin aku. aku mau minta maaf sama panji."



"ya udah tunggu besok ajalah sop. sekarang kan udah malem, mungkin dia emang sengaja matiin hp. siapa tau dia udah mau tidur? kamu tenang dulu atuh. jangan panikan gitu jadi orang teh. kalem."



"tapi buktinya, telpon aku di reject sama dia."



"iya iya... udah, tunggu besok aja. siapa tau besok udah baikan lagi. itu juga kalo dianya beneran marah. soalnya asa belum pernah liat panji marah sama kamu. makanya kamu tenang aja. okeh?"



"bener nih gpp nunggu besok aja?"



"iya. nanti aku coba deh telpon atau sms panji. kan kalo sama aku mah ngga marah, jadi ngga mungkin di reject telponnya."



"hmm... iya juga sih. bantuin aku ya gi?"



"iyaaaa... udah kamunya tenang dulu. jangan panik lagi."



"huhuhu... iya maaf, habis aku kan orangnya panikan."



"emang tadi kamu dimarahinnya gimana sih?"



"ya gitu... pokoknya si panji teh marah aja, terus telponya aku teh langsung diputus sama dia."



"pulsanya abis meureun...."



"ngga ah... perasaan mah tadi pake nomor yang halo. eh, apa yang xl ya? tau ah aku lupa."



"rempong ah kamu mah. awas aja kalo udah heboh-heboh tapi ngga taunya teh pulsa dia beneran habis."



"aku pura-pura mati aja deh kalo gitu."



"hahahaha... dasar sipo sipo! udah, sekarang kamu tidur gih sana. udah malem."



"huhuhu... iya nih, aku teh sebenernya waktu di telpon sama panji udah mau tidur pisan. makanya jawab telpon dia juga asal-asalan. kamu belum tidur, gi?"



"udah, tapi kebangun lagi. da susah atuh di sini mah kalo mau tidur. susternya rese."

(FYI, di borme, susternya itu selalu datang ke kamar pasien tiap satu jam sekali. dan itu teh sepanjang hari, ngga ada jeda. jadi satu orang pasien ditengok suster minimal 24 kali sehari.)



"eh gi, besok enaknya aku dateng ke sana jam berapa?"



"hmm? besok kamu mau dateng?"



"iyaaa."



"katanya males? paling juga kamu takut dimarahin sama panji kalau ngga dateng kesini."



"nah itu dia masalahnya gi. bisa bahaya kalo si panjul udah ngamuk-ngamuk. padahal sih sebenernya aku males, da pasti di rumah sakit juga liatin kamu lagi makan, makan, makan, makan. orang lagi sakit tapi makannya udah kaya orang kelaperan."



"hahahayyy... eh, berat aku udah naik dua kilo lho semenjak dirawat di sini."



"ih.. dasar argi ndudh."



"biarin. kamu besok datengnya rada pagian dikit bisa ngga? soalnya si mamah jam tujuh udah mau pulang."



"bisa. kamu mau dibawain apa? jangan bilang makanan. soalnya dirumah aku lagi ngga ada stok."



"hahayyy... ya ngga atuh. da makanan mah di sini udah menumpuk. sampe bingung sendiri mau ngabisinnya gimana."



"ya tuhaaan... terus kamu mau dibawain apa?"



"hmm... cucu okat aja. tapi yang banyak ya? sa-termoseun atawa sa-kulkaseun."



"ah gelo. ya udah nanti besok aku bawain cucu okat buat argi ndudh."



"hahayyy... argi ndudh kangen sopi geboy!"



"hidih... naha jadi sopi geboy?? geuleuh lah sumpah."



"kan kamu teh artis idola ti buah batu. sopi ge-ge-ge-ge-ge-ge-geboy!!! "



"geuleuh ah!!!"



"udah ah ngga usah dibahas. aku ngantuk."



"sama! aku tidur duluan ya gi..."



"kok duluan sih tidurnya? barengan atuh."



"hadehhhh ni anak.. gandeng pisan! udah sana tidur!"



"ngga pake lope-lopean ini teh?"



"euweuh!!"

(ngga!!)



*tut..tut...tut...tut...*
aku sering ngerasa
sebel plus sedih kalo
ngga ada kabar dari
kamu. ngga tau kenapa.
lain kali kamu harus
kasih kabar ya sama
aku?

sender : kasepmon^^
Sent : xx/xx/200x 23:12



heh! katanya mau
tidur! udah sana
tidur! orang sakit
malah smsan.

sender : s0piA_LaTjuBa_XL
Sent : xx/x/200x 23:15



sop, si mamah sampe
bangun dong gara-gara
tadi aku ngobrol di
telponnya kenceng
pisan.

sender : kasepmon^^
Sent : xx/xx/200x 23:18



masa? atuh kamu mah
meni gandeng pisan
jadi orang teh.

sender : s0piA_LaTjuBa_XL
Sent : xx/x/200x 23:25



apa? aku ganteng?
kamu emang paling
bisa deh.  

sender : kasepmon^^
Sent : xx/x/200x 23:29



hadehhh... kamu tuh
nyebeliiiiiiiiiin!!

sender : s0piA_LaTjuBa_XL
Sent : xx/x/200x 23:34



tapi ngangenin kan?
hahahahahahahahaha.

sender : kasepmon^^
Sent : xx/x/200x 23:36



*****
Standard Chartered Tower, Setiabudi




"halo beib..."



"abeeeep! akhirnya telpon juga!"



"hmm? emang kenapa?"



"lah dia nanya kenapa, ya aku kangen lah! eh bep, kamu udah liat twitter aku belum?"



"oh gitu... iya deh sama, aku juga kangen. belum, emang ada apa beib?"



"itu... tadi pagi twitter aku dibajak si fritz! bangkeeeeeeeee!"



"dibajak?"



"iyaaaa! masa si fritz nulis gini ; 'permainan tante semalam benar-benar HOT!!!' teroris abislah itu orang!!!"



"hahahaha. seriusan itu teh? ih kamu sekarang mainannya sama TG. hehehe."

(TG : Tante Girang)



"ih anjirlah bep, itu tweetnya langsung mengundang reaksi dan kecaman dari si mamah! aku langsung ditelpon si mamah dong, dikirainnya beneran!"



"hahahaha... si mamah? ya ampun... meni reaktip pisan. terus kamu bilang apa beib?"



"ya aku bilang aja twitter aku habis dibajak sama teroris. abep tau ngga si mamah teh bilang apa?"



"ngga tau atuh. emang bilang apa?"



"kamu teh itu direkam ngga? awas filenya jangan disimpen di laptop nanti bisa ketauan kaya si ariel. gitu cenah."



"hahahahahahaha... meni ampun pisan si mamah teh. ih kamu ih... bikin videonya sama tante-tante. bukannya sama om-om."



"yeeee.... yang ada juga nanti aku bikin videonya sama abep. hahayyy."



"maunya kamu itu mah. hehehe. kamu lagi apa, beib?"



"lagi jalan mau ke basement, ke tempat parkiran."



"kamu mau pergi? kemana? makan siang?"



"bukan bep, justru ini teh mau balik lagi ke kantor."



"emang kamu habis dari mana?"



"habis dari bank. eh ntar dulu... aku teh tadi parkir di basement lantai berapa ya? aku lupa euy!"



"hehehe... kamu mah kebiasaan pisan beib, sering lupa parkirnya di mana. sok atuh diinget-inget lagi... tadi naik lift-nya dari lantai berapa?"



"ya wajarlah aku lupa, boro-boro mikiran parkir, orang otak aku tiap hari mikirinnya cuma kamu terus. eh itu kedengeran bunyi alarmnya deng, berarti ada di deket-deket sini."



"dasar gombalita. sok atuh sana kamu cari dulu, nanti aku telfon lagi."



"eh jangan dimatiin atuh... udah gpp, aku lagi pengen ngobrol sama abep. nih udah ketemu, tunggu bentar ya. jangan dimatiin!"



*beberapa menit kemudian*



"bep..."



"apa? udah ketemu?"



"udah dong, ini lagi mau keluar dari basement. eh, suara aku kedengeran ngga bep?"



"kedengeran. kamu hati-hati ya nyetirnya. udah makan siang belum?"



"belum, ini mau sekalian nyari tempat makan. bep, bentar ya... aku mau bayar parkiran dulu."



"oke..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar