Kamis, 28 Mei 2015

Cerita Secangkir Kopi Chapter Lanjutan 10

setelah proses pengobatan selesai, aku terbaring lemas di atas karpet. nafasku tersengal-sengal, rambut dan wajahku pun basah oleh keringat. berkali-kali argi menyeka keringat yang membasahi wajahku, kemudian mengipas-ngipaskan koran ke arahku. aku lalu diperintah untuk meminum satu gelas minuman yang warnanya seperti air teh tapi rasa pahitnya luar biasa. jauh lebih pahit dari buah mengkudu. baru setelahnya, aku diberi air putih sebanyak dua gelas sebagai langkah terakhir dari pengobatan ini.
abah menyuruh gw dan sopi pindah duduk ke kursi belakang. ita digendong ibu di kursi depan, sementara ata dan panji di kursi tengah. selama perjalanan pulang, sopi tidur bersandar di paha gw. walaupun proses pengobatan sudah selesai, tetapi gw masih bisa melihat sopi menggigit bibir bagian bawah, gw yakin pasti rasa sakitnya masih terasa sampai sekarang. gw cuma bisa diam. sesekali mata gw berkaca-kaca karena tak tega melihat sopi harus menjalani semua rangkaian pengobatan tadi. hanya dengan melihat saja, aku sudah merasa ngilu, apalagi sopi. tangan gw tak pernah behenti mengusap-ngusap rambut dan punggung tangannya. cara yang mudah-mudahan ampuh untuk membuatnya sejenak melupakan rasa sakit. gw berkali-kali mengucap maaf dengan lirih dan penuh rasa penyesalan kepadanya. sopi hanya menjawabnya dengan menggenggam tangan gw dengan sangat erat. kemudian matanya perlahan-lahan mulai terpejam. dia tertidur. melihat wajahnya yang sedang tertidur pulas, gw cuma bisa berdoa dalam hati semoga sopi memaafkan kesalahan yang gw lakukan. kesalahan yang harus memaksa dia menjalani hari-hari yang melelahkan.

Sop, maafin aku. maaf karena aku adalah lautan yang penuh khilaf, sementara kamu adalah samudera maaf yang sangat luas.



*****
Office Building, Madison Ave
"Panji, you have to find out if the fund belongs to the broker's program." ucap Mrs. Frey, sewaktu sy menyerahkan beberapa buah lembar milik seorang klien yang baru saja menelfon untuk meminta konfirmasi kepadanya.



"but ma'am, that means i'll need to watch out for fees on broker-assisted trades, which can be ridiculously high." jawab sy bermaksud untuk membela diri.



"yes you are. our client are just need an explanation." balas Mrs. Frey dengan dingin. atasan sy ini memang terkenal 'suka menyuruh' orang lain untuk melakukan tugasnya untuk menghindar dari klien.



"okay, i'll take it as my responsibility to make sure the client's cash and securities are returned." ucap sy. akhirnya sy mengalah supaya masalah dengan klien tidak berlarut-larut.



"that's good." balasnya singkat, sambil menengadahkan kepalanya ke arah sy kemudian tersenyum dengan angkuh. gaya khas para atasan yang sudah merasa jauh lebih senior dan 'jago'.



"aing mahhhh....." gerutu sy sewaktu mengambil kembali lembaran laporan yang tadi sy simpan di mejanya.



"excuse me? what are you talking about?" tanya Mrs Frey lagi, kali ini dengan mimik muka yang serius sewaktu mendengar kata-kata yang tidak dia mengerti dari mulut sy.



"nothing ma'am. sorry, but i have to go back to my room. my... i mean, our client are still waiting, right?" elak sy sambil tersenyum manis, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.



"go ahead." balasnya sambil mengibas-ngibaskan tangannya untuk menyuruh sy segera keluar dari ruangannya. sy kemudian mengangguk dan segera beranjak keluar dari ruangan itu.



saat berjalan keluar dari ruangan Mrs. Frey, sy langsung disambut oleh tatapan mata penuh tanya dari rekan-rekan kantor yang lain. sy hanya mengangkat kedua bahu kemudian memperlihatkan tumpukan kertas yang sy bawa. mereka semua langsung paham kalau atasan 'kesayangan' mereka lagi-lagi menimpakan kesalahan yang dia perbuat kepada anak buahnya, contoh perbuatan yang sudah sering sekali dia lakukan.

atasan sy yang satu ini memang cukup unik, orangnya judes, angkuh, sangat percaya diri tapi sekaligus penakut. dia mempunyai prinsip untuk tidak mau merasakan yang namanya kegagalan dalam mengurus klien. sayang, tidak selamanya klien yang kita dampingi itu mendapat untung, terkadang beberapa dari mereka juga mengalami kebangktutan. hal itulah yang membuat Mrs. Frey selalu melemparkan kesalahan kepada anak buahnya. maka dari itu, sy paling malas kalau disuruh menangani klien yang hobinya berjudi di lantai bursa. sy lebih suka menangani klien yang berasal dari corporate atau perusahaan karena mempunyai siklus keuangan yang jauh lebih teratur. kesukaan sy yang lain yaitu menangani permintaan khusus dari para klien yang ingin memutar uangnya melalui bisnis tertentu. atau sekedar mengurus aset-aset mereka supaya aman dari gangguan-gangguan yang tidak diinginkan.

sebenarnya, bekerja di kantor akuntan publik itu menyenangkan. tetapi disini, di cabang ini, sy kebetulan dihadapkan pada situasi yang dilematis, yaitu : sy suka pekerjaan sy tetapi sy tidak suka dengan atasan sy. terkadang rasa lelah itu datang sewaktu atasan menyuruh kita melakukan hal yang tidak kita sukai, bukankah bekerja dengan hati yang terpaksa itu rasanya tidak nyaman?

setelah sampai di meja kerja, sy langsung melempar begitu saja lembaran penting milik klien ke atas meja, bersatu dengan tumpukan kertas lain yang sudah lebih dulu ada disitu. sy cuma ingin menenangkan pikiran untuk beberapa saat di ruangan ini. ruangan kantor sy bisa dibilang kecil, luasnya hanya 4x6 meter. mungkin lebih mirip kamar kos-kosan dibanding ruangan kerja. setengah ruangannya terdiri dari kaca sehingga sy serasa tinggal di dalam akuarium karena semua aktivitas di dalam bisa dilihat dari luar. untuk menutup tirai pun hanya dibolehkan ketika sedang menerima tamu atau hal lain yang bersifat pribadi, seperti bercermin, merapihkan pakaian,dll. ada dua buah meja kerja disini. satu milik sy, satu lagi milik rekan yang bernama Maheer, seorang pria keturunan tunisia tetapi lahir dan besar di ontario, kanada. terdapat juga satu set sofa beserta coffee table yang difungsikan untuk menerima klien/tamu. sisa ruangan ini, dijejali oleh beberapa buah cabinet dan bookshelf yang berisi tumpukan file dan buku-buku. tidak terdapat banyak pajangan disini. hanya ada satu buah lukisan surealis yang sy beli di bali beserta beberapa buah ukiran kayu beraneka macam bentuk. tidak lupa, satu set wayang golek pandawa lima yang sengaja sy bawa jauh-jauh kesini agar sekali waktu mampu mengobati rasa rindu kepada tatar parahyangan, tertata rapih di atas file cabinet.
"panji, have you met her?" tanya maheer begitu melihat sy masuk ke dalam ruangan.



"Mrs. Frey? hell yeah. hehehe..." jawab sy sambil tersenyum.



"how is it going?" tanyanya serius. sy melihat mukanya mengintip dari balik layar komputer. tampaknya dia penasaran dengan pembicaraan sy dengan Mrs. Frey



"maheer, please don't get so psyched out. you must have known the answer, haven't you?" tanya sy balik. sy memilih untuk duduk di atas sofa kulit berwarna hitam, kemudian kaki sy silangkan di atas meja sambil membaca beberapa buah laporan.



"hahaha... she's on top again this time. umm...panji, i thought someone had just called you...."



"excuse me?"



"have you checked it? i mean, your cell phone."



sy kemudian bangkit dari sofa untuk mengambil hp yang disimpan di dalam laci meja kerja. ternyata maheer benar, ada beberapa email yang masuk dan beberapa buah sms. bahkan ada tujuh buah missed call dari nomor yang tidak sy kenal. "hmm...dilihat dari kode negaranya, sy rasa sy tahu siapa yang menelepon barusan. tapi kenapa nomornya ganti yah?" pikir sy di dalam hati.

sebelum menelfon, sy menyempatkan diri untuk membalas beberapa email dan sms, kemudian baru sy mencoba untuk menelepon nomor tadi.

sudah beberapa kali sy coba, ternyata sambungannya selalu gagal. memang agak sulit menelepon diwaktu peak time seperti ini, apalagi sambungannya lintas benua. sy akhirnya memutuskan untuk menggunakan telepon kantor, sebelumnya sy menyuruh jeane, seorang sekretaris untuk menutup sementara saluran telepon ke ruangan ini dan meminta agar dialihkan ke saluran miliknya saja.
"tuuuut....tuuuut...tuuuut...."



beberapa menit kemudian terdengar suara operator yang meminta kode supaya line telepon bisa tersambung. sy kemudian memasukkan kode dan kembali menunggu selama beberapa detik sampai terdengar kembali nada sambungan telepon."



"hello, sofi is here..." sahut suara diseberang telepon.



"hi, meneer! hahahaha." balas sy dengan suara setengah berteriak.



"Mijn God! Panji?!" teriak sofi tak kalah kencangnya.



"sumuhun kang sofi. kumaha, damang?"

(iya kang sofi. gimana kabar, baik?)



"alhamdulillah nji, sim kuring teh nuju teu damang wales."

(alhamdulillah nji, kabar aku kurang baik.)



"gusti, eta mah sanes alhamdulillah atuh kang. hehehe. aya naon ieu teh?"

(gusti, itu mah bukan alhamdulillah atuh kang. hehehe. ada apa ini teh?)



"aduh, kumaha nya ieu teh, asa teu puguh kudu ngaripuhkeun batur teh."

(aduh, gimana yah, jadi ngga enak hati. takut nanti ngerepotin kamu.)



"wios atuh kang. sok atuh mangga carios ka abdi."

(ngga apa-apa kang. sok atuh bilang sama aku)



"nji...."



"naon sof?"



"aku ngga jadi pulang."



"pulang? what does it mean?"



"aku ngga dateng ke acaranya teh dea nji."



"hah?? naha beut teu jadi?"

(hah?? kenapa ngga jadi??)



"kamu jangan bilang sama argi ya nji."



"bilang apa sof?"



"janji dulu atuh."



"gusti, ya udah, aku janji. nah, sekarang kamu mau bilang apa?"



"aku sekarang ada di rumah sakit nji."



"hah????? kamu kenapa sof???? sakit apa????"



"ngga, aku teh jatuh di jalan, terus akhirnya dibawa deh ke rumah sakit."



"jatuh kenapa?? masa jatuh teh langsung dibawa ke rumah sakit?"



"kaki aku nji, radang sendinya kumat lagi."



"how could it be, sof?? kamu jatuhnya gimana?? dari tempat tinggi??"



"panjang ceritanya teh. intinya, sekarang aku dirawat. tapi aku baik-baik aja nji."



"kamu masih bisa jalan??"



"bisa nji. sebenernya aku udah boleh pulang, tapi aku pengin dirawat disini dulu."



"lho, kenapa?"



"aku masih belum bisa jalan sendirian nji. harus ada yang nemenin. jadi lebih baik dirawat aja kan?"



"hmm... temen kamu kan banyak sof disana?"



"iya, tapi aku pengen cepet sembuh aja nji. syukur alhamdulillah klo nanti aku bisa dateng ke acaranya teh dea."



"kamu kenapa ngga mau bilang sama argi?"



"nanti klo dia panik gimana nji? disana kan dia ikut bantu-bantu juga. kasian, nanti takutnya argi malah kepikiran yang ngga2."



"pasti panik sof."



"dokter juga bilang aku belum boleh travelling, kecuali klo ada temen atau ada yang nemenin aku."



"hmm... jadi harus ada temennya yah?"



"iya nji."



"temen kamu, dalam waktu dekat ini, ada yang punya jadwal pulang ke indo ngga?"



"ngga ada euy. sekarang kan bukan musim liburan nji."



"iya sih. aku juga disini terpaksa ambil cuti sof."



"kamu ambil cuti berapa lama nji?"



"kurang lebih satu minggu sof. jatah cuti aku tahun ini langsung ilang setengahnya deh."



"hahaha... klo sibuk mah jangan maksain dateng atuh."



"ngga enak sof, udah terlanjur bilang iya. tapi kebetulan, aku juga ada keperluan di indo."



"keperluan apa nji? masalah kerjaan?"



"hmm... bisa dibilang begitu. aku mau minta exchange aja sof, ke jakarta."



"lho kenapa nji? bukannya disana lebih enak?"



"ada enaknya, ada juga ngga enaknya sof. hehehe."



"duh, aku jadi pengin tau nih alesannya apa. habis kamu udah kasih kabar sama aku, nji."



"hmm...kira-kira, kamu sembuhnya masih lama ngga sof?"



"aku udah baikan nji, cuma biar ngga repot, aku mau minta dirawat dulu aja."



"berarti sekarang teh udah bisa keluar dari rumah sakit?"



"udah nji. cuma ya itu tadi, belum boleh travelling terlalu jauh. apalagi klo sendirian."



"klo berdua, boleh?"



"mungkin boleh nji. tapi aku kan ngga ada temen pulang ke indo."



"all right. nanti sore aku berangkat kesana, mungkin besok pagi aku baru landing."



"kamu mau berangkat kemana nji? kamu pulang ke indo teh besok?"



"nope, besok aku ke schiphol. nanti sore aku berangkat."



"HAH??????"



"hmm... good news for you, there is an early afternoon flight to amsterdam today." ucap sy sambil browsing jadwal penerbangan ke amsterdam melalui internet.



"PANJI, kamu ngga lagi bercanda kan?"



"there is no time for joking, sof. kamu dirawat dimana?"



"alhamdulillah ya alloh. haturnuhun pisan gusti. VUmc nji."



"oh... come on, we've known each other for many years. ngga mungkin kan kamu telpon aku hanya untuk sekedar curhat?"



"maaf ya nji. tadi teh aku bingung harus minta tolong sama siapa lagi. ngga mungkin aku minta tolong sama argi kan?"



"kita kan saudara sof. i owe you a lot, right? hehehe."



"haturnuhun pisan nji. kamu mau aku jemput?"



"jangan, kamu harus banyak istirahat. tempatnya deket kan dari amsterdam centraal?"



"lumayan jauh nji. naik tram bisa, naik taksi juga bisa."



"ya udah, nanti bisa diatur. kamu udah pesen tiket buat pulang ke indo?"



"baru booking via internet nji, belum sempet aku bayar."



"bagus atuh, berarti nanti kita bisa pesen buat dua orang. ok?"



"iya nji. haturnuhun pisan. punten aku ngerepotin kamu terus nji."



"take it easy sof. mmm... it seems like i have to go to the travel agent right now."



"ok. nanti kamu kabarin aku via email ya?"



"pasti. ya udah, wassalamualaikum sof."



"walaikumsalam nji."



*****
etelah pembicaraan panjang lebar dengan sofi selesai, sy langsung meminta tolong kepada jeane untuk menyiapkan surat permohonan cuti selama satu minggu. dengan tergesa-gesa, sy berjalan menuju lift sambil membawa beberapa lembar file milik seorang klien. setidaknya, sy mempunyai waktu selama sepuluh menit untuk menunggu lift dan lima menit untuk turun ke lobby. waktu yang cukup untuk sekedar melihat-lihat file dan memberi beberapa buah tanda yang nanti akan dijadikan bahan pertimbangan dalam pembuatan laporan. setelah sampai di lobby, sy menitipkan lembar file tersebut kepada resepsionis agar diserahkan kepada Mr. Pete yang sebelumnya sudah membuat janji untuk bertemu dengan sy dan maheer. keluar dari gedung kantor, sy menyebrang jalan menuju ke tempat sebuah travel agent yang letaknya persis berada di sebelah gedung kantor. di travel agent itu, sy memesan satu buah tiket ke amsterdam dan dua buah tiket ke solo dari amsterdam dengan rute : schiphol - changi - adi sumarmo.
sekarang tiket sudah ada di tangan, berarti hal terakhir yang harus sy persiapkan adalah pakaian. beruntung, semua pakaian dan perlengkapan sudah dipersiapkan sebelumnya dan sudah dimasukkan dengan rapih ke dalam koper, jadi sy hanya tinggal membawanya saja. saat melihat arloji, sy langsung tersentak kaget karena waktu yang tersisa hanya tinggal eberapa jam saja sebelum jadwal take off. kali ini sy semakin mempercepat langkah kaki, kembali menyusuri jalan madison ave untuk mengambil koper di tempat tinggal sy yang berlokasi tak begitu jauh dari travel agent tadi. sewaktu berjalan kaki, sy terpaksa harus melepaskan jas karena cuaca hari itu cukup panas. begitu sampai di depan gedung, sy langsung terburu-buru masuk ke dalam dan langsung naik ke dalam lift, karena tempat tinggal sy berada di lantai 12. hampir tiga puluh menit lamanya sy merapihkan barang-barang yang harus dibawa ; 1 buah luggage ukuran besar, dan sebuah tas selempang kecil untuk menaruh paspor, tiket pesawat dan beberapa dokumen lainnya. setelah semua barang bawaan dirasa cukup, sy langsung melesat pergi kembali ke kantor untuk mengurus izin cuti dan segala macamnya. tanggung jawab pekerjaan selama empat hari kedepan, sudah sy selesaikan dan langsung diserahkan kepada Mrs. Frey. atasan sy hanya manggut-manggut saja sewaktu tumpukan pekerjaan itu disimpan di atas meja kerjanya. tanpa basa-basi dia langsung memberikan izin untuk mengambil cuti dan mengucapkan kalimat basa-basi seperti ; hati-hati di jalan, salam untuk kedua orang tuamu, dan jangan lupa untuk pulang karena pekerjaan kantor tidak ikut cuti bersama anda.
sy langsung menyetop sebuah yellow cab (taksi) yang kebetulan melintas di depan kantor. sy minta langsung diantar ke grand central, sebuah stasiun pusat untuk semua kereta yang beroperasi di NYC, semacam stasiun gambir kalau di jakarta. walaupun letaknya tak begitu jauh dari kantor, tetapi karena sy naik taksi dan jalannya sedikit memutar, maka dari itu sudah lebih dari tiga puluh menit waktu sy terbuang sia-sia karena terjebak arus lalu lintas manhattan yang terkenal semrawut. bahkan, dari beberapa distrik yang ada di NYC, arus lalu lintas di manhattan memang terkenal paling ruwet. untuk ukuran amerika, memang termasuk ruwet, tapi kalau untuk ukuran orang indonesia seperti sy, keruwetan lalu-lintas disini belum seberapa kalau dibandingkan dengan jakarta. mungkin perbedaan yang paling mencolok antara jakarta dengan manhatan adalah ; enyak babeh, encang-encing sama mpo-mpo disini ngga perlu takut keserempet sepeda motor!



dari grand central, sy lalu naik subway dengan rute ; grand central - Woodlawn station - Archer Ave Station - Jamaica Center. baru setelah sampai di sutphin boulevard, sy naik kereta listrik menuju terminal stasiun JFK. ditambah waktu untuk berjalan kaki dari stasiun JFK menuju tempat check in di terminal 4, maka total perjalan dari kantor menuju bandara, kurang lebih sekitar satu setengah jam. perjalan menuju amsterdam pun akan segera dimulai. lamanya perjalanan kira-kira tujuh setengah jam.


*****

Toko You, Dipatiukur
"Yang, kamu dimana sih? aku cari di RR-an koq ngga ada?" tanya ghea di ujung telepon sana.

(RR-an , baca ; er-eran , tempat nongkrong anak-anak FE di sebuah kampus di jalan dipatiukur)




"aku lagi makan yamin. kenapa? dosennya ngga ada kan?" jawab gw sambil asik makan semangkok mi yamin manis.



"kamu makan sama siapa? iya, dosennya ngga ada. tapi kan sebentar lagi mau kumpul sama anak-anak. mau ngobrolin tugas pengabis (pengantar bisnis) tea yang..."



"sendirian. oh, ya udah, pada mau kumpul dimana? nanti aku nyusul."



"di lorong B1 say. ari kamu teh ngapain makan yamin sendirian?"



"lagi nostalgia aja. tadinya mau makan lomie di mambo, tapi penuh pisan. ya udah aja jadinya makan disini."

(mambo : imam bonjol , nama sebuah jalan disekitar Dipatiukur. disana terdapat banyak kantin makanan, salah satu yang terkenal adalah lomie nya.)



"nostalgia? udah kaya orang tua. kamu cepetan yah makannya. ini anak-anak udah pada kumpul."



"lima belas menit lagi deh."



"iyaaaah. kita tungguin. eh say, bungkusin pangsitnya buat aku dong."



"pangsit?"



"iyah. boleh koq dibungkus, tinggal bilang aja sama pelayannya."



"kamu suka pangsit disini?"



"ya lumayan sih. buat camilan aja. gpp kan?"



"hehehe... boleh banget, yang. aku beliin sekarung deh buat kamu."



"sayang... aku teh mau ngemil, bukan mau jualan. udah cepetan."



"iyaaaaa..." teriak gw dengan bersemangat sambil meminta kepada seorang pelayan untuk membungkus beberapa buah pangsit pesanan ghea.



******
*3 Tahun yang lalu*



Toko You, Dipatiukur




"kamu mau makan apa ay?" tanya gw kepada sofi yang sedang bingung memandangi daftar menu.



"hmm...yamin aja deh. yang manis tapi." jawab sofi sambil meletakkan daftar menu.



"minumnya apa?"



"air."



"heu euh aku juga tau. air apah ini teh? air raksa?"



"air jam-jam ada ngga?"



"adanya air jamban. mau??"



"air bening aja gi. biar sehat."



"air bening? air putih maksudnya?"



"kan air mah warnanya bening, bukan putih. kalau putih mah air susu atuh gi."



"kumaha sia wae lah."

(terserah lo deh.)



"hihihihi... si ayank mah pundung. emang kamu mau pesen apa?"



"samain aja lah biar gampang."



"ay, aku pangsitnya ditambahin ya?"



"okay, ok ay."



"heuuuuu... lucu pisan sih kamu teh. huhuhuhu." ucapku sambil mencubit pipinya argi dengan gemas. saking kerasnya aku mencubit, pipinya argi langsung tampak memerah.



"anjisssss... nyeuri pisan siah sop! pipi aku jadi merah gini!! dasar betharia sonata!!" ucap argi sambil menendang-nendang kakiku dengan sepatu.



"betharia sonata???" tanyaku bingung.



"lihatlah tanda... merah di pipi, bekas gambar tanganmu... huwoooo huwooooooooo~~~~" argi bernyanyi dengan suara lantang sambil tangannya mengusap-ngusap pipi.



"HAHAHAHAHAHAHAHA... parahuuuuuuu!!! naha kamu bisa apal lagunya??"

(naha : kenapa?)



"eta si mamah teh kan suka karokean di rumah, nah tiap kali karokean teh pasti nyanyiin lagu itu ay."



"pantesan kamu apal. eh iya gi, si mamah teh lagi ngapain sih? koq kita ditinggal disini?"



"biasa lagi kumpul-kumpul dulu sama temennya. nanti kalau udah beres mah pasti kesini."



"ay, aku mau nambah pangsitnya lagi dong. boleh ngga? huhuhu"



"lagi??? yang ini aja belum habis."



"kalau dibungkus boleh ngga? tapi pangsitnya aja."



"kamu suka pangsitnya?"



"iya ay, enak aja buat kriuk-kriuk. yang dibungkus mah nanti aku bayar sendiri deh..."



"eh... ngga usah atuh. ya udah, kamu mau aku bungkusin berapa keresek? nanti aku bilang sama pelayannya."



"sekarung aja ay sekalian. huhuhu."



*****
Jogging Track, Lapangan Saparua
"gi...! tungguin aku dong!" aku berteriak memanggil argi yang sudah jauh meninggalkanku dibelakang.



"hayu atuh cepet..." argi berhenti sejenak, kemudian menoleh kearahku.



"kaki aku kan baru sembuh gi. larinya pelan-pelan aja atuh..." aku berlari sekuat tenaga menyusul argi dengan nafas ngos-ngosan.



"kamu mah... kata dokter kan kamu larinya harus semangat sop. masa baru segini aja udah ngos-ngosan."



"kaki aku sakit gi. istirahat dulu aja yah?" pintaku kepada argi karena aku sudah tidak sanggup lagi untuk lari.



"iya deh... mau aku pijitin?"



"mauuuuuuu...."



"ya udah, selonjoran dulu aja sop. si panji teh tadi duduk dimana ya?" kepala argi celingukan mencari panji yang tadi ikut pergi bersama kami tapi panji lebih memilih untuk membaca buku daripada ikutan berlari.



"tuh, disana. yang pake baju biru." aku menunjuk ke arah panji yang sedang duduk dibawah sebuah pohon besar.



kemudian kami berdua berjalan ke tempat dimana panji berada. aku melihat panji sedang asik membaca buku sambil menjaga tas milik kami. tiap kali aku ajak berolahraga, entah itu lari atau main bola, panji biasanya selalu menolak. katanya dia tidak suka main sepakbola atau lari. panji cuma suka main badminton, renang atau tenis. berhubung aku sama argi ngga suka main tenis, jadi biasanya panji lebih sering main tenis sama ayahnya argi.



"heh, baca wae kerjaan teh. olahraga atuh euy!" ucap argi sambil iseng menjambak rambut panji yang agak sedikit gondrong. jarang-jarang aku liat panji rambutnya rada gondrong, biasanya kan rambutnya dicepak terus.



"udah." jawab panji sambil balik menjambak rambut argi sangat kencang.



biasanya kalau argi jail sama panji, panji jarang banget nanggepin. kecuali kalau argi bercandanya udah menyentuh daerah kepala, panji pasti langsung membalasnya dengan cara yang jauh lebih kejam lagi. panji emang paling sensitif sama orang yang suka iseng bercandain kepala orang. katanya, ngga sopan.



"nji udah nji, udah. ampun ampun...." argi memohon kepada panji untuk melepaskan genggaman tangannya. waktu tangannya dilepas, waduh... aku liat ada beberapa helai rambut argi yang rontok. dasar tenaga kuli. huhuhu.



"hahahaha...itu rambutnya argi sampe rontok gitu nji."



"biarin." jawab panji dengan ekspresi watados (wajah tanpa dosa).



"gelo sia maneh! nji, lo teh kenapa sih ngga mau ikutan olahraga?" ucap argi sambil mengusap-ngusap kepalanya.



"udah." jawab panji singkat sambil menyerahkan botol minuman untuk aku.



"udah??? olaraga apaan???"



"otak." jawab panji sambil menunjuk kepalanya dengan jari telunjuk.



"anyeeeeeeeng!! cengos maneh!!

(anyeeeeeeeng!! dasar belagu!!)



"hahahahahaha.... si panji lagi sensi euy."



*****
VU Medisch Centrum, Amsterdam
"punten...." terdengar suara seseorang mengagetkanku ketika aku sedang asik mengetik sesuatu untuk aku posting di blog.



aku langsung menoleh ke arah pintu, dan melihat ada kepala seseorang yang aku kenal sedang mengintip dari celah pintu yang setengah terbuka itu.



"PANJI!!!" aku berteriak saking kagetnya sewaktu melihat panji datang tanpa memberi kabar sebelumnya. aku bahkan tidak tahu kapan dia sampai di bandara.



aku melihat panji tersenyum manis, senyum andalannya. panji membuka pintu lebar-lebar, lalu masuk ke dalam kamar sambil membawa sebuah koper berukuran besar yang dia tarik dengan tangan kanannya. sementara tangan kirinya memegang sebuah bungkusan kecil. dari bungkusan itu tercium aroma yang sangat wangi. entah apa yang dia bawa. setelah meletakkan koper di dekat ranjang, bungkusan itu pun ditaruhnya di atas meja yang ada disebelah ranjang.


"damang sof?" tanya panji sambil menggenggam tanganku dengan erat. kami sempat berpelukan selama beberapa menit untuk melepas kangen.




"alhamdulillah nji. kamu bisa liat sendiri kan?" jawabku sambil tetap memegang erat tangannya.



"diperban? is it a good news?" tanya panji sewaktu melihat kaki kanan aku yang diperban.



"gpp, biar keren aja nji. hahaha. how was your flight nji? gelo kamu mah, aku ngga dikasih tau kapan kamu landing."



"i don't know... i fell asleep during the flight. oh iya sof, i've got something for ya..." ucap panji sambil menyerahkan bungkusan kecil mirip parcel.



"naon ieu teh?" tanyaku sambil membuka bungkus kertas bewarna hijau limau.

(apa nih?)



"coklat sof. habis aku bingung mau bawa oleh-oleh apa buat kamu." jawab panji.



panji lalu berjalan ke arah sofa, melepaskan jas nya disana, melonggarkan ikatan dasinya lalu membuka kancing lengan bajunya. aku bisa melihat rona wajah yang kelelahan dari mukanya. wajar saja, perjalanan yang ditempuh lumayan jauh. panji kemudian langsung mengambil koran yang aku simpan di atas meja, ada dua buah koran disitu, Algemeen Dagblad dan de Volkskrant. tapi berhubung kedua koran itu berbahasa belanda, panji langsung megurungkan niatnya untuk membaca.



"ghirardelli??? Mijn God! kamu baik banget nji. haturnuhun pisan euy." ucapku dengan bahagia sewaktu membuka buah tangan yang dibawa oleh panji. satu buah keranjang kecil berisi aneka macam coklat favoritku.



ceritanya, beberapa bulan yang lalu, ada seorang rekan kerja yang berasal dari bronx, new york. sewaktu dia berulang tahun, pacarnya yang bekerja di manhattan mengirimkan sebuah paket coklat berupa boneka teddy bear yang sedang memegang sebuah bungkusan berisi coklat. singkat cerita, rekanku itu membagi-bagikan coklat yang dia dapat dari pacarnya. ternyata, coklat itu rasanya enak banget. bahkan rasanya pun tak kalah dengan coklat sekelas guylian, coklat terenak yang pernah aku makan. ternyata, setelah aku tahu, hadiah coklat dari pacarnya itu dibeli dari sebuah toko yang ada di manhattan. setelah tau, waktu itu aku langsung menghubungi panji untuk memesan coklat tersebut. dan ternyata, panji langsung membawanya sekarang. senangnya. huhuhu.



"sama-sama sof. eh iya sof, kalau aku mau mandi, dimana?"



"kamu gerah ya? pantes daritadi ngga bisa diem. disana nji, kamu bawa handuk sendiri kan?"



"iya sof. bayangin aja, aku dari kantor langsung berangkat. belum sempet mandi sama ganti baju."



"ya udah, kamu mandi dulu aja nji."



beberapa menit kemudian, panji masuk ke dalam kamar mandi. fyuh... akhirnya aku bisa sedikit bernfas lega. jujur, aku tadi empat kaget dan speechless sewaktu panji datang. sekarang dia bener-bener beda, pangling pisan liatnya. perasaan aku teh, dulu waktu sma panji masih keliatan culun. model rambutnya cuma itu-itu aja, cepak. pergi kemana-mana cuma pake kaos yang rada longgar. tapi sekarang, jauh pisan bedanya.

aku melihat ke arah arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiri. bukan untuk melihat waktu, melainkan melihat alroji itu. sebuah arloji berbahan stainless steel berwarna hitam, simple but elegant. itu yang aku suka dari arloji ini, arloji pemberian panji.

aku membuka kertas pembukus coklat. harum wangi cocoa pun langsung menyambut, memanjakan setiap sisi indera penciumanku. aku mematahkan satu pertiga bagian atas coklat, menggigitnya dengan pelan kemudian membiarkan coklatnya meleleh didalam mulut. hmm...manisnya susu berpadu lembut dengan pahitnya bubuk cocoa. benar-benar cokelat yang enak. coklat yang baru saja aku dapat dari panji.

aku bersandar di atas tempat tidur. menerawang bahagia ke arah jendela, kemudian mengukir sebuah senyum penuh arti. akhirnya aku bisa juga pulang ke indonesia, bertemu dengan argi lagi setelah sekian lama terpisah oleh jarak dan sebuah janji. janji untuk tidak mencintai dan memilikinya lagi. walaupun begitu, namanya, tiap detail inchi wajahnya, tiap lembut hangat sentuhnya dan tiap detik momen berharga saat bersama dengannya tetap aku simpan disebuah folder khusus yang bernama hati. aku berjanji tidak akan pernah melupakannya. hmm...lagi-lagi aku berpikir, kali ini aku bisa pulang ke indonesia berkat kehadiran seseorang yang bernama panji.

panji, lagi-lagi namanya hadir dalam ingatanku. habis dia selalu datang disaat aku membutuhkan pertolongannya. padahal dulu, aku pernah satu kali membuatnya kecewa dan sakit hati.



*****
Cipaganti Travel, Cipaganti
"yang, kamu lama banget sih! ini travelnya sebentar lagi berangkat!" gw berteriak memarahi ghea yang selalu saja datang terlambat.



"iyah iyaaah... maaf. aku udah nyampe sukajadi nih. sabar yah sayangku cintaku."



"aku sih sabar-sabar aja! masalahnya, travel ngga mungkin nungguin orang yang telat!"



"iyah sayang. maaf banget."



"untung aku pesen travelnya jam tujuh. coba kalau aku pesen jam enam, pasti bablas!!!"



"sayang, aku udah masuk jalan dr. eyckman. lima menit lagi aku nyampe."



"iya." jawab gw singkat, lalu langsung memutus sambungan telepon.



lama-lama gw kesal juga sama si ghea. tiap kali janji ketemuan, kencan, atau janji apapun pasti telat! padahal hari ini, gw ,eja dan ghea sedang memburu waktu untuk mengejar pesawat yang take off pukul satu siang. minimal kami harus sudah datang sekitar jam dua belas, satu jam sebelum take off. untuk mempersingkat waktu menuju bandara, gw sengaja memilih naik travel dari bandung dibandingkan dengan naik kendaraan pribadi. masalahnya, travel berangkat pukul tujuh teng, sementara ghea baru berangkat dari rumahnya pukul tujuh kurang seperempat. padahal rumahnya ghea ada di daerah pondok hijau yang letaknya agak sedikit jauh dari cipaganti.



"ja, lo duduk disini aja." ucap gw kepada eja untuk duduk bersebelahan dengan gw.



kebetulan gw mendapat dua kursi di tengah dan satu kursi lagi di bagian belakang. tadinya, eja bermaksud duduk di belakang supaya gw bisa duduk berdua dengan si ghea. tapi berhubung ghea sudah membuat kepala gw mendidih di hari sepagi ini, maka gw memutuskan untuk duduk berdua saja dengan eja. biar ghea yang duduk sendiri di belakang.



"hoream a. nanti teh ghea pasti minta tuker tempat." jawab eja.

(hoream : males)



"moal. nggeus maneh diuk di dieu."

(ngga akan. udah lo duduk disini.)



"a, tiket pesawat teh aa yang pegang?"



"teu. yang pegang tiket mah si ghea."

(teu : ngga)



"oh... kalau teh ghea nya telat, nanti kita naik apa a?"



"ngojay!" jawab gw putus asa.

(berenang)



untung, ghea akhirnya datang bersamaan dengan supir yang baru saja masuk ke dalam travel. aku melihat wajahnya yang tampak bingung karena harus duduk di kursi belakang, bukan di sebelah gw. matanya langsung menatap penuh harap ke arah eja, memohon untuk bertukar tempat. gw menahan eja supaya tidak menuruti keinginan ghea.



sayang, kamu masih
marah sama aku?

Sender : My Boo



tiba-tiba ghea mengirim sebuah text message, padahal dia duduk persis di belakang gw. lalu gw pun mebalas ;



boleh tau alasan
kamu telat?

Sender : My_$weetHeart



kamu bisa liat kan
hari ini aku tampil
beda?

Sender : My Boo



aku suka kamu, bukan
baju kamu atau mini
skirt kamu.

Sender : My_$weetHeart



it means, kamu lebih
suka aku naked?

Sender : My Boo



itu teh pernyataan,
pertanyaan, atau
penawaran? hahayy

Sender : My_$weetHeart



tergantung budget
cost kamu adanya
berapa.

Sender : My Boo



cih... bawa2 pelajaran.
iya deh yg IP nya lebih
gede dari aku.

Sender : My_$weetHeart



jangan bawa2 SARIP dunx.

Sender : My Boo



SARIP teh naon?

(SARIP tuh apa?)

Sender : My_$weetHeart



suku, agama, ras, dan
indeks prestasi!

Sender : My Boo



hahayyy... miss me
already?

Sender : My_$weetHeart



always! sayang, maafin
aku yah? 

Sender : My Boo



peluk aku dari belakang,
or i won't forgive you!

Sender : My_$weetHeart



beberapa detik kemudian, gw merasa leher gw dipeluk dengan erat oleh kedua tangan ghea. tapi beberapa menit sesudahnya, gw baru sadar kalau leher gw dicekik, bukan dipeluk!!!



*****
VU Medisch Centrum, Amsterdam
"have you called him, yet?" tanya panji kepadaku. dia baru saja selesai mandi, sedang sibuk bercukur di depan wastafel sehingga aroma citrus aftershave gel nya langsung memenuhi seluruh ruangan.



"aku cuma kirim e-mail aja nji, dan belum ada balesan. mugkin argi lagi sibuk." jawabku sambil menatap layar pda dengan penuh harap.



"sibuk sama pacarnya? or sibuk sama acara pernikahan teh dea?" tanya panji.



"mungkin dua-duanya nji. menurut kamu, aku harus gimana atuh?"



"call him!" jawab panji sambil berbalik memandang ke arahku, meninggalkan rutinitas bercukurnya sejenak.



"takut telpon aku ngga diangkat sama argi nji. sekarang aku siapa sih?"



"gusti nu agung, bisa kualat si argi kalau telpon dari kamu ngga diangkat sof!"



"hahaha... bisa gitu ya nji? sekarang teh di indo udah jam lima sore, gpp kalau aku telpon dia sekarang?"



"give it to me!" ujar panji setengah kesal sambil merebut telpon dari tanganku.



aku tidak bisa menolak, atau aku memang tidak mau menolak? panji mulai menekan keypad untuk menghubungi nomor argi. setelah tersambung, panji langsung menekan tombol shortcut loudspeaker kemudian menyerahkan hp itu kearahku. awalnya aku menolak untuk berbicara di telpon. aku malu. tapi sewaktu mendengar suara argi yang menggema lewat speakerphone, aku menyerah. aku memutuskan untuk berbicara dengannya di telpon. sumpah, aku kangen denger suaranya.



"halo? sampurasun? rampes. naha ngga ada yang jawab?" sahut argi di ujung telpon sana. ini sudah yang keberapa kalinya argi berkata 'halo' karena tidak kunjung aku jawab.

(naha : kenapa)



"gi, ini sofi." jawabku malu-malu. panji kemudian duduk disebelahku, mendengarkan percakapan kami berdua dengan seksama.



"SOPI!!!!!! waaaaaaaaaa......." teriak argi dengan kencang. aku sampai menutup lubang speakerphone saking kencangnya, takut dimarahi suster karena terlalu berisik.



"ssst...gandeng ah."

(ssst...berisik ah.)



"SOPIIIII!!! AING SONO PISAN KA MANEH BEUL!!!"

(sopiiiii!!! aku kangen banget sama kamu sop!!!)



*see?* bisik panji di telingaku sewaktu mendengar suara argi barusan.



"aku ganggu kamu ngga?" aku langsung meringis kesakitan karena panji mencubitku dengan kencang. lalu dia bilang, 'pertanyaan ngga penting, sof!'



"lumayan sop. aku teh baru nyampe pisan lah disini. kamu lagi apa?" tanya argi dengan suaranya yang agak sedikit serak.



"lagi telpon kamu. hehehe." aku tertawa garing. bingung harus jawab apa.



"puguh eta mah euy! ehem ehem..." balas argi. sesaat aku mendengar suaranya benar-benar serak.

(udah jelas atuh kamu lagi telpon kamu!)



"kamu sakit gi?"



"iya sop. mau tau aku sakit apa?"



"kamu beneran sakit???"



"iyaaaa. saking kangennya sama kamu, aku jadi sakit nih. tenggorokan aku serak, bibir aku juga pecah-pecah. udah lama ngga dicium sama kamu soalnya."



panji langsung tergelak di bahuku, dia berusaha menutup mulutnya supaya suaranya tidak terdengar oleh argi. sekarang, giliran aku yang mencubit panji dengan keras.



"itu mah panas dalem gi. ngga ada hubungannya sama aku." jawabku (berusaha) setenang mungkin. padahal aku dan panji tak kuasa menahan tawa sewaktu mendengar jawaban argi yang super gombal tapi terdengar norak!



"ada atuh sop. suara aku teh jadi serak gara-gara apa cik?"

(cik : coba)



"emang gara-gara apa gi?"



*let me guess, pasti jawabannya jauh lebih gombal.* bisik panji dengan pelan sambil menahan tawa.



"kamu ngga tau kan kalau tiap malem aku sering mimpiin kamu, sop. tiap malem aku ngigau, teriak-teriak nama kamu terus. makanya suara aku serak gini deh."



*aku dan panji saling menatap satu sama lain selama beberapa detik. setelah itu kami langsung menutup mulut kami masing-masing lalu tertawa sekencang-kencangnya.*



"sop?? halooo??" suara argi terdengar memanggil aku yang sedang menutup mulutku ini dengan bantal supaya suara tawanya tidak terdengar.



"eh iya gi, ada apa? maaf, tadi habis matiin kompor." jawabku asal.



*matiin kompor??* bisik panji dengan tatapan mata penuh tanya. aku lalu meninju perutnya supaya dia diam.



"kamu lagi masak? eh iya sop, kamu kapan dateng? aku udah ngga sabar nih pengen ketemu kamu."



"insyaalloh, pageto. oh iya gi, aku teh ada yang mau ditanyain sama kamu."

(pageto : lusa)



"lusa? oke deh. kamu mau tanya apa sop?"



"gini, nanti kalau aku udah sampai di adi sumarmo, dari airport ke tempat tujuan teh naik apa gi?"



"hmm... kalau tadi mah aku naik taksi sof. cuma emang agak jarang sih. bisa juga naik mobil carteran, di deket airport ada banyak tuh."



"oke. nanti supir taksi atau supir mobil carterannya tau ngga jalan menuju tempatnya? aku kan baru pertama kali kesana gi?"



"kalau supir taksi yang tadi aku naikin mah tau sof. bilang aja di deket borobudur, nanti juga dia ngerti."



"lama ngga itu teh gi?"



"lumayan sop, dua jam lebih. maaf ya jadi ngerepotin kamu."



"santai aja gi. kalau taksi atau mobil carteran ngga ada, gimana? ada alternatif lain?"



"hmm... tunggu sebentar sop, aku mau tanya dulu."



"iya gi."



"sop?"



"gimana gi?"



"kamu nanti mau nyampe di bandara jam berapa? kata mamah, aku sama mang oleh nanti jemput kamu disana."



"serius gi? maaf ya aku jadi ngerepotin kamu. kalau jadwal di tiket mah, sekitar jam dua belas gi."



"jam dua belas??? ngga jumatan itu teh?"



"mudah-mudahan masih sempet gi. habis mau gimana lagi, jadwalnya ngga mungkin bisa dirubah."



"ya udah gpp sop. nanti aku pasti jemput kamu."



"makasih ya gi."



"cepet pulang ya sop."



"iya gi."



"kamu tau ngga sop?"



"tau apa gi?"



"kamu tau ngga, ceria apa yang bikin pegel?"



"itu teh tatarucingan gi?"

(tatarucingan : tebak-tebakan)



"iya sop. hahayyy."



"aku ngga tau ah."



"ceriak-ceriak nama kamu tiap malem sop! sumpah aku kangen banget."



"maksa! huhuhu. ya udah gi, aku mau lanjut ngerjain pekerjaan yang lain. haturnuhun pisan udah mau direpotin." aku mengucapkan kata-kata persis dengan yang panji bisikkan ditelingaku, aku memang memintanya untuk memberi tahu jawaban yang harus aku ucapkan kepada argi.



"yahhh... padahal aku masih kangen. ya udah deh, sama-sama sop. miss you..."



"sama-sama juga gi. " jawabku singkat lalu langsung menutup telepon.



"see? pacarnya yang sekarang cuma ngontrak aja sof. but, his heart still belongs to you! ucap panji sambil melingkarkan tangannya di pundakku sesaat setelah aku menutup telpon.



"i hope so, nji. mikirin argi cuma buat aku jadi tambah gila!" balasku sambil balas merangkul pundak panji, seorang sahabat terbaik yang pernah aku miliki.



"you know? you can call it madness, but i call it LOVE!"



"so, in other way, i could say that love only drives you into madness? asa mahiwal nya nji?"

(asa mahiwal nya ji? : rasanya aneh/mustahil ya nji?)




"sofi... you doesn't need to think alike to love alike. so, there are whose believes in love, believes the impossible too."



"eta pisan nji! padahal dulu teh aku udah janji untuk ngga akan pernah lagi mikirin atau suka sama argi. udah cukup."

(itu banget nji!)



"itu mah yah sof, kalo kata albert einstein mah, itu teh namanya DIPOYOK DILEBOK!!!" teriak panji di kuping aku dengan sangat kencaaaaang sekali.

(dipoyok dilebok : termakan omongan sendiri / menelan ludah sendiri, dll.)



"GODVERDOMME!!!" balasku berteriak di telinga panji sambil mencubit bagian belakang lehernya.



"hahahahahaha." kami berdua tertawa kencang sekali sampai berurai air mata.



memang benar kata orang, pacar boleh datang dan pergi, tapi sahabat sejati selalu ada di hati. selalu ada disaat kita merasa hampa, kapanpun dan dimanapun.



*****
Schiphol International Airport, Amsterdam
lumpia, lumpia, lumpia basah
makanan lezat murah meriah
dijual di pasar dan di sekolah
sampai rumah ke rumah

bakpia, bakpia, bakpia patok
kue jogja kecil dan mencolok
sakit encok, sakit gondok, atau gigi bengkok
dijamin sembuh besok



lantunan suara lagu dari padhayangan project, akronim dari nama almamater mereka di bandung ; padjadjaran dan parahyangan, mengalun empuk di telingaku. aku memperbesar volumenya, sehingga kami berdua bisa mendengar lebih jelas lagi liriknya yang kocak. earphone sengaja kami share, satu ditelingaku dan satu lagi di telinga panji. saat ini, aku dan panji sedang menunggu boarding disebuah lounge yang ada di airport, lounge yang disediakan khusus oleh sebuah maskapai penerbangan untuk passangernya yang bepergian menggunakan pesawat dari maskapai tersebut. berhubung panji yang memesan tiket pesawat, mau tidak mau aku ikut duduk di lounge itu. lounge ini memang terasa sedikit lebih nyaman dan tidak terlalu crowded seperti di lounge tempat aku biasa menunggu.

aku melihat panji sedang sibuk 'menggelar dagangannya', yaitu beberapa buah gadget yang berserakan di atas meja. aneka rupa gadget itu terkoneksi dengan dua buah laptop, satu buah pc tablet dan printer ukuran mini. lalu aku diminta panji untuk membantunya mengawasi layar di monitor laptop yang sedang memantau pergerakan harga saham di beberapa lantai bursa dunia. grafik harga saham yang sangat fluktuatif itu benar-benar berubah setiap detiknya. panji kemudian bercerita kepadaku bahwa main jobnya sebagai seorang karyawan di sebuah kantor akuntan publik membuat dia terpaksa harus ikut terjun langsung menangani berbagai macam bisnis yang dijalankan oleh klien layaknya seorang konsultan keuangan. salah satunya ya seperti yang sedang ia lakukan saat ini, mengawasi perkembangan terkini lantai bursa untuk memastikan investasi yang dilakukan oleh kliennya itu berjalan dengan aman dan terkendali.

setelah beberapa menit berlalu, ternyata ada pergerakan yang cukup signifikan dari beberapa buah saham di beberapa lantai bursa. aku langsung membantu panji yang sedang sibuk bercakap-cakap di telepon dengan beberapa orang sekaligus untuk menjual saham milik mereka. kurang lebih, ada sekitar delapan ratus lot lebih transaksi yang aku bantu, setara dengan empat ratus ribu lebih lembar saham yang nilai jualnya mencapai jutaan dolar. tanganku mengetik tuts keyboard sambil bergetar hebat begitu mengetahui nilai transaksi yang terjadi saat ini. hanya dalam waktu kurang dari lima belas menit, ada seorang klien yang mendapat keuntungan sampai ratusan ribu dolar. ya walaupun aku tahu, bermain saham seperti ini selain untungnya yang lumayan besar. kerugian yang mengancam pun tak kalah besarnya. hal itulah yang membuat panji enggan menyarankan kliennya untuk berinvestasi di lantai bursa.

setelah semuanya beres, aku dan panji langsung terkapar lemas di sofa. dinginnya ac pun tak sanggup menahan cucuran keringat kami berdua waktu itu. walaupun panji sudah terbiasa dengan rutinitas ini tetapi tetap saja rasa panik selalu datang menghampiri. akhirnya, aku berinisiatif untuk membelikan satu cup caramel macchiato ukuran grande untuk panji, sementara aku memesan satu cup frappuccino caramel ukuran tall. lumayan untuk sekadar penghilang stress.

setelah tenang, aku ikut membantu panji membereskan 'barang dagangan' yang ada di atas meja. setelah itu, aku lalu mengantar panji menuju transfer counter untuk melaporkan baggage apa saja yang kami bawa. berhubung perjalanan ke solo memerlukan satu kali transit di changi, kami harus melakukan baggage claim di sini, sehingga barang-barang kami aman sampai tujuan dan tak perlu repot-repot lagi melakukan baggage claim sewaktu transit yang biasanya sangat rawan kehilangan atau tertukar. pastinya, kami berdua pun tak harus membayar biaya ekstra untuk melakukan semua hal tersebut. setelah urusan tetek-bengek ini selesai, kami kembali bersantai di sofa yang ada di lounge, menunggu waktu yang tersisa kurang dari satu jam.

aku kembali memutar lagu mulai dari padhayangan project sampai doel sumbang, dari kahitna sampai peterpan, dari vina panduwinata sampai hetty koes endang, semuanya aku save dalam playlist pop_aseli_ti_bandung di ipod. earphone pun kembali aku share dengan panji, sehingga kami berdua bisa kembali menikmati damainya suasana lounge sambil menyeruput secangkir kopi. terkadang kami ikut bernyanyi sewaktu masing-masing lagu favorit kami diputar sambil sesekali tertawa kencang, lagu-lagu jaman baheula yang mengingatkan kami berdua tentang masa nostalgia sewaktu kami dulu bersekolah di jalan belitung, bandung. kota kembang, kota midang.



bakpia, bakpia, bakpia patok
makan satu badan menjadi montok
kacang ijo, telor ceplok disemen dalam tembok (plok!!)
jadi bakpia patok

lumpia, lumpia, yang tetap basah
istimewa isi daging rusa
gurihnya, nikmatnya, mmh berjuta rasa
aduh lumpia basah



dua bait lirik lagu yang terakhir kami dengar sebelum kami bersiap-siap take-off untuk pulang ke tanah air. semoga perjalanan kali ini menyenangkan.



*****
Changi Airport, Singapura
hampir dua belas jam lamanya kami berada di dalam pesawat sebelum akhirnya transit di sini. sewaktu beranjak dari kursi, rasanya pantat ini luar biasa panasnya terasa, seakan-akan pantat kami sudah meleleh dan menyatu dengan kursi. waktu transit nya sendiri cukup lama, atau bahkan terlalu lama ; empat jam lebih! saat berjalan menuju terminal satu, aku berfoto-foto sebentar dengan panji di atas jembatan yang berdiri di atas sebuah kolam ikan yang dikelilingi hijaunya pepohonan dan cantiknya bunga anggrek, benar-benar terasa seperti sebuah 'oase' yang ada di tengah hiruk pikuk bandara. menunggu waktu selama itu, panji lalu mengajakku berjalan-jalan mengelilingi bandara changi yang lebih tepat disebut mall, bukan bandara! bahkan beberapa toko yang ada disini memberi jaminan uang kembali dalam 30 hari kalau kita bisa menemukan barang yang sama tetapi dengan harga yang lebih murah selain di toko tersebut. luar biasa! mungkin kalau di indonesia, slogan itu berubah menjadi 'uang akan kembali dalam 30 hari kalau ada barang yang lebih mahal dari toko kami!' hehehe.

saat masuk disebuah toko pakaian, aku iseng mencoba salah satu baju yang dipajang di etalase. saat aku keluar dari ruang ganti dengan muka cemberut, panji lalu bertanya ;
"kenapa sof?" tanya panji sambil melihat-lihat handphonenya.



"aku suka baju yang ini nji." ujarku sambil menarik-narik baju tersebut ke bawah.



"hmm... bagus. ya udah, beli aja sof." ucap panji sambil sekilas memperhatikan baju itu.



"tapi modelnya asa aneh ngga nji?? atau cuma perasaan aku aja??" tanyaku sekali lagi sambil melihat bayangan diri di sebuah dinding yang terbuat dari kaca.



"aneh? coba kamu puter badan sebentar sof." pinta panji. aku lalu memutar badan di depan panji sementara panji memperhatikan aku dengan seksama.



"gimana nji? modelnya emang aneh, tapi aku suka."



"sof, i think, i know what the problem is. bukan bajunya yang aneh, tapi kamu!" goda panji sambil menunjuk ke arahku.



"sialan kamu nji! aku serius nih!"



"sof, coba deh kamu balik lagi ke fitting room." ucap panji sambil mendorong paksa aku ke fitting room.



"ngapain nji? ini ukurannya udah bener lho."



"ok, ukuran mungkin udah bener. tapi cik atuh sof, kamu pakai baju teh yang bener."



"lho, emang bajunya kenapa nji??"



"bajunya sih ngga masalah, tapi kamu pakai bajunya yang kebalik!!!!!" ucap panji sambil menyuruhku masuk ke dalam fitting room.



waktu berada di dalam, aku baru menyadari kalau baju yang aku paki ini terbalik. buru-buru aku melepasnya, lalu membayar secepat kilat sambil menutup muka dengan tangan saking malunya! heu...

ketika waktu yang tersisa (masih) tiga jam lagi, aku meminta panji untuk menemani aku mengambil paket Free city tour yang tulisannya terpajang jelas disebuah counter dekat terminal 2. aku sampai membelalakkan mata saking tak percayanya sewaktu membaca tulisan ; FREE city tour. panji kemudian mengiyakan dan jadilah kami berdua jalan-jalan keliling kota selama satu setengah jam lebih. bahkan baterai cadangan untuk kamera pun terpaksa aku gunakan karena tidak mau melewatkan momen-momen indah yang ada disini.

setelah lelah berkeliling, kali ini giliran panji yang minta ditemani mencari buku di sebuah toko buku di bandara yang koleksi bukunya cukup lengkap, bahkan ada beberapa buah novel indonesia yang dipajang disana. selesai membeli buku, aku lalu duduk menunggui panji yang sedang potong rambut disebuah salon yang (lagi-lagi) ada di bandara. coba di soetta ada fasilitas yang komplit seperti ini, pasti betah deh aku lama-lama disana. soalnya seingatku, setiap kali sampai di soetta, selain hawa panas yang datang menyerbu, tetapi juga ada tukang parfum yang dengan agresifnya menjual dagangan berupa parfum abal-abal, kemudian ada anak-anak -yang entah dari mana asalnya- sedang bermain kejar-kejaran, dan beberapa hal aneh lainnya yang cuma bisa ditemui di soetta. indonesia memang ruarrrr biasa deh. ngga ada tandingannya.



*****
Solo, Jawa Tengah
"assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokaaaatuh..."



terdengar suara imam menggaung di seluruh penjuru masjid melalui corong speaker, pertanda bagi ma'mum untuk mengucap salam kemudian menengokkan kepalanya ke arah kanan lalu ke arah kiri. prosesi solat jumat pun selesai sudah. masjid yang semula sepi kembali menjadi gaduh saat para jamaah menyalami jamaah lainnya. ada juga yang membaca doa terlebih dahulu kemudian melaksanakan solat sunat badiah jumat, tapi tak sedikit pula jamaah yang main selonong boy, hanya mengucap doa sekadarnya kemudian langsung pergi meninggalkan masjid. dulu, sewaktu kecil, aku pun termasuk kelompok yang seperti itu, datang paling akhir tapi pulang paling awal. ngga tau deh, dapet pahala atau ngga. maklum, namanya juga anak-anak. hehehe.

alhamdulillah ternyata kami berdua masih sempat melaksanakan solat jumat di sebuah masjid yang ada di dekat bandara. sewaktu kami sampai di bandara adi soemarmo, ternyata argi dan mang oleh sudah lebih dulu berjaga di terminal kedatangan, sehingga kami tidak perlu repot-repot mencari. sambil mendorong troli yang penuh berisi barang, kami bertiga sempat melakukan ritual kangen-kangenan sebentar. awalnya argi terlihat sangat terkejut sewaktu melihat panji datang berdua bersama aku. panji dan aku memang sudah sepakat untuk tidak menceritakan kalau kami berdua memang berangkat bersama dari belanda. aku hanya bilang kami saling menunggu satu sama lain, dan untungnya argi langsung percaya begitu saja. hehehe.

selesai solat jumat, sebelum pergi ke tempat tujuan panji minta diajak untuk pergi ke pasar klewer karena ingin mencicipi tengkleng yang cukup terkenal disana, tengkleng yang ada di dekat bundaran menuju arah sukoharjo. panasnya cuaca kota solo justru membuat nafsu makan semakin menjadi, kami semuanya tidak ada yang tidak nambah sewaktu menikmati tengkleng disini, argi saja sampai menambah tiga kali. aku dan panji akhirnya sepakat bahwa seenak-enaknya makanan di luar negeri, atau semewah-mewahnya makan di hotel berbintang, tetap saja jajanan khas warung pinggir jalan seperti ini terasa jauh lebih nikmat dan ngangenin. bahkan, di belanda saja, harga makanan indonesia yang dijual disana bisa mencapai sepuluh kali lipat dari harga di indonesia. itu pun minus rasa khas dan suasana ala indonesia yang tidak akan bisa dibeli disana. sewaktu kami sedang asik bersantap dan mengobrol panjang lebar di warung makan itu, tiba-tiba terdengar lagu prau layar yang membuat suasana menjadi semakin 'njowo' lagi. bahkan kami bertiga sampai ikut bernyanyi sewaktu lagu ini diputar sampai orang-orang disekitar kami mendelik heran. maklum, namanya juga orang rantau yang baru pulang ke indonesia. sudah pasti aku dan panji kangen dengan suasana-suasana spontan seperti ini. kami bertiga pun lalu bernyanyi ;

Tidak ada komentar:

Posting Komentar