Kamis, 28 Mei 2015

Cerita Secangkir Kopi Chapter Lanjutan 53

"atulah..... harga tiketnya berapa sih? nanti aku ganti."



"udah ngga usah. sayang duitnya gi. aku juga minta izinnya cuma lima hari."



"kamu masih sayang kan sama aku?"



aku cuma mengangguk pelan....



"bagus. berarti kamu harus ikut aku ke bandung."



"tapi gi...."



"sekarang aku udah tau semuanya.... aku ngerti apa yang kamu rasain. dan aku juga terima semua keputusan kamu. tapi bukan berarti kamu harus ngehindar dari aku."



"aku ngga menghindar, aku cuma...."



"cuma apa? udah deh, i'm still in love with you."



"sekarang aku udah bukan siapa-siapa kamu lagi."



"i'm still in love with you, and i want to continue in love with you in many ways."



"inget gi, sekarang aku temen kamu, sahabat kamu. dan cuma sebatas itu. ngga lebih."



"ceuk saha??? da maneh mah lain babaturan aing."

(kata siapa??? kan kamu mah bukan temen aku.)



"kok kamu ngomongnya gitu sih???"



"sori sop, aing mah lain sobat maneh, lain babaturan oge. ngan aing teh dulur maneh sop..."

(sori sop, aku mah bukan sahabat kamu, bukan juga temen kamu. tapi aku itu saudara kamu sop...)



"........................................................................................................."



"eta mah nggeus moal bisa dirubah, sop. maneh dulur aing sampai mati!!! keureut ceuli aing!!!"

(itu udah ngga bisa dirubah lagi, sop. kamu saudara aku sampai mati!!! potong telinga aku kalau aku bohong!!!)



"........................................................................................................"



******
Beberapa Hari Kemudian.....




Taman PLN (Pengky), Jalan Bali




"aku jadi inget......" ucapku sambil tersenyum.



"inget sama?" tanya argi sambil menoleh ke arahku.



"dulu, duluuu.....banget. waktu jaman-jamannya pls, aku sama kelompok aku duduknya di sebelah sana...." ucapku pelan sambil menunjuk ke sebuah sudut di dekat sebatang pohon yang ada di pengky.



"kamu masih inget??" argi menyikut bahuku dengan pelan.



"masih. biasanya, waktu aku lagi makan, kamu sering lewat depan kelompok aku. dan tiap kali kamu jalan, pasti ada bunyi ngagesreknya."



"masa??"



"iya. habis kamu kalau pakai sepatu teh suka asal. sekarang juga buktinya masih kaya gitu...." aku mencibirnya sambil melihat ke arah sepatu yang sekarang dipakai argi.



"hahayyy..."



"kamu inget ngga, kalau kamu paling sering beli batagor di sini?" tanyaku sambil menoleh ke belakang, tempat biasanya mamang batagor dan gerobaknya berjualan.



"ya iyalah... emang yang jual batagor di sini siapa lagi atuh?? orang cuma ada satu."



"tapi kamu pasti ngga inget, kalau tiap kali kamu lagi makan batagor, aku sering ikutan beli juga terus pura-pura makannya teh di sini. aku sengaja. soalnya pengin liatin kamu dari deket."



"yang bener ah??"



"sebenernya mah kita sering duduk sebelahan tau waktu lagi makan batagor. kamu juga sering lelendotan di punggung aku da. tapi kamunya aja yang ngga nyadar."



"terus terus.... aku biasanya suka ngapain aja kalau lagi di sini?"



"ya macem-macem atuh. yang jelas mah kalau ada kamu sama temen-temen, pasti gandeng pisan. beneran berisik tau gi. kalau aku ngga suka sama kamu, ngga ngecengin kamu, aku pasti hoream duduk deket-deket kamu."

(hoream : males)



"meni kitu sama aku teh..."



"da emang. habis kamu teh, udah mah orangnya berisik, kalau duduk juga ngga bisa diem, malah sering loncat-loncat di kursi."



"hahahaha.... atuh namanya juga masih muda sop. darah mudaaaaaa....."



"tapi emang dasar akunya yang bego. udah tau kamu kaya gitu, eh masih aja ngedeketin."



"adeuh adeuh... wirrr wirrrr...."



"tapi kan sekarang gantian.... jadinya malah kamu yang pengin deket-deket sama aku terus."



"tah eta, leressssss pisan."

(nah itu, banerrrrrr banget)



"dulu aku ngga pernah nyangka.... sama sekali ngga pernah nyangka kalau sekarang kondisi kita jadi kaya gini." ucapku dengan suara yang parau sambil menyandarkan kepala di bahu argi.



argi cuma bisa terdiam sambil mengusap-ngusap rambutku. lalu kami berdua menatap kosong ke arah lapangan yang ditumbuhi banyak pepohonan rimbun itu. aku berusaha untuk memutar kembali rekaman kejadian-kejadian yang pernah aku dan argi alami di lapangan ini. kami pernah berbaris di lapangan ini, dibentak-bentak kakak kelas, dihukum push-up di bawah pohon masih dengan seragam putih smp dan celana pendek berwarna biru. waktu itu, aku masih aku dan argi pun masih argi. namun seiring berjalannya waktu, aku dan argi berubah menjadi kita. menjadi kami berdua. lalu ibarat sebuah roda yang terus berputar, nasib kami sekarang pun akhirnya harus kembali ke titik semula. titik dimana aku masih menjadi aku, dan argi masih menjadi argi. bukan kita, bukan pula kami.


mungkin jalannya memang harus seperti ini. ketika awalnya aku dan dia berasal dari jalan yang berbeda sampai akhirnya pada suatu waktu kami diizinkan untuk bertemu di sebuah jalan yang bernama belitung delapan. dan cerita pun berawal dari sebuah gedung sekolah. di gedung itu, selama beberapa tahun lamanya, kami diberi kesempatan untuk bisa terus berjalan beriringan, berdampingan satu sama lain, dengan fragmen-fragmen cerita yang silih berganti seiring waktu yang terus mengalir tanpa henti.


menjelang dewasa, lagi-lagi kami masih diberi kesempatan untuk menempuh jalan yang sama. kali ini di sebuah jalan yang bernama jalan ganeca. mungkin, dibandingkan dengan belitung delapan, perjuangan kami berdua untuk bisa tetap berjalan beriringan di jalan ganeca itu jauh lebih sulit. sampai pada akhirnya, ternyata jalan ganeca lah yang menjadi persimpangan terakhir untuk aku dan argi dikarenakan tuntutan sebuah keadaan yang pada akhirnya keadaan tersebut membuatku harus mengambil jalan yang berbeda dari argi. kali ini, tak lagi beriringan ataupun berdampingan, namun bersisian.



"sop... kenapa harus sd yang lama belajarnya enam tahun? kenapa bukan sma aja?" tanya argi sambil menarik-narik ujung rambutku.



"atuh nanti kaburu tua manten. mau kuliahnya umur berapa??"



"ngga tau."



"gi, besok kamu mau nganter aku ke airport ngga?"



"ya mau lah. malah penginnya sih aku nganter kamu sampai ke sana, terus tinggal di sana juga. biar aku bisa deket-deket sama kamu terus."



"ngaco. orang kuliah kamu aja belum beres. eh, kamu teh udah beli tiketnya belum? nanti besok aku berangkat jam berapa ih?"



"wah, teuing atuh da yang beliin tiketnya mah si panji. bukan aku."



"ai kamu..... katanya kamu yang mau gantiin tiket aku, kenapa malah nyuruh panji? ngga bertanggung jawab pisan jadi orang teh."



"atuh... aku kan lagi ngga ada cicis, makanya pinjem dulu ke panji. jadi ya sekalian aja dia yang beliin tiket. hahayyy."



"heu... dasar ucing!!! bikin esmosi jiwa aja kerjaannya teh!!!"



"eh udah atuh... jangan galak-galak. kan ini teh lagi kangen-kangenan."



"awas aja kalau besok tiketnya ngga ada! aku ngga mau tau gimana carannya yang penting, besok aku harus pulang!"



"rumah kamu kan di bandung....."



"ARGI!!! AKU SERIUS!!!"



"ya tuhaaaaaaan.... iya iya... aku janji besok tiketnya udah ada. kalau ngga ada juga nanti aku pasti anter kamu pulang. rek ngojay ge hayu lah urang mah."

(mau berenang juga hayu-hayu aja aku mah)



"asiiiiik, aku pulangnya nanti naik lumba-lumba. huhuhu."



"tuh aku mah demi kamu rela sop jadi apa aja juga. jadi ucing, hayu. jadi lumba-lumba ge hayu. komo kalau aku disuruh jadi pacar kamu. hayu pisan!"



"yeeee..... maunya kamu itu mah. gi, kamu kapan mau putus sama si ghea?"



"hah??? putus??? emang aku putus gara-gara apa???"



"ya ngga tau. siapa tau kamu pengin putus sama si ghea."



"ya ngga lah! ma-maksud aku, kalau ngga ada apa-apa, ngapain juga putus? emang kenapa sop, kamu ngga suka aku pacaran sama si ghea?"



"emang ngaruh ya kalau misalnya aku bilang ngga suka?"



"ya ngaruh pisan atuh. kalau kamunya ngga suka, ya udah nanti aku putusin ghea. tapi aku bingung euy.... alesan buat mutusinnya apa atuh?"



"seriusan itu teh kamu mau mutusin dia?"



"lho, tadi kamu bilang ngga suka. ya udah, aku mah ikut apa kata kamu aja maunya gimana."



"ah, kalau misalnya putus sama ghea juga percuma. pasti besoknya udah jadian lagi sama cewe lain."



"ya iyalah cewe lain... masa cowo lain?? aku kan cuma mau pacaran sama kamu aja. yang lainnya ngga."



"kalau misalnya sama panji, gimana? mau ngga?"



"ha?? si aa?? gelo!"



"gelo kenapa ai kamu? daripada pacaran sama cowo ngga jelas...."



"ya gelo aja. aku sama dia kan sahabatan. masa pacaran??? makanya tadi aku bilang, aku ngga akan pacaran sama cowo lain selain kamu. mending sekalian pacaran sama cewe."



"ya udah aku ralat lagi. daripada kamu pacaran sama cowo atau cewe ngga jelas...."



"kamu ngapain sih nyuruh aku pacaran sama si aa?? kurang kerjaan pisan. aku kan sekarang kondisinya udah baikan. udah ngga se-desperate dulu lagi. udah ngga labil."



"ya siapa tau kamu hbl, haus belaian lekong."



"hahahayyyy.... ya ngga atuh. aku mah hbs, haus belaian sipo-sipo."



"gi.... nanti yang jagain kamu waktu aku ngga ada, siapa?"



".................................................................................................."



"si ghea bisa jagain kamu ngga?"



"hmm.... aku kan bisa jaga diri aku sendiri. ngga harus bergantung sama orang lain."



"bener?"



"mudah-mudahan."



"gi, aku tuh sayang sama kamu."



"iya aku tau."



"kamu masih sayang sama aku ngga?"



"banget...."



"makasih ya gi...."



"buat?"



"ya itu tadi... makasih karena kamu masih mau sayang sama aku. padahal sekarang aku udah bukan siapa-siapanya kamu lagi."



"dulu juga gitu kan?"



"dulu?"



"iya dulu. sebelum kita jadian, sebelum kamu jadi siapa-siapanya aku. aku kan udah sayang duluan sama kamu. kalau ngga gitu, ngga mungkin aku tiba-tiba nembak kamu tanpa alesan."



"......................................................................................"



"setelah jadian sama kamu, aku jadi tambah sayaaaaaaaang lagi sama kamu. sampai sekarang. dan mudah-mudahan nanti seterusnya juga kaya gitu."



"amin. tapi nanti mah sayangnya cuma sebates saudara aja ya gi?"



"kalau lebih dari itu, ngga boleh?"



"ngga boleh."



"kamu jahat."



"bukannya aku galak?"



"galak? kenapa galak?"



"lho, kamu kan sering bilang kalau aku teh galak."



"iya juga sih. galak..... tapi ngangenin."



"kamu juga ngangenin."



"sop...... sumpah aku ngga akan nyesel pernah sekolah di ****."



"aku juga. i love belitung delapan."



"banget!"



*****
Keesokan Harinya.....




Changi Airport, Singapore




aku langsung berjalan cepat menuju ke arah deretan kursi yang memanjang menuju arah lobby. sambil melihat kanan kiri, dan memastikan ada sebuah tanda hot spot area, aku lalu membuka tas laptop dan mengeluarkan isinya. dengan perasaan tidak sabar, aku segera membuka browser kemudian membuka situs yahoo untuk mengecek e-mail. sambil memangku laptop, jari jemariku lincah memasukkan id user dan password. tak beberapa lama, masuklah aku ke halaman web antar muka e-mail yahoo, dan buru-buru aku membuka inbox.


ada beberapa e-mail yang belum sempat aku buka hari ini. mungkin ada sekitar sepuluh lebih. tapi mataku dengan teliti memilah-milah email tersebut sampai akhirnya menemukan sebuah kiriman dari argi. ya, tadi sewaktu ia mengantarku ke airport, argi sempat berjanji untuk mengirim sebuah e-mail khusus. tadinya dia mau menulis surat, tapi katanya udah ngga jaman kirim-kiriman surat. mau ngomong langsung pun susah dan malu, katanya. jujur, aku makin penasaran apa sebenarnya yang mau dia ungkapkan. soalnya jarang-jarang dia merasa malu untuk mengungkapkan sesuatu. argi kan orangnya blak-blakan banget. dan setelah kiriman e-mailnya aku buka, dengan mata yang berkaca-kaca, aku membaca lagi, lagi, dan lagi e-mail yang dia kirim. rasanya ingin segera kembali lagi ke bandung. tapi sayang, aku ngga bisa.




From : silumbalumba@xxxxx.xx

To : Sofi_Ardan@xxxxxxx.xxx




Maaf kalau aku ngga berani ngomong langsung sama kamu.



sop, aku tau kamu ngga bosen-bosennya ngingetin aku supaya bisa move on dan ngelupain masa-masa itu. kamu juga ngelarang aku untuk nungguin kamu. aku ngerti. dan aku tau kenapa. tapi, buat saat ini, entah kamu setuju atau ngga, tapi aku rasa menunggu jauh lebih baik daripada melupakan. meskipun yang namanya menunggu adalah hal yang sangat tidak pasti. karena yang aku lakuin cuma nunggu sebuah harapan kosong yang mungkin tiba-tiba muncul waktu aku lagi diem sendiri sambil ngelamun. sekalipun hasil dari menunggu itu nantinya bikin aku ngerasa kecewa atau bikin aku ngerasa sakit sesakit-sakitnya. tapi sekali lagi, aku tetep lebih milih nunggu daripada harus ngelupain kamu.


kenapa? karena aku belum siap, belum bisa dan ngga akan pernah siap untuk ngelupain seseorang yang pernah ngisi hari-hari aku, yang selalu nemenin aku dalam kondisi apapun, yang sering bantu aku, atau yang lainnya walau itu waktunya ngga terlalu lama dan walau kamu juga udah ngasih ending yang sama sekali ngga pernah aku harapin.


nyoba untuk lupa sama kenangan masa lalu sangat susah dibanding nunggu sesuatu yang ngga pasti di masa depan. nyoba buat ngehapus semua bayang-bayang kamu dari otak aku, dari hati aku, jauh lebih susah daripada nunggu dan berharap kamu nengok ke sini, ke arah aku lagi. nunggu itu emang ngga enak, bahkan bikin sakit hati. tapi yang namanya nunggu mungkin akan punya kesan tersendiri kalau misal hasilnya sama kaya apa yang kita harapin dari awal.


nunggu itu beda sama ngelupain. yang menurut aku, ngelupain tanpa berusaha untuk nunggu itu sama aja kaya orang pesimis yang belum nyoba sesuatu tapi udah mundur duluan. banyak yang bilang kalau kesempatan ngga akan dateng dua kali, tapi menurut aku, masih ada kok kesempatan-kesempatan yang hampir sama dateng ke kita dan ngasih kita peluang untuk memperbaiki kesalahan sebelumnya. lagipula, nunggu itu kan artinya setia, setia sama rasa sakit dan setia sama rasa sayang.


jangan pernah larang aku untuk bilang aku sayang kamu. :')






mungkin, sekali lagi, mungkin. mungkin garis tangan aku memang bukan dengan argi. mungkin dengan orang lain yang sampai sekarang pun aku tidak tahu itu siapa. dan aku termasuk ke dalam golongan orang-orang yang percaya dengan garis tangan. tujuan aku hidup dan dilahirkan itu bukan hanya untuk memikirkan seseorang, memikirkan argi, tapi memikirkan bagaimana caranya hidup aku besok bisa jauh baik lagi daripada kemarin. het leven gaat niet altijd over rozen, maar.... na regen komt zonneschijn. hidup itu ngga selamanya indah. ada banyak hal buruk yang telah, sedang atau akan terjadi kepadaku. tapi, ada kalanya aku harus mensyukuri hal buruk yang terjadi kepada kita karena dibalik itu semua akan selalu ada hal baik yang menyertainya.



*****
IN HARMONIA PROGESSIO





"A......."



"A argi....."



gw langsung tersadar dari sebuah lamunan singkat. dengan segera, gw langsung menguasai diri dan menoleh ke arah ita yang saat ini sedang serius memandangi gw dengan tatapan penuh tanya.



"aya naon, ta?" tanya gw, berusaha untuk bersikap wajar.

(kenapa, ta?)



"ngga, ini ada yang mau ita tanyain sama aa. udah dipanggil-panggil tapi aa nya teh malah diem aja."



"maap atuh.... ari neng ita teh mau nanya apa?"



"a, ini teh bagusnya ita pilih sma apa aja? ita bingung pilihan di kluster dua nya. takut salah pilih." tanya ita sambil menunjukkan selembar kertas berisi daftar sma yang ada di bandung lengkap dengan PG (Passing Grade) tahun kemarin dan letak klusternya masing-masing.



"kluster satunya kamu pilih apa?" gw lalu melihat ada sma apa saja di daftar kluster satu.



hampir semuanya mempunyai PG yang saling berdekatan dan hanya terpaut selisih koma. yang paling kecil rata-ratanya 9,2 dan yang paling tinggi sekitar 9,7. melihat dari nilainya ita, sudah bisa dipastikan dia tidak bisa masuk ke sma lencana hitam berdasarkan nilai PG tahun kemarin. berbeda dengan ita, ata, adik laki-laki sopi keliatannya bisa melampaui prestasi kakaknya itu. dari nilai yang diperolehnya gw yakin bisa lolos seleksi nem di sma lencana hitam. dibanding ita, memang ata lah yang menurut gw, lebih mewarisi 'gen pintar' sopi.



"antara dua sama delapan, a." jawabnya dengan mimik muka tegang.



"kamu ngga jadi sekolah di jalan belitung atuh?"



"ita takut ngga masuk, a. nilainya kan pas-pasan." jawabnya sambil menyeka matanya yang mulai terlihat berkaca-kaca dengan punggung tangan. mungkin ita merasa sedih karena tidak bisa menepati janji yang sempat ia ucap kepada sopi.




oke, kalo boleh jujur, ada dua orang yang paling bisa membuat gw merasa amat sangat terenyuh sewaktu melihat mereka menangis. pertama, sopi. kedua, ita. bahkan kalo bisa sih, jangan sampai deh ngeliat mereka berdua nangis di depan mata gw sendiri. andai, misal, dalam kondisi semarah apapun gw, dijamin langsung insaf pada saat itu juga kalo ngeliat salah satu dari mereka berdua, nangis.





"udah, kamu jangan nangis. aa mau telpon a panji dulu bentar. ok?" gw mengusap-ngusap rambutnya yang panjang terurai itu dengan lembut. ita pun hanya mengangguk pelan.





*****
Beberapa Bulan Kemudian.....





silumbalumba : buzz!!!


silumbalumba : buzz!!!


silumbalumba : heh kamu, apa kabar? aku cuma pengen tau itu aja. titik



*tok...tok....tok*



Gw mendengar suara pintu kamar yang diketuk oleh seseorang, dan beberapa detik kemudian terdengar suara teriakan seseorang yang berulang kali memanggil nama gw. Dengan berat hati, sambil terburu-buru mematikan layar chat, gw menyahut dan mempersilahkannya untuk langsung masuk ke dalam kamar karena kebetulan pintunya ngga dikunci.



silumbalumba has signed out




*****
“A argiiiiiiiii.......liat geura ita bawa apa...” aku langsung semangat menghampiri a argi yang sedang duduk di kursi meja belajarnya.



“hoi....” gumamnya singkat, sambil mengusap-ngusap rambutku sewaktu aku mencium tangannya.



“a, ita tadi beli kue ape. Mau ngga? Ita beli banyak ih.” aku menyerahkan bungkusan plastik putih berisi kue ape



“oh, kue toket? mau ateuh...” a argi langsung melihat bungkusan kertas berisi kue ape, kue rasa pandan berbentuk lingkaran mirip crepes dengan benjolan kecil di tengahnya.



“ihhhhh geleuh ari aa, itu teh namanya kue ape! a, ita mau ikut ganti baju di sini yah?” aku membuka resleting tas, kemudian mengambil sebuah printed tank top berwarna navy blue dan sebuah short pants berwarna khaki.



“sok weh...” jawab a argi sambil beranjak dari kursi meja komputer, kemudian berjalan menuju sofa dan menyalakan tv.



aku berjalan ke luar kamar a argi, menuju kamar mandi yang letaknya ada di ujung lorong, bersebelahan dengan kamar a eja yang sewaktu aku melewati pintu kamarnya terpasang tulisan “DON’T DISTURB.” samar-samar, terdengar lagu army of me-nya Bjork, musik yang sering didengarkan sebagai lagu pengantar belajar. karena aku ngga begitu akrab dengan a eja, akulangsung melewati kamarnya begitu saja.



*****
“ari kamu teh mau kemana ta? jaga toko?” gue bertanya kepada ita yang sedang meluruskan rambutnya menggunakan pelembab rambut.



“iya a, hari ini kan ita tukeran shift sama teh ayu.” jawabnya sambil tetap menyisir rambutnya dengan jari tangan.



“sampe jam berapa? nanti malem kan mau ada acara.” gw melemparkan pandangan ke arahnya.



ita tersenyum selama beberapa detik, kemudian beranjak dari tempat tidur dan merapikan rambutnya di depan cermin. “sebelum maghrib juga ita udah pulang, a. kemarin kan ita udah nyiapin semuanya, jadi buat nanti malem mah udah beres. di rumah juga kan ada ata, jadi tenang deh.”



*tok...tok...tok* pintu kamar lagi-lagi diketuk oleh seseorang, dari cara mengetuknya, gw tau kalo itu teh si eja.



“asup ja.” teriak gw.

(masuk ja)



“a, hari ini yang liat toko, aa atawa eja?” kepalanya mengintip dari balik pintu.



“nu ka xxx mah, maneh wae nya? aing mah dek ningali nu di xxx. engke maneh sakalian nganter si ita.”


(yang liat toko di xxx mah lo aja ya? gw mau liat yang di xxx. nanti lo perginya bareng sama ita.)




“ta, ari kamu teh mau jaga toko? bukannya nanti malem mau ada acara di rumah?” Tanya eja, kali ini dia masuk ke dalam kamar dan langsng melihat ita yang sedang memakai body lotion.




ita hanya mengangguk pelan, kemudian tersenyum manis ke arah eja.



“kamu teh ngga bawa kaos atau apa gitu? asa geuleuh ningali kamu make tank top. eta pingping ge meni diobral. dasar tukang obral.” ucap eja dengan sinis.


(asa kurang pantes liat kamu pake tank top. itu paha juga diobral kemana-mana. Dasar tukang obral)



hmm, mulai deh. biasanya, kalo eja udah ketemu ita, pasti nanti bakalan ada perang mulut. yang satu, paling suka mengkitik, sementara yang satu lagi paling gerah kalo udah dibilang tukang obral.



“BE-RI-SIK!” jawab ita ketus.



“anak sekolah sebelah mah emang paling hobi obral paha. geuleuh.” kali ini, suara eja lebih dipertegas lagi dari sebelumnya.



”kalo ngga suka, ya jangan diliat. ngomongnya aja geuleuh, tapi mata na molohok.” balas ita dengan pelan, tapi dalem.

(ngomongnya aja geuleuh, tapi matanya melotot.)



“kumaha teu rek molotot, da si eja mah di sakolana biasa ningali nu make mukena. jadi sakali ningali nu make hot pants teh langsung bucat! Pan, aa bucat, eneng atoh.”

(gimana ngga mau melotot, di sekolah biasanya liat yang pake mukena, jadi sekalinya liat yang pake hot pants teh langsung muncrat! Kan, aa muncrat, neng seneng.)



“hahahaha nu bucat teh naon, a?” Tanya eja sambil tersenyum mesum.

(apanya a yang muncrat?)




“eta, bisul. ” jawab gw sambil meninju pelan badannya.

(itu, bisul)



“hahahaha. geueluh ah si aa mah. a, eta si ita dititah make baju sing bener atuh.” eja kemudian duduk di samping ita dan langsung mengacak-acak rambutnya.

(hahahaha. geuleuh ah si aa mah. a, itu ita disuruh pake baju yang bener atuh.)



“A EJA!!! INI TEH ITA NGELURUSIN RAMBUTNYA SETENGAH JAM!!! SEENAKNYA AJA DIACAK-ACAK!!!” kali ini ita berteriak teramat sangat kencang.



melihat reaksi ita yang semarah itu, eja langsung melarikan diri dari kamar sambil tertawa puas, meinggalkan ita yang sedang shock melihat rambut yang sudah susah payah dirapihkan kembali kusut seperti sebelumnya.haduh haduh…..susahnya jadi cewe, ngurusin rambut aja bisa memakan waktu setengah jam!


selang beberapa menit kemudian, eja kembali membuka pintu kamar. “A, itu kang panji udah dateng, nunggu di bawah aja cenah.”


sewaktu melihat eja, ita langsung refleks melempar bantal ke arah eja, tapi dengan sigap, eja langsung menutup pintu kamar. gw cuma bisa mengelengkan kepala melihat tingkah laku mereka berdua. segini mah masih mending, biasanya kalo mereka berdua lagi perang, adegan yang gw lihat jauh lebih sadis dari ini. ya walaupun ngga sesadis tom & jerry yang dari jaman gw kecil sampe gede, udah berapa kali di rudal juga tetep ngga mati-mati. juara!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar