Kamis, 28 Mei 2015

Cerita Secangkir Kopi Chapter Lanjutan 64

Cimory, Bogor “van, elo doyan apa rakus? sekalinya makan langsung habis tiga porsi gitu.” sindir Chandra sewaktu melihat tiga buah piring hot plate yang ada di meja vano. “don’t care. jarang-jarang kan gue makan di sini? takis aja semuanya man! hahaha.” ucap vano dengan puas sambil mengelus-ngelus perutnya. (takis : sikat) “kalau aryo tau porsi makan elo kaya gini, gue yakin pasti dia kapok ngingetin makan.” “emangnya gue anak kecil, tiap kali makan harus diingetin terus? cape deee…” “kalo gue jadi aryo, mendingan nyuruh elo diet van. liat aja, menu makan siang ini semuanya daging. sayurnnya dikiiiiiit.” Chandra menggeleng-gelengkan kepalanya. “can, lo tau ngga kuda nil makannya apa?” “kuda nil? herbivore kan dia?” “kalau macan?” “jelas-jelas karnivora..” “sekarang gue tanya lagi, gedean mana kuda nil sama macan.” “ya kuda nil kemana-kemana lah.” “see? macan yang tiap hari makannya daging ternyata lebih kurus dari kuda nil, kan? berarti ngga ada hubungannya banyak makan daging sama berat badan gue.” “hahahahaha. bisa aja lo cari pembelaan!”
“eh can, perasaan kalau gue liat-liat, badan lo makin bagus aja. masih sering ke gym?” “serius lo? yang bener ah?” Chandra tersenyum sumringah sewaktu vano memujinya. padahal desta yang jelas-jelas sering melihat badannya saja tidak pernah berkomentar. apalagi memuji! “yaelah man….. badan lo lebih muscle gitu masa gue boong sih? keren tuh can. “tadinya gue emang sengaja ngegym buat bikin desta seneng, tapi kayanya dia ngga ngeh deh van.” “gue suka gaya lo. emang desta ngga bilang apa-apa?” “ngga. padahal kita juga sering fitness bareng tapi mungkin saking cueknya kali ya makanya ngga terlalu penting buat dia untuk ngomentarin gue.” “how lucky he is.” “kenapa bisa gitu?” “gini can, terkadang gue bosen sama sms aryo yang isinya ngga jauh-jauh dari ngingetin makan, minum vitamin, atau apalah gitu.” “seinget gue, hp lo lebih cepet lowbat nya kan gara-gara aryo?” “gue ngerasa dianggap kaya anak kecil kalau masih diingetin hal-hal yang terlalu remeh. dan menurut gue, perhatian itu caranya ngga harus lewat cara konvensional kaya aryo. misalnya elo, ngebentuk body supaya keliatan lebih muscle untuk bikin desta seneng.” “ngga tau van. masalahnya gue udah berusaha semaksimal apapun, desta masih gitu-gitu aja. asli, gue udah berusaha untuk jadi orang yang sesempurna mungkin buat dia.” “sempurna itu udah ada di tiap orang kali can. tergantung dari sisi mana kita liatnya. sama kaya celana jins, ada yang bilang kalau semakin belel, semakin oke. tapi ada yang bilang, semakin rapih cuttingnya, semakin pas di pake. terus ada juga kan orang yang bilang, celana jins baru bisa dibilang jins, kalau ada sobek-sobeknya gitu biar keliatannya lebih vintage.” “hahaha. lo emang paling jago urusan beginian. jadi menurut lo, gue cocoknya pake celana jins yang kaya gimana?” “yang lo pake sekarang, udah bagus.” “van, elo tuh orangnya ngga neko-neko ya?” “gini can, desta mungkin jarang kasih compliment sama elo. tapi sejauh ini dia belum pernah protes juga, kan?” “belum van. kayanya dia asik-asik aja. atau emang udah ngga peduli?” “ya mungkin, selama ini dia ngga pernah protes karena elo itu celana jins yang udah pas banget buat dia.” Chandra kembali tersenyum bahagia ke arah vano. bukan karena memikirkan tentang hal positif yang vano katakan tentang desta, melainkan hal positif yang vano katakan tentang dirinya. bagaimanapun, manusia memang pada dasarnya haus akan pujian, kan? jadi salah satu cara terbaik untuk menyenangkan seseorang adalah dengan memberinya pujian. dan itulah yang Chandra rasakan saat ini, hatinya serasa melayang sewaktu mendengar pujian yang bertubi-tubi ditujukan untuknya. terlebih lagi pujian tersebut datangnya dari vanno. Chandra tak habis pikir, andai ia menjadi aryo, sudah barang tentu ia akan merasa menjadi seorang laki-laki yang paling bahagia di dunia. satu lagi sifat dasar manusia, ‘celana jins’ orang lain selalu terlihat lebih bagus dari ‘celana jins’ miliknya sendiri. rasanya kita ingin berteriak dalam hati ; “hey, celana jins itu lebih bagus lagi kalau gue yang pake, bukan elo!” ***** Hari-hari selanjutnya mereka semakin sering meluangkan waktu pergi berdua. entah itu makan siang, makan malam, nonton dan hal yang lain tanpa sepengetahuan pacar masing-masing. bahkan, baik vano maupun Chandra lebih sering berinteraksi berdua dibanding dengan pacarnya. vano lebih sering menemani Chandra fitness di gym, sementara Chandra dengan senang hati melanggar ‘pantangan’ dietnya agar bisa menemani vano berkeliling dari satu tempat makan ke tempat lain karena hobi vano yang gemar mencoba café/restoran yang baru saja dibuka. pengalaman indah di bogor pun dilanjutkannya di tempat lain, entah itu di luar kota ataupun tempat rekreasi lain di Jakarta. dengan alasan ‘ada dinas dari kantor’, mereka menutupi semuanya dengan rapih dan berusaha untuk tidak terlalu sering menghubungi saat sedang bersama pacar masing- masing. ***** “yang, besok aku ada dinas ke bandung.” vano meminta izin kepada aryo sewaktu mereka berdua sedang menonton tv berdua. “akhir-akhir ini sering dinas ke luar kota, mas?” aryo bersandar di bahu vano. “mau gimana lagi, masa aku ngga pergi. nanti bisa-bisa aku dipecat.” “aku ikut boleh ngga? kalau ke bandung kan deket, mas.” vano terdiam dulu selama beberapa menit sambil memikirkan cara yang terbaik untuk menolak permintaan aryo secara halus. “tadinya aku juga udah semangat pengin ajak kamu, tapi kan perginya bertiga dan pesen hotelnya juga cuma satu kamar buat efisiensi. nanti aneh dong kalau misalnya aku tiba-tiba ngajak kamu ikut?” “ya udah, aku nginep di kamar yang lain. Atau nanti aku nyari coba nyari hotel yang lebih murah.” “aku full meeting lho di sana, bukan buat main-main. masa nanti kamu mau jalan-jalan sendirian di bandung?” “tapi kita kan udah lama ngga jalan-jalan ke luar kota berdua?” “nanti kalau ada waktu kosong, aku janji ngajakin kamu jalan-jalan ke bandung. cuma berdua. aku janji.” aryo akhirnya mengalah dan percaya begitu saja dengan kata-kata vano. walaupun akhir-akhir ini ia merasa kalau mereka berdua sudah jarang sekali terlibat pertengkaran karena hal-hal sepele, tapi justru ia kangen dengan suasana pertengkaran itu. karena biasanya setelah usai bertengkar, mereka berdua justru semakin bertambah mesra. besoknya, vano langsung bertolak menuju bandung menggunakan travel bersama Chandra yang juga menggunakan alasan sama kepada desta agar mengizinkannya pergi. di dalam travel, mereka berdua menceritakan pengalaman mendebarkan masing-masing saat berusaha membujuk pacarnya sambil sesekali diselingi tawa bahagia.


siang harinya, mendadak aryo menerima kabar dari seorang temannya yang mengalami kecelekaan sehingga harus dirawat di sebuah rumah sakit di bandung. bersama dengan teman-temannya yang lain, mereka sepakat untuk pergi menjenguk ke bandung. sebelum berangkat, aryo berusaha untuk menghubungi vano tapi anehnya, hp vano tidak ada yang aktif. mungkin vano sedang sibuk meeting, pikir aryo saat itu dan akhirnya hanya mengirimkan sms konfirmasi bahwa ia juga pergi ke bandung karena ada suatu lain hal. sesampainya di bandung, aryo masih berusaha untuk menghubungi vano tapi tak kunjung mendapat balasan. akhirnya setelah selesai menengok temannya di rumah sakit, aryo terpaksa ikut teman-temannya melewatkan malam minggu di pvj yang letaknya tak begitu jauh dari rumah sakit. begitu mendapatkan tempat duduk di sebuah café yang letaknya ada di bagian depan mall, aryo menikmati momen reuniannya itu ber sambil sesekali melihat orang yang berlalu lalang di depannya. tiba-tiba, di antara keramaian tersebut, matanya menangkap sosok seseorang yang sangat ia kenal. itu vano! hampir saja ia berteriak memanggil nama pacarnya itu, untung saja ia segera sadar kalau saat ini sedang bersama teman-temannya sehingga harus bersikap sewajarnya saja. Aryo kembali menghubungi ponsel vano tapi lagi-lagi nomornya tidak ada satupun yang aktif. begitu sosok vano hampir menghilang dibalik kerumunan orang, aryo berpura-pura meminta izin ke toilet untuk mengejarnya. sambil terburu-buru, aryo mengkuti vano yang saat itu naik menggunakan eskalator ke arah sebuah bioskop di lantai atas. aryo lalu melihat vano berjalan mendekat ke arah seorang pria yang sedang menunggu di depan antrian untuk membeli tiket. aryo menghentikan langkahnya, sambil berusaha mengatur nafasnya yang terasa sesak, ia menyembunyikan dirinya di balik keramaian dan tetap mengawasi vano dengan pria tersebut. rupanya, vano baru saja membelikan sebuah makanan ringan yang bentuknya mirip calamari berukuran besar dengan kantong kertas coklat. melihat dari jauh, aryo sudah bisa menebak kalau ada sesuatu di antara mereka berdua karena mereka terlihat mesra dan bahagia sambil sesekali berbagi makanan ringan tersebut. setelah hampir satu jam mengawasi, aryo akhirnya meninggalkan pacarnya begitu saja sambil berusaha menenangkan diri walaupun hatinya terasa perih. ia yakin, vano pasti mempunyai hubungan khusus dengan pria tersebut. niat bertemu pacarnya pun langsung ia urungkan dan malah memutuskan untuk kembali pulang ke Jakarta malam itu juga menggunakan travel setelah membuat alasan yang sengaja ia buat agar temannya tidak curiga. sesampainya di rumah, aryo langsung menangis sejadi-jadinya seorang di kamar. minggu malam, saat vano datang, aryo berusaha untuk bersikap santai saat pacarnya meminta maaf karena selama di bandung mematikan hp sehingga mereka berdua tidak bisa bertemu. bahkan ketika vano berkata kalau saking sibuknya dia bandung sampai-sampai malam minggu pun harus dilewatkan dengan meeting bersama kliennya, aryo masih berusaha untuk tetap tersenyum walauoun hati kecilnya terasa ngilu karena ia tahu kalau vano baru saja berbohong. ketika akhirnya vano memutuskan untuk tidur karena kelelahan, aryo baru melancarkan aksinya, ia membuka hp milik vano kemudian melihat semua isi sms dan bbm yang mencurigakan. sampailah pada sebuah kesimpulan bahwa orang yang berdua bersama vano waktu itu bernama Chandra. aryo diam-diam mencatat nomor hp Chandra ke dalam phonebooknya kemudian meletakkan kembali hp pacarnya itu dan bersikap normal seperti biasanya.
suatu hari, aryo iseng menunggu vano di depan lobi kantornya. tadinya, ia ingin menjemput pacarnya dan berusaha menjauhkan vano dari orang yang bernama Chandra tersebut karena dari kegiatan ‘mengintip’ isi hp pacarnya tersebut, ia tahu kalau Chandra adalah rekan sekantor vano. sewaktu melihat pintu lift terbuka, ia justru dihadapkan pada kenyataan bahwa vano keluar dari lift berdua bersama dengan Chandra. karena tidak mau menciptakan keributan, ia akhirnya menutupi mukanya dengan jaket dan akhirnya malah membuntuti mereka berdua ke sebuah café yang letaknya tak jauh dari sana. sambil berusaha tetap menjaga jarak, aryo berusaha menghubungi vano untuk menanyakan keberadaannya. vano pun menjawab kalau ia masih harus berada di kantor karena ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan padahal jelas-jelas ia sedang melihat vano sedang asik bercanda dengan Chandra di hadapannya. lagi-lagi, aryo hanya bisa menyimpan semua rasa sedihnya seorang diri dan berusaha untuk tetap sabar. baginya, bagian paling tersulit dalam mencintai vano adalah saat harus melihat vano mencintai orang lain selain dirinya. *****


desta tiba-tiba disapa oleh seseorang sewaktu sedang berbelanja barang kebutuhan sehari-hari di sebuah pusat perbelanjaan. ternyata orang itu adalah temannya di tempat fitness. lewat temannya itu, desta mendapatkan sebuah informasi yang cukup mengejutkan, ternyata Chandra masih rajin datang ke tempat fitness bersama dengan temannya yang lain padahal setahunya, Chandra bilang kalau ia sudah malas nge-gym dan sudah membuang kartu membernya di tempat fitness tersebut dengan alasan malas pergi seorang diri. dari temannya itu pula, desta mengetahui nama seseorang, nama itu vano. rupanya vano lah yang selama beberapa bulan belakangan ini menemani pacarnya. temannya, yang sesama plu itu pun membocorkan sedikit rahasia kalau ia melihat Chandra dan vano seperti seorang pasangan yang kelihatan mesra. Desta hanya memanggut-manggutkan kepalanya dan menyimpan informasi tersebut rapat-rapat dalam hatinya. Dia hanya tidak mau begitu saja terbawa suasana tidak menyenangkan dari sebuah berita yang belum jelas kebenaranya. tanpa sepengetahuan Chandra, diam-diam desta sudah menyelinap di tempat fitness tempat biasa mereka berdua dulu menghabiskan waktu. ternyata bukan main terkejutnya desta ketika akhirnya harus mengakui kalau semua perkataan temannya itu benar adanya. orang bodoh pun pasti tahu kalau Chandra dan vano pacaran sewaktu melihat gerak-gerik dan keakraban yang walaupun berusaha untuk ditutup-tutupi tapi dengan jelas tertangkap oleh mata desta. malam itu, desta tidak langsung memarahi Chandra. dia masih berspekulasi dengan pikirannya sendiri dan menyimpannya lagi dalam hati. sebelum meutuskan segala sesuatu, ada baiknya desta mengumpulkan bukti yang jauh lebih kuat lagi dibanding sebelumnya. akhirnya, kembali desta meluangkan waktunya untuk membuntuti Chandra seharian selama weekend. sengaja ia memberikan izin sewaktu pacarnya berkata ingin menjemput saudaranya di airport dan menemaninya selama ada di Jakarta. tepat sesuai dugaan sebelumnya, pacarnya ternyata tidak menjemput saudaranya itu melainkan pergi berdua bersama vano. bahkan desta melihat kalau Chandra mengajak vano pergi ke kos-kosannya. sambil menguatkan hati, pelan-pelan desta mengetuk pintu kamar Chandra. setelah menunggu lama, terkejutlah dia sewaktu pacarnya membuka pintu kamar dengan hanya mengenakan celana boxer
sementara vano yang semula ada di dalam kamarnya, tiba-tiba menghilang. tanpa memperdulikan keterkejutan pacarnya itu, dengan penuh amarah mata desta menjelajahi seluruh isi kamar, membuka lemari, menyibakkan gorden dan akhrinya, membuka pintu kamar mandi. benar saja, di dalam kamar mandi, desta melihat vano sedang berdiri ketakutan sambil menutupi bagian bawah tubuhnya dengan sebuah handuk. setelah mendapat kepastian yang sudah sangat jelas itu, tanpa berkata sepatah kata pun, desta langsung pergi meninggalkan kos-kosan Chandra dengan perasaan yang sangat teramat marah. walaupun ia sempat melihat kalau pacarnya itu berusaha menyusulnya sambil meminta maaf tapi langsung ia abaikan. baginya, hubungan mereka berdua sudah selesai detik itu juga! ***** aryo terkejut sewaktu vano datang ke rumah dengan kondisi yang lain dari biasanya. dilihatnya, wajah vano tampak pucat. ketika aryo menanyakan keadaan itu, tiba-tiba vano menutup pintu dan langsung memeluk aryo dengan erat sambil menangis. saat menangis itulah, tanpa dikomando oleh siapapun, vano langsung menceritakan semua kesalahannya selama ini, apa saja yang sudah dia lakukan dibelakang aryo sambil terisak. aryo yang sebenarnya sudah mengetahui hal itu sebelumnya, cuma membalas vano dengan ucapan ; “kebalik ya? harusnya aku yang nangis, bukan kamu, mas.” malam itu, vano berkali-kali memohon agar aryo mau memaafkan kesalahannya dan berjanji akan melakukan apa saja keinginan pacarnya asalkan ia tidak pergi meninggalkan vano sendirian. tapi apa boleh buat, keputusan aryo sudah bulat. sejak awal, ia sudah bersiap-siap untuk pergi hanya saja ia bertahan dan menunggu sampai vano mengakui sendiri perbuatannya. kalau saja vano tidak mengakui perbuatannya tersebut, ia akan tetap tinggal di rumah itu karena tanpa pengakuan langsung dari pacarnya, ia akan berusaha menganggap kalau semua kejadian itu tidak benar. sebesar itulah kepercayaan yang aryo berikan kepada vano. baru kali ini, aryo melihat vano memohon-mohon sampai sebegitunya. semua itu vano lakukan agar aryo luluh dan memaafkannya. ia sempat ragu, apakah harus pergi meninggalkan vano yang sudah banyak memberikannya pertolongan dan tempat tinggal selama ini. tapi akhirnya, dengan berat hati, aryo meninggalkan vano malam itu juga walaupun sebenarnya ia masih bingung harus tinggal di mana. baginya, semua kesalahan sebesar apapun dan dimarahi sesering apapun oleh vano, ia masih mau menerimanya asalkan itu bukan selingkuh, hal yang tidak akan pernah bisa ia terima dan ia maafkan sampai kapanpun. itulah prinsip hidup aryo selama ini dalam membina sebuah hubungan. meskipun terkesan kaku, tapi bagi aryo, prinsip hidupnya sekarang adalah pendiriannya di masa depan. ***** “lebaran besok gue pulang sendirian, van. biasanya gue mudik bareng desta.” keluah chandra kepada vano saat mereka berdua sedang menikmati makan malam di sebuah café yang terletak di pinggiran jalan


Casablanca. “rumah gue sekarang sepi banget. bikin gue males pulang. biasanya aryo yang bukain pintu kalau gue pulang malem. sekarang? hhhh…..” vano semakin membenamkan badannya di sebuah sofa. matanya menatap ke arah langit-langit café, memutar kembali momen-momen indah bersama aryo. “ngga orang yang bisa ngilangin rasa sakit kepala gue yang pusing selain pijetannya desta.” Chandra masih mengungkapkan keluhannya itu. “gue kangen sama smsnya aryo. sekarang ngga ada lagi yang cerewet, yang marahin kalau gue telat makan. gue kangen solat subuh berjamaah sama dia.” desis vano. “dulu, desta selalu kasih masukan untuk masalah kerjaan di kantor. gue bisa dipromosiin juga gara-gara dia.” Chandra berusaha mengirim sms ke nomor desta, tapi sayang, nomor itu sekarang sudah tidak aktif. “gue nyesel, can.” vano memejamkan kedua matanya dan berharap kalau di luar sana, aryo mau memaafkan perbuatannya. dia takut semua yang sudah dialkukannya ini akan berbalik menyerang dirinya suatu hari nanti. bukankah yang namanya karma itu selalu ada? saat ini, setelah masing-masing dari mereka sudah berpisah dari pacarnya yang seharusnya menjadi hal bahagia karena tidak lagi harus mengarang cerita untuk bisa pergi berdua ternyata tidak berjalan sesuai bayangan. sudah beberapa bulan belakangan ini mereka pergi berdua untuk saling menyuarakan kesedihannya masing-masing. vano sadar bahwa Chandra tidak akan bisa menggantikan posisi aryo, begitu pula Chandra, dia sadar kalau vano bukanlah yang dia inginkan selama ini. rasa kehilangan telah memberikan mereka sebuah pelajaran baru dalam membangun sebuah hubungan. mereka berdua belajar sebuah kata baru, setia. *****

Nathan, 22 Tahun, Mahasiswa Pascasarjana Hai, salam kenal. nama saya Nathanael, biasa dipanggil Nathan. saya adalah seorang mahasiswa pascasarjana jurusan business administration di sebuah perguruan tinggi. sekarang, saya lagi available but still not looking for someone new. pertama kali kang panji ask me untuk nulis pengalaman ini, its kinda kesempatan yang luar biasa besar untuk find him, orang yang selama ini sedang saya cari yang entah menghilang kemana rimbanya. I completely lost his track. mudah-mudahan dia baca cerita ini. did you know? what I’ve been doing for years is watching you. kamu sekarang ada di Jakarta if I’m not mistaken kan? please, cmb. I left my contact to kang panji. Armi. pertama kali kenal dia di sebuah tempat ahli fengshui di kawasan jembatan tiga. masing-masing dari kami pergi bersama orang tua. tapi kalau ngga salah, ia pergi berdua bersama ayahnya. waktu itu, kesan pertama kenal ‘a armi’ adalah, he looks very modest just like his father. dia yang pertama kali greeting saya dengan ramah dan sopan sewaktu masing-masing dari ayah kami sibuk berbicara about business-thingy. berbeda dengan ayahnya yang masih kental berbicara dalam logat sundanese mix with English, armi only speaks bahasa kala itu. Saya mengerti apa yang dia ucapkan, hanya saja tata bahasa Indonesia saya masih payah karena I’d rather choose Cantonese than bahasa as my second language. itu karena masalah kebiasaan ayah yang mengajarkan agar semua anaknya mahir menggunakan bahasa leluhur mereka. sialnya, tiap kali logat Cantonese saya keluar, ‘a armi’ membalasnya dengan menggunakan bahasa sunda yang tidak saya mengerti artinya sama sekali. but totally, dia orangnya sangat ramah untuk level orang asing yang baru saja saling berkenalan satu sama lain. dia sempat kaget sewaktu saya bilang sedang bersekolah di geelong. ternyata, dia juga berkuliah di negara bagian yang sama. dari sanalah, obrolan yang semula terbatas langsung melebar luas sampai-sampai ayah merasa bingung sewaktu melihat saya marah karena harus segera pulang padahal obrolan dengan a armi sedang seru-serunya. he knows a lot, dibanding saya yang lebih banyak tinggal dan diam di dalam ‘home groups.’ semenjak perkenalan itu, kami berjanji untuk pulang bareng. saya merasa senang sekali waktu itu karena ada teman sesama orang Indonesia di perjalanan. semenjak kenal dengannya, saya seperti mendapatkan seorang ‘kakak’ baru yang selalu menemani, mengantar jalan-jalan kemanapun saya mau. seringkali dia memberikan motivasi untuk saya yang masih sangat labil dan sering down karena malas belajar. sounds very cliché, tapi memang itu yang saya rasakan. dia lebih dewasa dan mau membimbing ‘adik’ nya ini. banyak sekali pengalaman seru dan luar biasa selama saya mengenal dia. one day I was going out with him when my bicycle broke down. so we had to walk and, to make matters worse, push the bicycle together. bad luck turned into a blessing though, as the situation gave us plenty of time to talk. dan setelah kejadian itu, hubungan kami jadi semakin dekat. jauh lebih dekat dari sebelumnya. bahkan dia tidak pernah absen text me a message just for mengingatkan sudah makan atau belum dan another silly things lainnya. pernah pula suatu hari, saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke flat miliknya. karena kebetulan dia waktu itu mau mandi, maka saya ditinggal sendirian di kamarnya. karena merasa bosan, saya akhirnya mengambil alih pc nya yang kebetulan sedang mendownload beberapa file dan sedang menonton film via iTunes store. di sini, tidak ada rental dvd/dvd store yang menjual dvd dengan harga murah. jauh lebih hemat menonton langsung filmnya di HOYTS (bisokop) atau kalau mau lebih hemat lagi, menyewa film lewat iTunes dan netflix. bosan bermain game, saya mencoba melihat-lihat file yang baru saja selesai dia download soalnya judul file tersebut asian blablabla. it used to be blue film kan kalau misalnya nama filenya udah ada embel-embel seperti itu? so, I execute the file and then….voila! muncullah gambar sepasang laki-laki yang sedang having sex dalam posisi missionary. saya langsung menutup mulut waktu itu kemudian langsung mematikannya dan melihat-lihat file lain yang juga sudah selesai di download. ternyata semua film yang dia download adalah gay films! anehnya, saya malah lanjut menonton film tersebut tanpa perasaan jijik sedikitpun. waktu itu, saya rasa belum ada kecenderungan untuk menjadi seorang gay. kalaupun ada sedikit signal ke arah sana, mungkin itu karena dipicu oleh a armi yang berhubungan sangat dekat dengan saya. ketika a armi, masuk ke dalam kamar, dia langsung kaget melihat saya sedang asik menonton film gay hasil dia download. sementara saya, tak kalah kagetnya dengan dia. saya ingat, waktu itu sempat ada beberapa menit lamanya kami saling membisu satu sama lain. yang ada dipikiran saya sebenarnya selain kaget, ada juga perasaan lain yang menjalar seperti sedang exciting karena suatu hal yang baru. terlebih lagi, a armi itu orang yang sebelumnya saya anggap dewasa, bijak, dan hal positif lainnya tiba-tiba langsung lenyap karena film tersebut. tapi, sewaktu melihat a armi yang berdiri diam terpaku hanya dibalut dengan handuk yang melingkari pingganggnya, saya malah merasakan adrenalin saya terpacu dan ‘menikmati’ pemandangan tersebut. entahlah, saya juga tidak tau karena apa. percaya atau tidak, tapi kami berdua langsung meng-ignore kejadian barusan dan menganggap hal itu adalah hal yang biasa. jadi, setelah itu kami langsung kembali ke keadaan ‘normal.’ ngobrol, bercanda dan beraktivitas seperti biasanya seolah-olah hal itu tidak pernah terjadi. saya juga tidak pernah menanyakannya sementara a armi juga tidak pernah sekalipun menyinggung masalah tersebut. saya tidak peduli apakah dia gay atau bukan, yang penting kami tetap akrab, saling menghormati privacy satu sama lain dan saya tetap dianggap ‘adiknya’ itu sudah lebih dari cukup. toh, selama dia baik dan sayang terhadap saya, itu bukan menjadi suatu masalah kan? saya hanya menganggap homosexual-thingy hanya sebagai variasi seksual semata, bukan kelainan. walaupun sudah berusaha meng-ignore insiden gay film tersebut, tetap saja pikiran saya masih dibayang-bayangi oleh adegan yang ada dalam film tersebut. semenjak hari itu, saya jadi lebih peka dan memperhatikan teman-teman sesama lelaki dan tanpa sadar mengklasifikasikannya ke dalam kategori, hot, cute, adorable, dll. saya jadi lebih senang memperhatikan teman laki-laki dibanding sebelumnya. saya juga mulai menjadi sedikit sensitif apabila a armi lupa atau telat membalas email/text message. saya bahkan terang-terangan berkata ‘suka’ kepadanya dan itu benar-benar diluar kesadaran. benar-benar diluar nalar. dan saya merasa sangat senang sewaktu dia membalas, ‘i’m infatuated by you’, rasanya seakan-akan semua beban yang ada di kepala langsung hilang seketika itu juga. damn! why you have to be so cute sih??? selesai kuliah, a armi langsung pulang kembali ke Indonesia. sementara kami masih tetap berhubungan via email dan yang lainnya. harap dicatat, tidak pernah sekalipun satu kata ‘jadian’ atau ‘pacaran’ terucap dari mulut kami berdua. aneh. tapi memang itu kenyataannya. tidak ada pernyataan yang keluar dari mulut a armi like, “hey I’m gay and I’m so in to you, would you let me be your boyfriend?” semuanya berjalan seperti biasa. we’re just boy friends, not boyfriend. suatu waktu, saya pernah diajak main ke rumahnya di bandung. kalau tidak salah di daerah yang nama jalannya identik dengan nama-nama pahlawan. all I know is, rumahnya berjarak tidak terlalu jauh dengan rumah sakit santo borromeus, nama rumah sakitnya saja saya baru ingat setelah membaca cerita ini. setelah kepulangannya ke indo, ada satu hal yang terasa hilang dari dalam diri saya. apalagi kalau bukan a armi. dulu, sosok dia terasa begitu dekat. selalu menemani tiap kali saya pergi belanja ke clayton/chadstone. selalu menemani minum segelas coklat hangat di brener sambil menasehati saya dengan segala macam petuahnya itu. belum lagi, tingkat toleransi dia yang teramat sangat tinggi menurut saya walaupun kami berdua berbeda keyakinan. sering juga ketika saya melepas penat dengan cara bermain di crown casino kemudian dia tahu dan akhirnya menyusul saya lalu menyeret saya keluar dari sana. hahaha. walaupun kami masih berhubungan via internet, tapi yang namanya kehadiran fisik tetap tidak akan bisa tergantikan oleh apapun. sampai akhirnya, saya melakukan satu tindakan bodoh, chatting dan kopdar dengan orang lain. awalnya saya benar-benar cuma mencari teman ngobrol sesama orang Indonesia. tapi mungkin, orang yang saya kenal punya maksud lebih dari itu. yang benar-benar membuat saya menyesal adalah hubungan seks pertama kali saya lakukan bersama laki-laki adalah dengan orang itu, bukan dengan orang yang sangat saya sayang, a armi. itulah hebatnya dia, walaupun dalam keadaan ‘terjepit’, dia tidak pernah berusaha untuk berbuat macam-macam. padahal kalau waktu itu dia berbuat macam-macam sekalipun, saya pasti dengan sukarela akan meladeninya. hehehe. tidak pernah ada satu orang laki-laki pun yang berhubungan dengan saya dalam waktu yang cukup lama. semuanya hanya short term relationship. padahal, yang saya butuhkan bukan status pacaran atau having seksnya, melainkan ‘pengganti’ dia. saya akui walau saya anaknya cenderung pendiam, tapi kalau untuk urusan ‘nakal’, saya jauh lebih jago dari a armi sekalipun. selepas kepulangannya itu, kenakalan saya jelas semakin tidak terkontrol. terlebih kegemaran tipsy orang di sini jelas-jelas menular ke saya. hampir tiap hari saya tipsy. bahkan berbuat jauh lebih nakal dari itupun sudah sering saya lakukan. dulu, a armi akan selalu ada untuk memarahi dan menasehati saya tiap kali bad habbit itu muncul. dan terbukti, selama dua tahun, bad habbit itu tidak pernah keluar. sayang, setelah dia tidak ada, kebiasaan buruk itu kembali saya ulangi dan malah semakin menjadi. bahkan hanya dalam waktu satu tahun, saya langsung merasa menjadi seorang gay expert! sudah beberapa kali saya berhubungan dengan banyak laki-laki yang semuanya berakhir tanpa pernah sedikitpun merasa ‘kehilangan’ seperti halnya perasaan itu saya rasakan dengan a armi. beberapa bulan kemudian saya mendapat kabar kalau dia berencana melanjutkan studinya di sini. luar biasa bahagianya hati saya sewaktu mendengar kabar tersebut. semua kebutuhan untuknya, saya sediakan. saya carikan flat/apt yang letaknya strategis, bahkan dia sempat berkonsultasi dengan saya tentang subject apa yang sebaiknya dia ambil. saya langsung merapihkan seluruh ruangan untuk menyambut kedatangannya karena rencananya dia akan tinggal dengan saya untuk sementara waktu sampai akhirnya mendapatkan flat yang sesuai. dua hari menjelang tanggal kedatangan a armi, saya diajak oleh teman ke sebuah party yang cukup sayang kalau dilewatkan. lalu saya pun dengan senang hati menerima ajakan tersebut dan selama semalaman berpesta sampai benar-benar tipsy sehingga pulangnya harus diantar oleh seorang teman. besoknya, sewaktu terbangun dari ketidaksadaran itu, tiba-tiba datanglah seorang teman lain yang juga seorang gay. awalnya dia bermaksud untuk curhat tentang keadaan hubungannya yang sedang bermasalah. tapi entah karena saya masih dibawah pengaruh alcohol dan ditambah lagi teman saya itu memang terkenal sebagai ‘maneater’, akhirnya kami berdua pun berhubungan seks. setelah melakukan hal itu, yang saya ingat hanya langsung tertidur dan sewaktu bangun, tiba-tiba sudah ada a armi datang dan duduk termenung di atas sofa di sebelah tempat tidur saya. saking kagetnya, saya langsung melihat ke arah samping dan ternyata teman saya sang maneater itu pun masih asik terlelap sambil memeluk saya dengan erat. a armi tersenyum sebentar ke arah saya, kemudian berdiri dari sofa lalu berjalan mendekat dan mengusap-ngusap pelan rambut saya. setelah itu, dia menghilang dari pintu kamar sambil membawa beberapa buah luggage miliknya. saya benar-benar bingung harus berbuat apa. mulut saya tiba-tiba terasa kering. sepatah katapun tidak mampu keluar, padahal ini adalah pertemuan kami kembali setelah sekian lama terpisah. pertemuan kembali dengan orang yang sangat saya cintai. tapi kenapa harus dalam keadaan serba telanjang seperti ini!!!!
berbulan-bulan lamanya saya berusaha untuk menghubungi dia, meminta maaf dan melakukan hal-hal lainnya. tapi percuma, a armi masih tetap menolak untuk bertemu dengan saya. pernah beberapa kali saya tunggu dia di kampusnya, tetapi dia langsung pergi begitu saja sewaktu melihat saya. tiap kali PPIA mengadakan pertemuan, dia hanya sebatas menjawab salam dan ucapan sekedarnya saja tanpa benar-benar memperdulikan saya lagi. apa yang saya tunggu dan harapkan selama beberapa tahun belakangan ini sirna begitu saja. seorang ‘kakak’ yang dulu begitu perhatian, sekarang malah melakukan hal yang sebaliknya. duduk berdekatan dengan saya pun rasanya dia risih. entah sudah ribuan kali kata maaf yang keluar dari bibir saya, tapi tetap tidak mampu mengubah keadaan. selama tiga tahun lamanya saya hidup seperti orang gila, mengejar-ngejar seseorang yang sudah jelas menghindar dari saya. bahkan saat dia di wisuda, saya tidak tahu menahu sama sekali. saya hanya tahu kalau dalam waktu satu minggu ke depan, dia akan kembali pulang ke Indonesia. beberapa hari sebelum kepulangannya, saya sadar kalau dia me-remove saya dari friendlist facebooknya entah karena alasan apa. setelah dia pulang -yang sewaktu kepulangannya di airport saya hanya bisa melihat dia dari jauh karena kalau saya berani mendekat sudah pasti dia akan langsung lari menghindar- ada seorang teman sesama anggota PPIA, mengirimkan sebuah paket yang ternyata titipan dari a armi. sebagian adalah barang-barang yang dulu pernah saya berikan untuknya dan sebagian lagi adalah barang yang sempat ingin dia berikan sewaktu datang kembali ke sini. ada sebuah metal bangle platinum yang dibagian bawahnya terdapat tulisan “I love you.” dan sebuah surat yang isinya hanya terdiri dari beberapa kata yang sangat membuat hati saya waktu itu benar-benar merasa ngilu dan sedih bahkan sampai saat ini, saat saya mengetik cerita ini perasaan ngilu itu masih saja terasa. tulisan dalam surat itu ; “love is what i wanna say with this crush in the sway, and it would be you all over again in the end. I’m begging you ; be my boo so I can stick to you like a glue. because I’m so in to you….” *****



Tidak ada komentar:

Posting Komentar