Kamis, 28 Mei 2015

Cerita Secangkir Kopi Chapter Lanjutan 30

"lumayan sof. hoahmmmm...."



"aku juga ngantuk sih. eh njul, kalo misalnya si argi ternyata beneran ada apa-apa sama helga itu gimana?" aku lalu mendekat ke arah panji. kepalaku lalu bersandar di perutnya.



"helga teh siapa sop?" panji memindahkan guling yang sedang dipeluknya untuk dijadikan bantal.



"ya itu, yang tadi lagi mesra-mesraan sama argi."



"katanya kamu ngga kenal?"



"ya emang ngga kenal. tapi argi sendiri yang bilang kalo namanya teh helga."



"orangnya gimana sof?"



"cantik njul. tipenya argi pisan lah."



"oh.. pantes atuh kamu jeles. paling si helga kemakan gombalannya argi."



"kayanya sih iya njul. berarti tambah bahaya lagi atuh kalo kaya gitu mah."



"ah, tinggal kamu suruh aja si argi jangan deket-deket sama helga. pasti langsung nurut da."



"ya ngga mungkin atuh, kan lagi ospek. satu kelompok lagi. masa ngga boleh deket-deket?"



"ya udah, ngga boleh pegang-pegangan tangan. pegang-pegangan yang lain juga ngga boleh sof."



"mmmm... au ah bingung. akunya lagi ngga jelas gini. lagi males mikirin argi."



"heu.. males mikirin tapi malah dipikirin terus. udah ah, aku mau tidur."



"atulah njul. jangan tidur dulu."



"nanti aja kalo aku udah bangun disambung lagi. katanya kamu juga ngantuk sof?"



"hmm... iya deh. eh njul, perut kamu sekarang asa ndut. naik berapa kilo ini teh?"



"ngga tau sof. ada kali empat kilo mah."



"gelo. opat kilo??? kamu makan apa aja njul???"



"makan mah biasa sof. tapi ya itu, siklus aku udah kaya kebo aja. tidur, mandi, makan, tidur lagi, makan, trus tidur lagi."



"parahu ih kamu mah. olahraga atuh njul."



"udah."



"emang kamu olahraga apaan?"



"nih, aku lagi gerakin jempol kaki. itu juga udah diitung olahraga."



"jeprut maneh! dasar panjul!"



"sekali-kali hidup ngebangke sof. jarang-jarang kan aku bisa kaya gini."



"hih... ni anak jadi bangke malah bangga."



"gpp deh, yang penting mah aku ngga jelesan. lempeng ajaaaaa...."



"sial kamu njul! awas nanti kalo kamu lagi jeles pasti aku hina sehina-hinanya."



"ah, aku mau jeles sama siapa coba? pacar aja ngga punya. jadi jomblo ternyata ada enaknya juga sof, biar hina tapi bahagia."



"geuleuuuuuuuuuuuhhhhhhh!!!"



*****
Suryalaya, Buah Batu




*ting tong... assalamualaikum... ting tong... assalamualaikum... *



berkali-kali gw memencet bel rumah sopi tapi tidak ada tanda-tanda pintu akan dibuka. gw memperhatikan dengan seksama rumah sopi sekali lagi, ngga ada motor sopi. berarti sopi ngga langsung pulang ke rumah. sambil menyela motor, gw berpikir kira-kira kemana sopi pergi. kalo ngga ke rumahnya, ke sanggar, ke rumah gw, ya pasti ke kosan panji. gw langsung memakai helm, menutup kacanya kemudian memacu motor dengan segera dan langsung meluncur ke kosan panji.



*****
Kosan Panji, Jalan Jawa




begitu memasuki gerbang kosan panji, gw langsung mematikan mesin motor dan membiarkan motor tetap melaju tanpa terdengar bunyi mesin sedikitpun. perlahan-lahan motor masuk ke halaman dalam kosan, tempat di mana gw biasa memarkir motor. benar saja, begitu membelokkan motor di tempat parkir, gw melihat motor sopi ada di situ. tanpa banyak membuang waktu, gw memarkirkan motor secepat mungkin, membuka helm kemudian menentengnya dengan tangan kanan lalu berjalan cepat ke arah kamar panji.

gw melihat ada sepasang sepatu converse berwarna biru dongker milik sopi tergeletak di atas keset. gw berdiri di depan pintu lalu mendekatkan telinga ke arah pintu, berusaha menangkap suara-suara dari dalam kamar. ternyata tidak ada suara yang terdengar. hening. gw sempat terdiam selama beberapa detik, berpikir untuk mengetuk pintu terlebih dahulu atau tidak. akhirnya gw memutuskan untuk langsung membuka pintu, dan ternyata.... gw melihat pemandangan yang entah kenapa langsung membuat hati gw merasa panas seperti terbakar.

gw melihat panji sedang tertidur pulas di atas karpet dengan posisi badan miring menghadap ranjang, sementara sopi yang sama-sama tertidur... sedang memeluk erat panji dari belakang. gw tertegun selama beberapa menit. sekali lagi berusaha meyakinkan pemandangan yang ada di depan mata gw. tangan kanan sopi tampak erat memeluk pinggang panji sampai telapak tangannya menyelinap di balik kaos yang panji kenakan. sementara tangan kirinya memegang kepala panji.

gw tau, panji sahabat sopi, juga sahabat gw. tapi waktu liat mereka berdua sekarang.... kata-kata sahabat langsung lenyap dari pikiran gw dan langsung berubah menjadi kata... musuh. mungkin saking geramnya, helm yang tadi gw pegang tanpa sengaja jatuh ke lantai sehingga menimbulkan bunyi yang cukup berisik. gw melihat panji yang sensitif terhadap bunyi tampak bereaksi. sementara sopi, tidak terpengaruh sedikitpun oleh bunyi helm tadi.

gw membanting pintu dengan cukup keras. kali ini panji, yang tidak terbiasa mendengar suara berisik, langsung terbangun. tangannya mengucek-ngucek kedua matanya lalu mengarahkan kepalanya ke arah sumber suara. tepat sewaktu menoleh ke depan, panji langsung melihat sosok gw yang sedang berdiri di depannya. panji berusaha untuk fokus melihat dengan kedua matanya yang masih setengah mengantuk itu. setelah yakin, dia kemudian mulai berbicara dengan suara yang sedikit parau.



"gi? kapan dateng? udah lama?" ucap panji di antara kondisi sadar dan tidak sadar sambil menggaruk-garuk kepalanya.



"enak nji tidurnya??" geram gw sambil mengepalkan tangan kanan kemudian berjalan mendekat ke arahnya yang sedang terduduk lemas karena baru saja terbangun dari tidur.



"mmmm... lumayan. gi, kamu dicariin sof...."



belum selesai panji berbicara, sebuah bogem mentah dari tangan gw langsung menghajar mukanya dengan keras. saking kerasnya pukulan gw, kepala panji sampai membentur sisi ranjang yang terbuat dari kayu sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.



"gi...." samar-samar gw mendengar suara panji merintih kesakitan.



gw lalu kembali bersiap-siap untuk melancarkan tinju yang kedua. tangan kiri gw langsung menarik paksa kaosnya. panji yang sedang sempoyongan cuma bisa pasrah dan menatap ke arah gw dengan tatapan kosong. sewaktu hendak mengambil ancang-ancang untuk meninju, mulut panji tiba-tiba sedikit terbuka. tanpa sengaja, gw melihat bibir dan mulut bagian dalam panji berdarah. gigi dan behelnya sampai berwarna kemerahan karena darah.

seketika itu juga, perasaan marah yang tadi begitu meluap-luap tiba-tiba hilang begitu saja. amarah itu langsung menguap seolah-seolah tidak pernah ada sebelumnya. kali ini, perasaan cemas, panik dan kasihan langsung menjalar di pikiran gw. keringat dingin mulai keluar dan mengucur dengan derasnya. gw panik! panik melihat panji yang sedang dalam keadaan setengah sadar. bahkan mungkin hampir pingsan. giginya sudah berubah warna menjadi merah. dan sesekali, rintihan-rintihan kecil samar-samar terdengar.

gw langsung mendudukkan panji dengan hati-hati di atas kasur kemudian menyangga punggungnya dengan bantal. mungkin karena mendengar serentetan bunyi berisik, sopi yang sedang lelap tertidur pun akhirnya terbangun. awalnya sopi masih belum begitu sadar dengan keadaan disekitarnya. tapi begitu melihat gw sedang memanggil-manggil nama panji, mata sopi langsung terbelalak kaget dan segera duduk di pinggir panji.



"nji...? nji... kamu kenapa nji?" sopi menggoyang-goyangkan lengan panji sambil mulutnya gemetar memanggil nama panji.



"nji... so-sory banget nji. g-g-g-gw ngga punya maksud jahat sa-sa-sama lo nji..." ucap gw terbata-bata sambil mengusap-ngusap keningnya.



"gi, panji kenapa?????" kali ini sopi menatap lekat ke arah gw.



"a-a-aku minta maaf sop. a-aku minta maaf." ucap gw sambil tertunduk. gw takut bertatapan langsung dengan sopi.



"gi, kamu apain panji??????" geram sopi sambil menarik kerah kemeja gw.



"a-a-a-a-aku..."



"kamu kenapa??? kamu apain panji??? argi!!!!



"a-a-aku mi-mi-minta maaf sop."



"heh!!!! aku ngga butuh maaf dari kamu!!!!! aku cuma pengen tau, panji kamu apain???? cepetan jawab!!!!"



"ta-ta-di aku habis mu-mukul panji sop. aku.. aku minta maaf sop. ma-ma-ma-maaf...."



"kenapa kamu mukul panji?????? emang panji punya salah apa sama kamu????"



"aku minta maaf sop. aku minta maaf...."



"..........................................." sopi menatap gw dengan tatapan mata seolah-olah gw adalah makhluk aneh. sangat aneh.



tidak mau lama berdebat, sopi langsung membuka pintu kamar lalu duduk di depan panji, kemudian dengan sigap langsung menggendong panji ke luar kamar ke arah rumah induk. sewaktu gw berdiri untuk membantu menggendong panji, sopi langsung menatap dengan tatapan marah ke arah gw. mengisyaratkan supaya gw pergi menjauh, sejauh mungkin. karena merasa takut, gw akhirnya cuma bisa terduduk diam di atas kasur sambil menyesali perbuatan bodoh. perbuatan paling bodoh yang pernah gw lakukan. perbuatan yang meninggalkan sebuah rasa sesal yang teramat sangat dalam.



*****
- DAGO -




*1,5 tahun kemudian*




Satnite, Jalan Dago




seribu aja, seribu aja
seeeribu ajaaaa.......
seribu aja, seribu aja
seeeribu ajaaaa.......



terdengar nyanyian atau lebih tepat lagi kalo gw sebut teriakan segerombolan mahasiswa tingkat dua sebuah perguruan tinggi negeri di bandung di depan sebuah tempat makan yang terletak di dekat perempatan jalan dago - jalan diponegoro - dan jalan sulanjana. awalnya, segerombolan mahasiswa tersebut hanya diam berdiri di tengah jalan sambil mengawasi semrawutnya arus lalu lintas kendaran yang melintasi dago kala itu. tetapi sewaktu lampu setopan (sory, orang bandung ngga kenal lampu merah. kenalnya setopan.) berubah warna menjadi merah, maka kendaraan yang semula lalu-lalang otomatis berhenti. seketika itu juga gw dan teman-teman yang semula berdiri jaim, langsung menyerbu dan mengelilingi sebuah mobil berplat "B". ada tiga orang yang berdiri di samping kaca pengemudi, dan sisanya berdiri di depan mobil sambil melakukan atraksi-atraksi ngga tau malu.

ada yang cuma ikutan tepuk tangan dan bernyanyi, tapi ada juga yang berjoget ala inul. sementara gw yang membawa gitar dan dua orang teman lainnya bernyanyi penggalan syair lagu yang ada di atas. gw sengaja membawa dua orang teman cewek yang good looking untuk menarik hati sang pengemudi mobil. biasanya sang pengemudi ada yang memberikan uang seikhlasnya, tetapi ada juga yang memberikan uang dua puluh ribu atau lima puluh ribuan karena tergoda olah dua orang bidadari yang sengaja berdandan maksimal malam itu. tak jarang ada beberapa pengemudi nakal (biasanya anak muda) yang meminta nomor telpon teman gw karena tadi dia merasa sudah memberikan uang 'lebih'. tapi ya namanya juga mahasiswa, harus banyak akal atuh. temen gw sengaja menggunakan nomor cadangan untuk sekedar mengiyakan permintaan mereka. permintaan orang-orang yang memang sengaja datang ke bandung untuk 'hunting' pacar dan sebagainya karena sebuah trademark turun temurun ; perempuan bandung itu gareulis (cantik-cantik) dan tak lupa laki-lakinya yang juga terkenal kararasep.

oke. kami bukan penipu, dan kami juga bukan pengamen profesional yang rela menyanyi sebuah lagu atau bahkan satu album. kami cuma sekumpulan mahasiswa biasa yang sedang membuang rasa malu mengumpulkan uang recehan untuk membiayai kegiatan kampus yang akan kami selenggarakan. anak-anak tingkat satu memang biasanya diserahi tugas sebagai staf danus (dana usaha). selain mencari sponsor, kami juga mengupayakan alternatif lain seperti berjualan makanan, minuman, pulsa, dan segala macam barang yang bisa dijual. ketika dana yang dibutuhkan masih terasa kurang, barulah kami 'turun ke jalan' seperti sekarang ; ada yang menyanyi di kafe, dan ada juga yang ngamen di sepanjang salah satu jalan keramat di bandung kala itu, jalan dago. biasanya ada tiga kelompok yang disebar di beberapa titik ; simpang dago, perempatan dukomsel dago, kemudian disepanjang jalan cilaki. kalo lagi beruntung, dalam satu malam per kelompok bisa mengumpulkan uang recehan sebanyak tiga ratus ribu lebih. tak lupa, dipotong beberapa persen untuk pengamen asli daerah dago yang lahannya kami pinjam malam itu. selain mengamen, kami juga turut menjual bunga mawar merah/putih yang sebelumnya kami beli di wastukencana kemudian kami jual lagi dengan harga dua kali lipat.
biasanya kami mulai mengamen sekitar pukul tujuh sampai jam sepuluh malam. tak lupa, di masing-masing kelompok selalu disisipkan beberapa orang pemanis baik itu cowok atau cewek untuk menarik perhatian. selesai mengeroyok satu mobil dan mengucapkan terima kasih, kami langsung mencari mangsa baru yang biasanya berplat "B". kenapa harus plat "B"? ya karena pada kenyataannya, tiap akhir pekan, kota bandung berubah menjadi lautan kendaraan dengan plat nomor "B". jadi, itung-itung bayar pajak bikin macet dan buang asap knalpot. hehehe. dulu (sekarang ngga terlalu), di sepanjang jalan dago masih berdiri puluhan bahkan ratusan tenda dadakan setiap malam minggu yang didirikan oleh pedagang kaki lima, masyarakat sekitar dan mahasiswa. tak lupa, sebagian warga kota bandung juga ada yang sengaja berkumpul di jalan dago sesuai dengan kelompok/gank nya masing-masing.


aneh juga sih sebenernya... kadang-kadang mereka jauh-jauh datang dari jakarta dateng ke bandung cuma untuk sekedar menikmati suasana dago kala itu yang terkenal ramai dan meriah. turis-turis dari jakarta dan kota lainnya terkadang cuma duduk di pinggir jalan sambil mencicipi camilan jagung bakar, ketan bakar dan segelas susu hangat. sebuah hal yang sebenarnya bisa di dapat di kota-kota lain dengan mudahnya. atau ada yang rela macet berjam-jam menuju daerah lembang dan dago pakar untuk melihat city view kota bandung yang luar biasa indah dari ketinggian.


tapi justru, kedatangan mereka harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh kami. setidaknya, mobil mereka sudah numpang 'buang gas' di sini, jadi ngga ada salahnya kalo kami meminta mereka menyisihkan sebagian kecil rezekinya untuk membantu kelancaran kegiatan kami di kampus. kalo boleh jujur, uang yang didapat dari kegiatan mengamen itu ngga terlalu banyak bila dibandingakan dengan total dana yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan sebuah acara, tapi momen-momen kebersamaan dan kebodohan yang tercipta itulah yang mebuat ritual ini selalu digemari dari tahun ke tahun dan pastinya meninggalkan kenangan yang amat sangat mendalam bagi orang yang pernah ikut serta di dalamnya.
malam ini, gw terpaksa merelakan momen malam minggu gw untuk bisa berkumpul bersama keluarga. biasanya kalo kedua orang tua gw lagi ada di bandung, si mamah pasti selalu mengajak kami sekeluarga hang out ke luar rumah. ya sekedar untuk santap malam bersama keluarga. saking wajibnya ritual tersebut, si mamah bahkan menyuruh anak-anaknya untuk turut serta membawa pacar/temannya masing-masing, tanpa kecuali.


memang sih belakangan ini, termasuk momen yang cukup langka juga di malam minggu bagi kami sekeluarga untuk bisa berkumpul bersama karena aktivitas mamah yang terpaksa membuatnya lebih sering beredar di tempat lain dan di belahan bumi yang lain untuk mengelola bisnis kecil-kecilan yang sudah dirintis selama beberapa tahun belakangan ini. sementara si papah yang mempunyai waktu senggang di kala weekend pasti langsung menyusul mamah dan menemaninya sampai pulang lagi ke bandung bersama-sama.


dulu, sewaktu belum mempunyai anak, mamah sebenarnya aktif bekerja sebagai salah seorang corporate lawyer dan ikut bergabung di salah sebuah law firm di jakarta. tetapi semenjak mamah melahirkan anak pertama, kedua dan terakhir, aktivitas pekerjanya perlahan-lahan mulai dikurangi sampai akhirnya langsung berhenti total. sebenarnya sih waktu teh dea lahir, mamah masih bekerja. tapi begitu gw lahir dan mulai tumbuh mejadi seorang anak kecil yang super baong (nakal), mamah terpaksa berhenti total karena waktu kecil gw cuma dan hanya mau diurus oleh beliau, bukan oleh baby sitter, nenek, saudara dan lain-lain.


aneh, di satu sisi gw tumbuh menjadi seorang anak kecil yang nakal tapi di satu sisi lain gw juga tumbuh menjadi seorang anak mamih yang tidak bisa ditinggal pergi jauh oleh ibunya. dan keadaan itu masih tetap melekat sampai sekarang, sampai gw beranjak dewasa menjadi seorang mahasiswa. mungkin hampir semua anggota keluarga besar sudah tau tingkah polah gw yang sering membuat repot orang tua oleh pelbagai macam perilaku nakal ala remaja. tapi ya itu, mungkin karena dari kecil gw udah terbiasa dekat dengan si mamah, sebaong-baongnya gw tetep aja gw itu sebenernya anak mamih.


tak jarang, gw sering berbuat nakal hanya untuk mencari perhatian si mamah. kalo gw nakalnya udah mulai keterlaluan, biasanya mamah langsung pulang ke bandung dan mamatahan (menasehati) gw semalaman. tapi justru itu yang gw tunggu-tunggu dan gw kangenin. seringan-ringannya bahan materi kuliah yang diucapkan dosen belum tentu dengan ikhlas gw menerimanya karena pada dasarnya gw pemalas. tapi anehnya, seberat-beratnya nasehat yang pernah diucapkan sama mamah ke gw, bahkan dalam keadaan ngantuk sekalipun, gw pasti bisa cerna dan direkam dengan baik di dalam memori otak.


bahkan malam ini, untuk acara ngamen atau acara di kampus waktu sore harinya, gw sebelumnya minta izin terlebih dahulu sama mamah. kalo mamah kasih lampu hijau untuk ngamen bareng anak kampus, ya gw pergi. tapi kalo si mamah ngasih lampu merah, mau dimarahin atau dikerjain senior dan diancam dimusuhin sama satu angkatan pun gw ngga peduli. ceritanya gini, beberapa hari sebelumnya ada beberapa orang senior yang mengancam kami apabila tidak hadir dalam acara kampus sore itu dan tidak mau ikut diancam tidak bisa masuk himpunan, dijauhi senior dan segala macam ancaman ngga masuk akal lainnya.
sekarang, tepat pukul sebelas malam teng. acara mengamen di jalan dago pun telah usai. gw bersiap-siap pergi meninggalkan kelompok gw yang masih semangat untuk melanjutkan misi mencari dana dengan ngamen di sebuah warung tenda yang sangat super ramai, madtari. sebuah warung tenda terkenal yang menyediakan menu roti bakar, pisang bakar bertaburan keju. atau lebih tepatnya menu keju dengan sisipan roti dan pisang bakar saking banyaknya taburan keju sampai-sampai roti dan pisang bakarnya tidak terlihat lagi. di madtari yang masih tetap penuh sesak sampai tengah malam itu, kami biasanya bisa mendapat tambahan dana sekitar seratus sampai dua ratus ribu. tapi gw memutuskan untuk tidak ikut mengamen lagi di madtari karena harus segera pulang ke rumah supaya bisa kangen-kangenan sama mamah dan teh dea yang akhir-akhir ini memang jarang pulang.


setelah berpamitan, gw langsung berkendara menuju rumah melewati jalan diponegoro yang malam itu sudah lengang kecuali saat gw melintas di depan gedung sate yang masih nampak ramai. di depan, gw berbelok ke arah kanan masuk ke jalan cisangkuy dan melaju dengan kencang karena waktu itu keadaan jalan sudah sepi. di ujung jalan cisangkuy, gw memilih untuk berbelok sedikit ke arah jalan bengawan, melewati sebuah gereja kecil yang nantinya akan menjadi saksi bisu dari ikrar janji setia marcel siahaan kepada dewi lestari.


gw berhenti sejenak di sebuah perempatan, menunggu mobil di depan yang berbelok ke kiri. sambil melihat kaca spion, gw kemudian menyalakan lampu sen ke arah kanan dan kembali melaju perlahan melintasi taman pramuka sebekum akhirnya memarkir kendaraan tepat di depan pagar besi rumah gw yang cukup tinggi. mang oleh akhirnya membuka pintu garasi, kemudian langsung berlari dengan segera untuk membuka pintu pagar. gw melemparkan kunci ke arah mang oleh sambil menyuruhnya untuk memasukkan kendaraan ke dalam garasi sementara gw langsung melangkah masuk dengan riang ke dalam rumah.


biasanya, hal rutin yang pertama kali dilakukan sewaktu gw pulang ke rumah adalah membuka kulkas kemudian memakan apapun yang bisa dimakan dan meminum apapun yang bisa diminum. tapi tidak untuk kali ini, karena gw langsung berjingkat menuju ruang tv, tempat dimana ada seseorang yang selalu setia menunggu kedatangan gw. sudah menjadi kebiasaan mamah untuk selalu menunggu dan melihat anak-anaknya pulang ke rumah dengan mata kepalanya sendiri. selarut apapun anaknya pulang, yang biasanya itu pasti selalu gw, mamah dengan setia menunggu di runag tv. terkadang sambil menonton tv, menelpon dan tak jarang sampai tertidur di sofa. malam ini, gw melihat dari belakang kalo mamah sedang asik teteleponan dengan seseorang. awalnya, gw berniat untuk mengagetkan mamah dari belakang tapi anehnya selalu aja gagal. mamah tiba-tiba berkata, "kenapa anak mamah teh masuk rumah tapi ngga ngucapin salam?" sambil menutup speaker telpon dengan tangannya lalu menoleh ke arah gw yang langsung mencium tangan, kedua pipi dan terakhir mengecup keningnya.
"atuda argi teh niatnya mau ngagetin mamah. tapi ngga jadi. teu rame ah..." gw kemudian duduk di samping mamah, mengambil electric massager dari atas meja lalu memijat-mijat betis gw yang terasa letih setelah berdiri selama berjam-jam di jalan dago.



"ceu, sakedap nya, si argi tos dongkap." ucap mamah di telpon. kemudian menutup sebentar speaker telponnya dan menoleh ke arah gw.

(ceu, sebentar yah, si argi udah dateng.)



"tos tuang teu acan?" tanya mamah.

(udah makan belum?)



gw menggelengkan kepala sambil tetap asik memijit-mijit kaki dengan electric massager.



"sok atuh makan dulu, tadi mamah bungkusin setik buat kasepku sayangku." ucap mamah sambil mengusap-ngusap rambut gw.



"dakken?" gw langsung terhipnotis sewaktu mendengar kata-kata steak dan menghentikan kegiatan pijat-memijat.



"iyah. sok atuh enggal. nanti habis itu mamah mau ngobrol." mamah kemudian kembali berbicara di telpon. sementara gw langsung beranjak dari sofa menuju ruang makan.

(enggal : cepet/ cepetan)



dengan perasaan riang, gw langsung membuka kulkas dan mendapati satu buah bungkusan khas dari salah sebuah restoran favorit gw di bandung, dakken. sewaktu membuka bungkusan plastik berlogo tulisan dakken, gw mendapati sebuah cake truffel torte dan satu cup durian coffee dan bodornya, steaknya juga disimpen di dalem kulkas! pasti kerjaannya mak icih ini mah. parah parah.... dulu, mak icih pernah nyimpen es krim plus steak di bagian kulkas paling atas yang biasa digunakan untuk menghangatkan makanan. udah pasti bisa ditebak dong, waktu gw buka bungkusnya, es krim sudah meleleh dengan suksesnya dan membasahi dus wrapper steak. otomatis rasa steaknya bercampur dengan rasa es krim.


sekarang? gw terpaksa menikmati steak beku yang terasa dingin saat dikunyah. untung mashed potatonya masih tetap enak. eniwei, waktu itu mashed potato di dakken masih paling juara rasanya sebandung raya dan biasanya gw selalu nambah mashed potato tiap kali makan steak di sana. selesai makan, ngemil cake truffel torte dan ditutup dengan segelas durian coffee yang mantap, gw lalu membereskan piring kotor dan kembali membuka kulkas untuk mencari-cari apapun yang bisa dimakan. setelah menemukan barang buruan, gw menutup pintu kulkas kemudian berjalan kembali ke ruang tv sambil membawa sebuah piring kecil berisi beberapa iris manisan jambu bangkok, beberapa potong bika ambon dan bolu gulung meranti yang dibawa mamah sebagai oleh-oleh karena baru saja pulang dari medan.
"kumaha?" tanya mamah sewaktu aku duduk di sofa dan menyalakan tv dengan remote.

(gimana)




"teuas." jawab gw sambil mencocol manisan jambu bangkok ke dalam mangkuk kecil berisi sambal rujak.

(keras)



"teuas? emang kamu teh kurang makan sayuran sama buah yah?" tanya mamah sambil sibuk melihat-lihat arsip surat.



"hah?" gw memandang mamah dengan muka bingung.



"kalo teuas mah minum obat pencahar atuh. pasti lancar." ucapnya. kayanya omongan kita berdua sama-sama lagi ngga connect deh.



"naha nginum obat pencahar?? nu teuas teh setikna mah."

(kenapa minum obat pencahar?? yang keras teh daging steaknya mah.)



"eeeh... sugan teh teuas naon. teu connect pisan kamu mah ah."

(eeeh... kirain teh keras apanya. ngga nyambung ah kamu mah ah.)



"yeeee.... mamah atuh yang ngga connect, orang argi lagi ngomongin setik mamah malah nyambung sama yang teuas-teuas. apeu ah."



"cicing heula kasep... ieu mamah teh keur honsentrasi to the max."

(kamu diem dulu... ini mamah teh lagi konsentrasi to the max.)



"mamah teh keur naon sih? meni riweuh kitu..." tanya gw sambil mendekat dan memeluk pinggang mamah.

(mamah teh lagi apa sih? kayanya lagi sibuk banget...)



"mamah teh lagi misahin akta otentik sama akta bawah tangan." jawabnya sambil memisahkan lembaran demi lembaran kertas ke dalam dua tumpukan yang berbeda.



"ah teu ngarti...." jawab gw malas.



"eh kamu mah, kalo ngga ngerti teh belajar. nanti mah kamu yang gantiin mamah ngurus hal-hal kaya gini."



"naha argi? teh dea aja atuh, da pinter teh dea mah."



"teh dea mah perempuan. kalo ada apa-apa, kamu, anak laki-laki paling tua yang nantinya ditunjuk jadi wakil keluarga."



"tapi argi kan kuliahnya beda jurusan sama mamah, ngga ngerti atuh kalo disuruh ngurus-ngurus akta mah."



"nih yah, ngurusin akta mah bari peureum ge bisa. ngga harus kuliah. makanya sini belajar dulu sama mamah. kamu teh sekarang udah kuliah, udah gede. harus belajar dan bisa siap jadi wakilnya mamah sama papah."

(sambil merem juga bisa)



"baru juga tingkat dua mah kuliahnya, udah disuruh macem-macem."



"emangnya mamah sama papah teh masih muda? masih muda juga belum tentu panjang umur. mamah mah cuma siap-siap aja, kalo misalnya nanti ada apa-apa sama mamah atau papah, kamu yang harus pegang kontrol semuanya. makanya mulai dari sekarang teh harus belajar dewasa. jangan jadi anak kecil terus. katanya udah mahasiswa."



"atulah... argi teh ngerjain tugas kuliah aja masih belum bener."



"gimana kuliah kamu teh, lancar?"



"lumayan mah..."



"kalo ada apa-apa teh cerita sama mamah. biar mamah dulu kuliahnya bukan di teknik, tapi siapa tau bisa bantu dikit-dikit."



"ya biasa mah, mata kuliah semester sekarang ampun pisan lah deminya. hese sehese-hesenya."

(hese : susah)



"biasanya yang susah teh kalo ngga belajar. kalo belajar mah enteng." ucapnya sambil menjentikkan jari. ciri khas mamah kalo bilang gampil/enteng biasanya sambil menjentikkan jari.



"atuh argi teh udah kurang belajar apalagi mah? tiap hari teh ngelab terus sampe pegel."



"seeur pikiran eta teh. atawa aya hiji nu 'diemutan'?" tanya mamah sambil melihat ke arah gw sambil tersenyum penuh arti.

(banyak pikiran itu teh. atau ada satu yang lagi 'dipikirin?')



"hahayyy.. mamah mah tau aja argi keur emut ka hiji jelema."

(hahayyy.. mamah mah tau aja argi lagi 'mikirin' seseorang.)



"saha heula atuh, mamah mah loba eye-eye na. pasti tau kalo kamu lagi jatuh cintreuk."

(siapa dulu atuh, mamah kan banyak mata-matanya.)



"naon deui eta eye-eye? apeu ah mamah mah. bukan, bukan jatuh cintreuk."

(apa lagi itu eye-eye? garing ah mamah mah. bukan, bukan jatuh cintreuk.)



"oh... clbk? cinta lapur bersemi kembali."

(lapur : hilang/luntur)



"hehehe... nyaho wae si mamah mah."

(hehehe... tau aja si mamah mah.)



"atuh yang namanya cinta mah moal lapur ku umur. kabogoh nu mana ieu teh? sma?"

(atuh yang namanya cinta mah ngga akan hilang sama umur. pacar yang mana ini teh? sma?)



"eta pisaaaaaaan. padahal mah udah pegat, tapi masih suka kepikiran wae."

(pegat : putus)



"cinkemeur atuh eta mah."

(cinkemeur atuh itu mah)



"cinkemeur teh naon mah?"

(cinkemer teh apa mah?)



"cinta keneh meureuuun. atawa dsb?"

(masih cinta kaliiiii. atau dsb?)



"hahahahaha... leres mah. lereeees pisan. ari dsb sih naon?"

(hahahahaha... bener mah. beneeeeer banget. kalo dsb sih apa?)



"deudeuh satungtung beunta. budakna pasti geulis pisan nya?"

(sayang selama mata masih bisa melihat/sayang selama masih hidup. anaknya pasti cantik banget yah?)



"hehehehe. bukan masalah geulis nya ari mamah, tapi hate argi teh asa sok nineung ku bageurna."

(hehehehe. bukan masalah cantiknya tau mah, tapi hati argi teh suka kangen sama 'baiknya' dia.)



"ari mantan kamu teh sekarang udah punya pacar lagi?"



"udah. pacarnya yang sekarang teh temen deketnya argi."



"naha beut bisa kitu?"

(kenapa bisa gitu?)



"teuing. gara-gara argi oge sih. bangor teuing, jadinya dia teh kesel pisan sama argi."



"tapi dulu mah yah, waktu mamah sma mah malah resep da sama lalaki nu rada bangor. cuma yang berani deketin mamah teh sayangnya ngga ada yang bangor."

(resep : suka) , (bangor : nakal)



"ah maenya? emang baheula teh mamah loba nu ngadeukeutan nya?"

(ah masa? emang dulu teh mamah banyak yang deketin ya?)



"eeeh... jangan salah. saha heula atuh, apan mamah teh turunan putri galuh dewi citraresmi ratna dyah pitaloka, anu kawentar ku kageulisanana ka jomantara, nu kakoncara ka sakuliah nusantara."

(eeeh... jangan salah. siapa dulu atuh, kan mamah teh turunan putri galuh dewi citraresmi ratna dyah pitaloka, yang terkenal oleh kecantikannya di pelosok negeri, yang sudah terkenal ke seluruh penjuru nusantara.)



"bwahahahaha... alah siah eta dyah pitaloka dibabawa sagala. mamah mah ih... meni kalagondang pisan."

(bwahahahaha... waduh itu dyah pitaloka dibawa-bawa segala. mamah mah ih... kalagondang pisan.)

(kalagondang : vokebulerinya mamah untuk mendefinisikan sesuatu yang sifatnya hiperbola.)



"atuh kumaha... mamah diem, tapi seueur soca nu cureuleuk. dulu teh yah, ada anak sekolah sebelah yang tiap kali ngobrol sama mamah teh awakna katingali ngaderegdeg, teras ngadak-ngadak luut-leet ku kesang, paranas tiis padahal teu cape teu naon."

(atuh gimana... mamah diem, tapi banyak mata yang berbinar-binar. dulu teh yah, ada anak sekolah sebelah yang tiap kali ngobrol sama mamah teh badannya keliatan gemeteran, terus tiba-tiba badannya basah keringetan, panas dingin padahal ngga cape ngga apa.)



"ya alloh gusti... eta sahaaaaaa? hahahaha."

(ya alloh gusti... itu siapaaaaa? hahahaha.)



"teuing, tos hilap deui ayeuna mah. tapi bener, bobogohan waktu jaman sma teh asa kumaha kitu. pasti sok kasuat-kasuat bae."

(ngga tau, udah lupa lagi sekarang mah. tapi bener, pacaran waktu jaman sma teh rasanya gimana gitu. pasti suka terngiang-ngiang terus.)



"pisan mah. tuh nya gara-gara mamah, argi teh sekarang jadi kangen sama orang itu."



"udah, jodoh mah udah ada yang ngatur. kamu mah sekarang belajar aja yang bener. kuliah sing bener. kamu harus bisa bikin mamah bangga."



"iyaaaa. eleuh eleuh... eta miss universe meni geulis kitu mah." ucap gw sambil menunjuk ke arah televisi saat ada tayangan yang mengulas berita tentang miss universe.

(iyaaaa. eleuh eleuh... itu miss universe cantik banget mah.)



"nih, di sebelah kamu teh ada miss juga..."



"miss naon mah? miss garut? atawa miss understanding?"

(miss apa mah? miss garut? atau miss understanding?)



"sanes, missleuk!"

(bukan, missleuk!)

(missleuk => misleuk => stres)



"hahahahahaha. misleuk kunaon ai mamah?"

(hahahahahaha. stres kenapa mah?)



"ini mamah teh lagi nyari arsip yang isinya ada perjanjian pra nikah mamah sama papah. koq ngga ada yah?"



"ai mamah nyimpennya di mana?"



"dulu mah asa nyimpen di map yang ini. tapi sekarang ngga ada."



"emang itu teh buat apa mah?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar