Kamis, 28 Mei 2015

Cerita Secangkir Kopi Chapter Lanjutan 8

"waduk. tuh otak kamu mah isinya cuma sally marcelina, eva arnaz, sama sarah ajhari."

(boong)



"saha eta teh? aku mah taunya cuma bona sama ron rong terus kimberly sama jason. hahayy."

(siapa itu teh?)



"eta usum keneh power ranger. kemarin teh aku hampir aja beli buku diary yang ada gambar power ranger nya. huhuhu."

(masih musim ya power ranger.)



"ah... coba ada buku diary yang gambarnya haryanto arbi. pasti dibeli sama kamu."



"mauuuuuuuuu!"



"tah tah tah....aselina kaluar."

(tuh tuh tuh....aslinya keluar.)



"biarin."



"ay... mau ke kantin ngga?"



"............................."



"sop, mau ke kantin ngga?"



"hayu gi..."



"sombonglah sekarang mah. dipanggil ayank sama aku teh ngga mau."



"nama aku kan sofi, bukan ayank."



"kamu kenapa sih ngga mau balikan lagi sama aku?"



"hayu ah buru ke kantin. nanti keburu masuk, gi."



"sekarang mah aku mau nurut da sama kamu. ngga akan bandel lagi."



"gi, aku udah laper nih. pengin makan..."



"atulah sop.... aku teh serius."



"gi, aku pergi duluan ya." ucapku ketus. kemudian aku buru-buru melangkahkan kaki keluar kelas menuju kantin.



"sopi! iya iya... tungguin atuh..." teriak argi dari dalam kelas. kemudian aku mendengar derap langkah argi yang mengejarku di belakang.



*****
Mei, 200x





"nih...." ucapku pelan sambil menyerahkan sebuah kotak yang dibungkus kertas kado berwarna merah marun.



"hahayy...ini nih yang aku tunggu-tunggu. kamu ngasih kado apa sop?" ucap argi sambil tersenyum manis ke arahku.



"buka aja gi..." jawabku datar. setelah mendengar ucapanku, argi yang sudah tidak sabar langsung membuka kado dengan brutal. kertas kado yang sudah susah payah aku bentuk sedimikian rupa langsung disobeknya tanpa perasaan sedikitpun.



"ini teh apa sof? buku?" tanya argi dengan heran. dia kemudian langsung membuka buku itu lembar demi lembarnya.



"............................."



"ya alloh! ini buku diary kamu????????" tanya argi setengah berteriak. mungkin dia kaget sewaktu melihat-lihat isi buku.



"iya. buku diary aku yang halamannya udah habis gi. aku kasih buat kamu."



"kenapa dikasihin ke aku sop? ini kan punya kamu?"



"hampir semua yang aku alamin, aku tulis disitu gi."



"iya aku tau. tapi kenapa kamu malah kasih buku ini sama aku, sop?"



"ngga tau. pengin aja."



"aku boleh baca semua isinya?"



"boleh. apa yang orang lain ngga tau, termasuk kamu, semuanya ada disitu."



"tapi sop..."



"gi, kamu tau kan? aku teh orangnya paling ngga bisa ngomong sama orang lain. aku cuma bisa diem aja. terserah kamu mau bilang aku gila, tapi buat aku, temen yang paling baik baut aku, selain kamu sama panji, ya cuma buku ini."



"sop, kamu mau ngga janji sama aku?"



"janji apa gi?"



"klo kamu ada masalah, kamu harus cerita sama aku. wajib ini mah. klo ngga ntar masuk neraka siah."



"iya gi. insyaalloh."



"eh sop, kamu nanti mau kuliah dimana?"



"haduh...masih belum tau euy. aku juga masih bingung mau pilih jurusan apa gi. klo kamu?"



"aku mau pilih jurusan yang ada kamunya sop."



"klo aku kuliah di uncen gimana?"

(uncen : univ cendrawasih)



"alah siah... nanti kamu pake koteka atuh sop?"



"dasar kamu mah ble...."



sewaktu aku dan argi sedang asik mengobrol, tiba-tiba aku mendengar suara tangisan ita yang memecah kegaduhan dan keramaian pesta. suasana ruangan yang semula dihiasi oleh tawa langsung berubah sunyi senyap. kemudian hampir semua pasang mata sibuk menelisik pandangan keseluruh penjuru ruangan untuk mencari darimana datangnya sumber suara itu berasal, termasuk aku. tanpa berpikir panjang lagi, aku segera berlari, berusaha untuk mencari ita secepat mungkin. ibunya argi pun terlihat panik karena mendengar suara tangisan ita, padahal sebelumnya ita sedang asik bermain gelas berisi bola-bola kaca bersamanya. aku dan beberapa orang yang lain mulai kebingungan menccari dimana ita bersembunyi. dibalik sofa, dibawah meja, toilet sudah kami periksa. tapi hasilnya nihil. hanya suara tangisannya saja yang masih terdengar dengan jelas. setelah beberapa menit kami kebingungan mencari ita, berangsur-angsur suara tangisan ita sudah mulai mereda. aku semakin panik, takut terjadi sesuatu pada ita. aku, argi, ata, tante, teh dea, eja dan beberapa orang lainnya mulai berteriak memanggil nama ita berkali-kali. disaat aku sedang dilanda rasa panik yang luar biasa, tiba-tiba aku terperangah sewaktu melihat panji masuk ke dalam ruangan sambil menggendong ita. saat ini, fokus semua orang yang ada di ruangan itu hanya tertuju pada satu titik, panji. tangannya yang kurus tapi tampak kokoh itu sedang mengusap-ngusap rambut ita dengan penuh kasih sayang. panji berjalan masuk ke dalam ruangan sambil bergerak kesana-kemari, memutar-mutar tubuhnya, berusaha untuk membuat ita merasa nyaman. setidaknya, usaha panji memang berhasil membuat ita berhenti menangis. aku melihat ita sedang memeluk panji erat panji dengan kedua tangannya yang mungil. aku bisa melihat kedua mata ita yang mungil itu sedang terpejam. kepalanya pun ia sandarkan dengan tenang ke bahu panji. tangan kanannya terlihat mencengkram erat kaos yang dipakai panji. kedua pipi ita yang basah sesekali diseka oleh panji dengan punggung tangannya. mata ita terlihat sembab sekali, rona mukanya pun merah padam, mungkin akibat tadi menangis.

panji tersenyum. senyumnya ia alamatkan pada semua orang. membuat orang-orang yang melihatnya langsung menghela nafas dengan lega, seolah-olah mengisyaratkan bahwa segala sesuatunya baik-baik saja dan sudah tidak ada hal yang perlu dikuatirkan lagi. case closed. setelah itu, panji memalingkan badannya lalu perlahan-lahan berjalan keluar ruangan sambil tetap menggendong ita. seperti sebuah isyarat dari seorang wasit, suasana senyap yang semula sempat tercipta berangsur-angsur mulai kembali seperti semula. terdengar suara orang yang mengobrol disana-sini. aku mendengar beberapa orang yang membicarakan kejadian barusan kemudian membahasnya sambil tertawa. aku tidak memperdulikan mereka, aku lebih perduli dengan keadaan ita. dengan segera aku berjalan meninggalkan ruangan itu dengan langkah kecil yang kupercepat. argi pun kemudian berlari menyusulku. kami berdua menguntit panji dari belakang. panji berjalan menyusuri lorong tempat kursi-kursi dipajang di luar, kemudian berhenti di halaman restoran yang cukup luas. tangan kirinya ia lingkarkan ke kaki ita, sementara tangan kanannya tetap mengusap-ngusap rambut ita dengan penuh kasih sayang. sesekali aku melihat panji meniupkan mulutnya ke dahi ita, berusaha menyejukkan kening ita dengan udara yang ia hembuskan. aku dan argi berdiri di dekat panji. dengan isyarat mata, aku menanyakan keadaan ita yang dibalasnya dengan ucapan singkat tanpa suara yang keluar dari bibirnya, 'gpp sof.' tak lupa senyuman manis terukir indah disana. membuat rasa panik dan khawatir yang semula mendera, langsung runtuh seketika itu juga. argi mengulurkan tangannya, bermaksud untuk bergantian menggendong ita yang sedang terlelap. ita terbangun. tatapan matanya memandang kosong ke arah argi. sebentar. cuma sebentar ita memandang, kemudian kembali ia memejamkan matanya dan memeluk leher panji jauh lebih erat dari sebelumnya. pertanda ita tidak mau lepas dari panji. ita nyaman dengan panji. bukan dengan argi. itu maksudnya.

aku tidak berani meminta hal yang sama kepada panji. tadinya aku bermaksud meminta panji untuk menyerahkan ita kepelukanku. tapi melihat kejadian argi barusan, aku langsung mengurungkan niat itu. biarlah ita menikmati kesenangannya malam ini. mungkin dia memang nyaman di dalam dekapan panji. bukan aku atau argi. melihat aku berdiri mematung, panji kemudian menginjak kaki argi. dengan bahasa isyaratnya, ia menyuruh argi untuk mengajak ngobrol aku. argi yang bodoh dan tidak cepat tanggap malah membalas menginjak kaki panji. argi kira panji sengaja menginjak kakinya. tawaku langsung pecah saat itu juga sewaktu memperhatikan kebodohan yang argi lakukan. merasa lawan bicaranya mempunyai otak yang belum berkembang dengan cukup maksimal, panji langsung melirik ke arahku, menatapku dan memberi isyarat yang sama. aku langsung paham maksudnya dan langsung menggamit tangan argi untuk segera pergi menjauh dari situ, pergi meninggalkan ita dan panji. aku tahu, ita memang butuh ketenangan, yang tidak akan bisa didapat kalau ada seseorang bernama argi ada disana. mungkin panji juga punya maksud lain, menyuruh aku dan argi untuk melanjutkan pembicaraan kami yang sempat tertunda karena insiden kecil barusan. itu yang aku suka dari panji, dia mampu membaca situasi orang-orang yang ada disekelilingnya dan mampu mengambil kendali situasi tersebut sehingga membuat aku atau orang-orang yang ada disekelilingnya merasa nyaman. aku mencoba untuk menoleh kebelakang, melihat panji dan ita sekali lagi untuk memastikan semuanya baik-baik saja. sewaktu sadar aku sedang memperhatikannya, ia malah mengerlingkan matanya ke arahku. sial! ia sengaja menggodaku yang sedang berduaan dengan argi. hehehe.



*****
April, 200x




"sof, tolong anterin aku ke cigadung dong?" pinta panji padaku sesaat setelah kami baru saja selesai belajar tambahan di waktu malam hari di sebuah bimbel.



"mau ngapain nji?" tanyaku penasaran sambil membereskan buku kedalam kantong (tas).



"ada perlu bentar sof. aku takut pergi sendirian. soalnya klo malem teh suka ada anak buahnya bangbut." jawab panji sambil menatap mataku dengan penuh harap. jarang sekali panji terang-terangan minta tolong kepadaku. itu artinya dia memang sedang butuh.



"oke nji." jawabku cepat. entah kenapa aku tidak pernah bisa menolak permintaan panji.



karena waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, aku langsung memacu motor secepat mungkin meninggalkan tempat bimbel kemudian berputar ke arah simpang dago. setelah belok ke arah kiri menuju jalan dago, aku langsung menyebrang ke sisi jalan ke sebelah kanan untuk memutar arah menuju tubagus ismail. waktu itu, tubagus ismail memang sudah ramai oleh mahasiswa yang indekos disini, sewaktu aku dan panji melewati jalan ini pun terlihat banyak mahasiswa berjalan kaki disepanjang jalan ini. tapi terkadang, di waktu malam hari ada segerombolan anak muda yang mengaku sebagai anak buahnya bangbut. mereka terkadang suka mangkal di pinggir jalan dan menganggu orang yang lewat di depannya. buat yang belum tahu, bangbut adalah seorang tokoh 'pentolan' bandung tahun 80-an. dulu, bangbut adalah pemimpin geng motor harley davidson di bandung. bersama dengan kang bebeng, pentolan geng motor brotherhood, mereka berdua sempat merajai jalanan kota bandung dengan geng motornya masing-masing. entah aneh atau hebat, tapi dulu diwaktu era 80-an, mereka yang sudah eksis sebagai geng motor di bandung justru jarang sekali bertindak brutal dan norak seperti geng motor jaman sekarang. mereka justru terkesan bersahabat dengan warga bandung. hal itulah yang membuat anggota geng mereka selamat dari sasaran petrus (penembak misterius) bentukan pak benny murdani yang pada era itu dikenal tanpa ampun terhadap preman bertato. bahkan tak sedikit dari preman yang rela menyetrika tatonya karena takut ditembak atau tiba-tiba kepalanya ditutup oleh karung sewaktu sedang beredar di jalan raya. sayang seribu sayang, sekarang anak buah bangbut yang suka nongkrong disini tak se-friendly dulu lagi. sehingga wajar kalau panji minta diantar olehku.

beberapa menit menyusuri jalan tubagus, panji memintaku berbelok ke arah kiri menuju lembah tubagus ismail, baru kemudian menuju daerah cigadung, tempat yang identik dengan kompleks perumahan dosen unpad. hampir semua rumah yang ada disitu memang dihuni oleh dosen. ada juga sih beberapa rumah yang sudah berubah fungsi menjadi kos-kosan. setelah beberapa menit motorku berjalan lambat menyusuri areal perumahan ini, panji memintaku berhenti di depan sebuah rumah yang cukup besar. pagar rumah itu tinggi sekali, bahkan badan panji terlihat seperti orang kerdil sewaktu tangannya sedang berjuang untuk memencet bel yang ada di dinding belakang pagar. tak beberapa lama kemudian datang seorang pembantu laki-laki berusia paruh baya yang lari tergopoh-gopoh membukakan pintu. setelah berbicara sebentar dengan pembantu itu, pagar besar berwarna putih susu itu langsung terbuka lebar. panji kemudian menyuruhku masuk ke dalam rumah yang halamannya sangat luas. halamannya ditumbuhi aneka tanaman dan bunga yang tertata rapih. sewaktu aku memakirkan motor di depan pintu garasi rumah itu, sekelebat tercium wangi kembang tanjung yang sangat menusuk hidung. sungguh ironi, kembang tanjung yang sempat menjadi primadona dan ciri khas kota bandung kini sudah sangat sulit untuk ditemui. tadinya aku ingin berlama-lama berdiri di luar karena ingin menghirup sepuasnya wangi favoritku, wangi kembang tanjung.

panji segera memanggilku untuk masuk ke dalam rumah. aku sebenarnya agak sungkan untukikut masuk kedalam karena tidak kenal dengan pemilik rumah ini. ditambah lagi, waktu selarut ini bukan waktu yang tepat untuk bertamu ke rumah orang. tapi panji kemudian memaksaku, dia bilang kalau sang empunya rumah sendiri yang menyuruh panji datang malam-malam karena kebetulan beliau baru saja pulang dari sebuah acara di luar kota. sewaktu ikut bergabung dengan panji dan sang empunya rumah di ruang tamu, aku sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan mereka berdua. bapak itu, sang pemilik rumah, adalah salah seorang dosen senior di kampusnya. panji yang masih kecil itu terlihat akrab mengobrol dengannya sambil sesekali bercanda. bapak itu kemudian menyerahkan sebuah amplop berisi dokumen-dokumen yang tidak aku mengerti sama sekali sewaktu membacanya. setelah mendengar pembicaraan selanjutnya, barulah aku paham kalau bapak itu sedang
memberikan sebuah form aplikasi pengajuan beasiswa untuk sekolah di luar negeri. aku kaget. sumpah aku kaget. ternyata selama ini, diam-diam panji mengajukan beasiswa untuk kuliah di luar negeri. berhubung beliau ini punya akses dan kuasa untuk menjembatani antara calon penerima beasiswa dengan yayasan pemberi beasiswa. sewaktu panji terlihat sibuk mengisi formulir tersebut, beliau bercerita bahwa pertemuannya dengan panji berawal sewaktu panji yang pernah ikut tergabung dalam tim olimpiade di sekolahnya itu melakukan pertandingan penyisihan tingkat regional di fakultas tempat dia mengajar. kebetulan waktu itu beliau bertindak selaku panelis yang menilai setiap peserta olimpiade. pada pertandingan waktu itu memang disediakan beasiswa bagi tim olimpiade yang lolos ke tahap selanjutnya dan panji adalah salah satu orang yang beruntung memperoleh itu dan bersedia menerimanya. pantas panji selalu terlihat santai sewaktu aku dan argi sedang terlibat obrolan serius tentang jurusan yang akan kita pilih sewaktu spmb. panji biasanya hanya menggelengkan kepala ketika ditanya mau masuk ke universitas mana. ternyata, dibalik sikap santainya itu, dia malah mendahului aku dan argi dalam hal perencanaan kuliahnya. entah sudah yang keberapa kalinya dia membuatku terkejut. kali ini bahkan kejutan yang dia berikan cukup besar. kejutan yang entah kenapa justru mebuatku merasa sedih. sedih karena tahu dia akan pergi jauh dari bandung. pergi meninggalkan aku.



"nji, kamu beneran mau kuliah disana?" tanyaku pada panji sewaktu kami sedang berada di perjalanan pulang dari cigadung. aku sengaja mengendarai motor dengan perlahan karena ingin mengbol lebih lama dengannya.



"insyalloh sof. klo dikasih jalannya mah, aku mau." jawab panji. entah kenapa jawaban yang keluar dari mulutnya justru membuat hatiku merasa gundah. gelisah dan takut. takut ditingggal olehnya.



"kenapa kamu ngga kuliah di bandung aja nji?" tanyaku lagi, berusaha mencari tahu alasannya.



"aku mah kuliah dimana aja sof. terserah yang ngasih jalan. tapi ngga ada salahnya kan nyoba?"



"tapi kan ngga harus di luar negeri nji. kamu sengaja ikut olimpiade biar dapet beasiswa?"



"ngga juga ah. aku mah cuma nurutin kata guru sof, klo ada efek sampingnya mah bukan berarti aku yang minta, tapi kebetulan aja ada yang ngasih."



"tapi kamu nanti tetep ikut spmb?"



"ya iya atuh. yang ini kan belum pasti sof."



"terus, klo misalnya nanti kamu keterima spmb, eh ngga taunya beasiswa kamu juga diterima. kamu pilih yang mana."



"pilih apa kata bu'e aja sof."



"katanya kamu pengen kuliah bareng sama adit nji. kata kamu, adit pengen kuliahnya di bandung. masa nanti kamunya malah pergi."



"cape ah ngurusin adit terus."



"koq gitu nji? emang kamu udah ngga suka lagi sama adit?"



"masih. tapi buang waktu aja klo aku mikirin dia terus. buktinya hidup aku baik-baik aja tuh waktu dia ngga ada."



"aku juga dulu pernah kaya kamu nji. waktu aku suka sama argi."



"tapi aku bukan kamu sof. aku sama adit, kamu sama argi, itu beda orang sof. aku ngga mau berharap pisan lah sama yang namanya adit. cape."



"huhuhu. iya nji, emang beda. ah, sekarang aku juga masih bingung mikirin argi."



"udah, balikan lagi aja sof."



"teuing ah nji. emang susah klo suka sama cowo teh."

(au ah nji)



"kaya jam pasir yah sof?"



"jam pasir?"



"iya, klo bagian atasnya penuh, bagian bawahnya kosong. tapi klo bagian atasnya kosong, bagian bawahnya pasti penuh."



"bingung ah nji. huhuhu."



"ya itu, klo otak kamu penuh, hati kamu kosong. tapi klo hati kamu penuh, otak kamu jadi kosong sof. ngga bisa mikir."



"aku kan sekarang lagi marahan sama argi nji."



"iya, berarti otak kamu sekarang lagi penuh, tapi hati kamu kosong."



"nah, klo kamu sama adit?"



"hehehe, klo itu, hati aku penuh sof, tapi otak aku jadinya kosong! makanya aku udah males mikirin adit lagi. udah cukup."



"sip." ucapku pelan. kemudian aku langsung memacu motor dengan kencang melintasi jalanan kota bandung yang temaram.



*****
Alles is Liefde - (Everything is Love)






Oudt Leyden, Leiden





"teng....teng....teng...."




sudah tiga kali lonceng gereja itu berdentang. aku menaikkan sedikit lengan sweater berwarna biru denim untuk melihat arloji yang melingkar di tangan kiri.


'hmm...sudah pukul tiga sore.' gumamku dalam hati sewaktu melihat arloji. persis seperti bunyi dentangan lonceng gereja yang letaknya tak begitu jauh dari tempatku berada sekarang.


aku memanjangkan kaki sejenak, cukup untuk melancarkan peredaran darah yang beberapa menit lalu sempat terhenti sehingga membuat kakiku merasa kesemutan. terdengar bunyi deritan bangku kayu yang sedang aku duduki sewaktu aku membenarkan posisi duduk yang sudah mulai tak beraturan. dengan gemetaran, tangan kananku menjangkau secangkir susu coklat hangat yang diberi taburan cinnamon diatasnya. memegang gelasnya dengan kedua tangan saja sudah membuatku merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. perlahan-lahan aku menyeruput susu coklat hangat itu. begitu tegukan pertama mengalir melewati tenggorokan, badan yang semula beku perlahan-lahan mulai mencair. dan setelah beberapa tegukan berikutnya, aku baru merasa kalau badanku benar-benar hangat. bulan desember memang sudah lama lewat, tapi rasanya cuaca di Leiden masih tetap terasa menusuk tulang.


'dingin banget hari ini...' pikirku sewaktu melihat orang-orang yang baru saja melangkah masuk ke dalam oudt leyden, sebuah restoran pannekeuken (pancake) yang cukup dikenal di leiden. mungkin karena usia restoran yang sudah mencapai puluhan tahun lebih. hampir semua orang yang baru saja masuk restoran ini mengenakan coat tebal, itu belum termasuk sweater atau baju hangat yang mereka pakai dibalik coat. aku yang berdarah tropis ini sejak awal memang kurang cocok dengan iklim di sini.


garpu dan pisau aku gunakan untuk melipat sebuah pancake berukuran besar yang ada di hadapanku, hampir sama besarnya dengan pizza ukuran large. pancake tipis dan besar itu aku gulung sehingga bentuknya kini menyerupai omlet, membuatnya semakin mudah untuk dimakan. suapan demi suapan apfelstrudel, sebuah pancake apel dan kismis yang diberi taburan gula halus dan bubuk kayu manis, masuk kedalam mulut. cuaca yang dingin seperti ini memang membuat perut terasa lapar. sesekali aku menambahkan chocoladesaus (saus coklat) diatasnya. membuat apfelstrudel favoritku ini terasa lebih nikmat. sejenak, rasa dingin yang semula datang menyergap perlahan-lahan mulai lenyap. membuatku merasa nyaman untuk berlama-lama disini. walaupun langit di luar sudah terlihat muram, aku masih merasa malas untuk beranjak pergi dari tempat ini.

interior restoran ini memang benar-benar memanjakan pengunjungnya. gedungnya bergaya art nouveau, arsitektur khas bangunan yang ada di negeri ini. eksterior yang simple, berpadu dengan interior bercitarasa klasik mampu menghangatkan suasana restoran. meja-meja kayu besar yang memanjang di dalamnya, deretan kursi kayu antik, puluhan koleksi keramik bergaya victorian, ditambah hiasan dinding berupa lukisan kuno yang dipajang disana-sini membuat suasana hangat kian terasa ketika pendar cahaya lampu gantung dan lampu dinding ala kastil eropa menyinari seluruh ruangan yang sebagian dindingnya dilapisi pula dengan kayu.

tempat yang sempurna, berpadu dengan sajian yang menggugah selera. suatu kombinasi yang cukup sempurna untuk sekadar menghangatkan tubuh dari cuaca dingin yang berhembus kencang di luar sana. mungkin hanya ada satu pemanis yang kurang disini, pemanis yang seharusnya duduk di bangku samping, atau di bangku yang letaknya berhadapan denganku. aku hanya duduk termenung seorang diri. tidak ada orang untuk berbagi pendar cahaya lilin, tidak ada orang untuk berbagi manisnya rasa stroop (sirup) yang baru saja kutuang di atas pancake. mungkin sebenarnya bukan cuaca dingin yang membuatku resah, melainkan hembusan angin dingin yang entah sudah berapa lama menderu hati ini. membuat hati yang semula hangat perlahan-lahan mebiru, lalu kemudian membeku.

berkali-kali aku menatap layar pda yang kugenggam dengan tangan kiri, sementara tangan kananku sibuk menggerak-gerakkan stylus pen di atas layarnya. entah sudah berapa kali aku membalas email, mengirim balasan offline message yahoo messenger, dan tak lupa membalas sms-sms dari beberapa orang teman. alat elektronik ini memang cukup jitu untuk mengusir rasa sepi. beruntung cuaca kali ini tidak menghalangiku untuk melakukan kegiatan browsing internet. awalnya aku membaca beragam berita, kemudian pindah ke bagian artikel elektronik. setelah bosan, barulah aku mengubah status yahoo messenger milikku yang semula offline menjadi available. ada beberapa orang yang langsung menyapaku, tapi sayangnya aku tidak terlalu tertarik untuk berbicara panjang lebar dengan beberapa orang. dari ratusan list teman ym, aku hanya berharap satu orang saja yang menyapaku. bukan orang lain. hanya dia.


'si_lumba_lumba is busy' begitulah status yang terpampang jelas di layar. aku langsung menghela nafas..... sia-sia juga aku online sementara dia sedang sibuk, pikirku dalam hati.


aku buka layar chat-nya berkali-kali. aku buka, tapi langsung aku tutup lagi. aku takut untuk memulai percakapan ini terlebih dahulu, padahal saat ini aku ingin sekali menyapanya. menanyakan kabarnya.


'sofi ardan is offline. sofi ardan is online.' berkali-kali aku sign out, kemudian sign ini kembali. bukan, bukan karena sinyal gprs yang buruk. tapi aku sengaja. sengaja menarik perhatiannya. siapa tau dia memperhatikanku.


usaha itu sia-sia. hampir setengah jam lebih jendela chat darinya tak kunjung terbuka. dia masih asyik dengan statusnya, busy, mungkin saat ini dia memang benar-benar sibuk. akhirnya, dengan penuh rasa penyesalan, aku memutuskan untuk benar-benar sign out. kembali ditemani oleh kesendirian dan keramaian palsu yang sedari tadi memenuhi ruangan ini. aku melihat sekeliling... ternyata memang benar cuma aku yang duduk sendirian disini. aku bukannya tidak punya teman. temanku banyak disini. semuanya tersebar. tinggal pilih, mau teman di amsterdam, delft, voorburg, scheveningen, rijswijk, dan rotterdam. mungkin jika aku undang salah satu dari mereka, aku tidak akan duduk sendirian seperti ini. tapi bukan itu yang aku butuh. terkadang, kehadiran seratus orang teman sekalipun tidak mampu memuaskan dahaga ini. aku hanya butuh satu orang saja. dia. cuma dia.


'si_lumba_lumba is now offline.' sebuah tulisan yang terpampang di layar. satu buah kalimat yang langsung meruntuhkan duniaku dalam seketika.



*****
21 Studio, Bandung Super Mall
"yang, dapet ngga tiketnya?" tanya gw kepada ghea, pacar gw.



"dapet nich... tapi midnight. gpp kan?" jawabnya sambil menyodorkan beberapa buah tiket yang baru saja dia pesan bersama teman-temannya.



"gpp yang. tapi masih empat jam lagi euy, enaknya ngapain dulu?" tanya gw sambil merangkul pundaknya dengan mesra.



"kamu udah makan malem belum?" tanya ghea seraya menyambut pelukan gw dan membalasnya dengan memeluk erat pinggangku.



"belum. aku teh tadinya mau ngajakin kamu makan."



"hehehe... kamu mau makan apa yang?"



"apa aja, yang penting nasi. kalo kamu gimana?"



"aku sih sama, tapi anak-anak mah mau ke pizzut cenah. mau bareng sama mereka atau kita makan berdua aja yang?"

(cenah : katanya)



"pizzut? ya udah atuh gpp, kita ikut aja. ngga enak klo makan berdua aja mah."



"iyah. yang, gimana tadi di rumah? teh dea sama mas arya udah berangkat?"



"nggeus. gelo, tadi teh asa riweuh pisan. bawa ini, bawa itu. mobil teh pinuh ku barang, lain jelema."

(udah. gelo, tadi teh ribet banget yang. bawa ini, bawa itu. mobil teh penuhnya sama barang, bukan orang.)



"hahaha... ya wajar atuh yang, namanya juga orang mau nikah mah pasti riweuh. udah berangkat semuanya itu teh?"



"heu euh. udah semuanya, tinggal aku sama eja aja yang belum. yang, kamu kebayanya udah selesai dijait?"



"udah yang, besok baru mau aku ambil. anterin yah?"



"iya." jawab gw singkat.



memasuki pizzut yang malam itu bisa dibilang cukup ramai, gw, ghea dan beberapa orang teman lainnya memilih untuk duduk di pojokan supaya bisa bebas bercanda dan berteriak sesuka hati. kebetulan ada fia, sang seksi perlengkapan kami yang selalu membawa perlengkapan hiburan portable. hari ini fia membawa dua buah macam kartu, kartu uno dan kartu remi. setelah masing-masing orang memesan pesanannya, aktivitas menunggu pun kami rubah. meja tempat makan dirombak menjadi layaknya meja judi. aneka kartu bertaburan di atas meja, beragam permainan pun kami gelar, mulai dari poker, remi, empat satuan, kucing-kucingan, cangkulan, qiu-qiuan, dll. tak hanya itu, gw berinisiatif untuk memberi hadiah kepada orang yang kalah dalam permainan untuk memakan aneka sayuran pahit yang tersedia di stand salad yang ada disana tanpa boleh menggunakan mayonaise sedikitpun. tak pelak, setiap kali ada orang yang kalah, tawa kami pun pecah sehingga membuat orang-orang yang ada di sekeliling pasti langsung melihat ke arah kami. bukannya menghentikan permainan, kami malah semakin memperparah hukuman bagi yang kalah yaitu menyuruhnya 'ngemut' es batu selama mungkin di dalam mulutnya sampai giginya terasa ngilu.



"yang... kamu lagi ngapain sih?" tanya ghea sewaktu melihat gw sedang sibuk menatap layar hp.



"cuma ngecek ym aja sebentar." jawab gw cuek, sambil memperhatikan siapa saja teman yang sedang ol.



'sofi_ardan is available' mata gw langsung tertuju di bagian itu. ternyata sopi lagi ol. dengan ragu, gw menimang-nimang untuk menyapa sopi. statusnya emang available sih, tapi takutnya nanti gw dicuekin. waktu itu gw pernah coba nyapa dia duluan, tapi dibalesnya lama pisan. itu juga dia bilangnya lagi sibuk, jadi balesnya lama. berkali-kali gw mencoba untuk mengirim buzz, tapi masih tetap ragu.



"yang... giliran kamu tuh." sahut ghea sewaktu tiba giliranku untuk membuang kartu.



"oh... iya iya..." jawab gw sambil asal membuang kartu karena saat ini pikiran gw sedang melayang-layang di tempat lain, bukan bermain kartu.



"ih... itu kartunya sekop, bukan hati." kali ini ghea berkata sambil mencubit lengan gw.




"oh sekop? sory sory...." ucap gw lalu mengambil kembali kartu yang tadi sempat gw buang kemudian membuang kartu yang sesuai ke atas meja.



"kamu teh masih ym-an yang?" tanya ghea sambil melirik ke arah hp gw.



"iya..." jawab gw singkat karena mata ini kembali menatap lekat layar handphone.



"udah atuh matiin dulu hp nya yang. kan lagi main...." pinta ghea.



"iya nanti." jawab gw.



"emang kamu lagi chat sama siapa yang?" tanya ghea, kali ini dia langsung merebut hp dari tangan gw.



"ngga ada. sini atuh balikin." balas gw sambil berusaha merebut hp dari tangan ghea.



"eh eh eh... iya iya. ini aku kasih." jawab ghea panik sewaktu kami berdua sempat bertarung untuk memperbutkan hp.



"lho, kenpa e-buddy nya mati????" tanya gw sambil menatap tajam ke arah ghea.



"ma-maaf yang... tadi kepencet. habis kamu ngagetin aku sih."



gw mengacuhkan jawaban ghea, kemudian kembali mengutak-atik hp, bermaksud untuk kembali log in ke e-buddy. sialnya, setelah berkali-kali gw mencoba untuk log-in, ternyata sia-sia. gagal. mungkin sinyal disini kurang bagus, atau mungkin pulsa gw nya habis.



"yang... maaf yah?" pinta ghea sekali lagi sambil mengusap-ngusap paha gw.



"hmm..." gw hanya bergumam untuk menjawabnya.



"ucingku sayang.. maafin atuh..." ucap ghe dengan nada manja.



"aku ngga suka kamu manggil aku ucing!" teriak gw dengan kencang, sampai teman-teman gw yang tadi sedang asik bermain, smuanya langsung terdiam.



"i-iya yang... maaf." ucap ghea sambil menunduk pasrah ke arah gw. sementara tangannya yang semula ada di atas paha gw, langsung dia singkirkan.



bukan, bukannya gw ngga suka dipanggil ucing. justru itu adalah salah satu panggilan favorit gw. tapi bukan ghea, bukan juga orang lain yang manggil 'ucing' sama gw, karena itu panggilan sayang sopi khusus buat gw. cuma dan hanya sopi yang boleh manggil gw kaya gitu. only him!



*****
*Beberapa Hari Kemudian*




Raden Mas Restaurant, Amsterdam
Jangan berhenti mencintaiku
Meski mentari berhenti bersinar
Jangan berubah sedikitpun
Di dalam cintamu ku temukan bahagia



suara merdu dari titi dj mengalun syahdu di seluruh penjuru ruangan restoran ini. bahkan lagunya bergema sampai ke palung hatiku yang terdalam. kembali mengingatkanku akan sosok seseorang yang sudah lama karam di dasar hati ini.

entah kenapa, tempat ini membuatku merasa nyaman. mungkin karena alunan lagu-lagu indonesia yang sedari tadi diputar. mungkin juga karena indisch eten yang bercitarasa sangat indonesia sekali disini. benar-benar mengingatkanku kepada indonesia. selama ini aku memang jarang pergi untuk sekedar makan ke tempat ini. letaknya memang dekat dari leiden, tapi aku lebih memilih untuk mengganjal perutku dengan patat (french fries ala belanda dengan ukuran kentang yang lebih besar) atau stampot (mirip mashed potato yang diberi campuran sosis dan kol). aku memang lebih memilih kentang sebagai pengganti nasi dibanding roti atau apapun karena kentang disini rasanya jauh lebih enak.

sewaktu aku sedang sibuk mengotak-atik laptop untuk menyelesaikan masalah pekerjaan, tiba-tiba datang serombongan de oudjes (orang tua / opa-oma) yang aku yakin mereka sebenarnya adalah orang indonesia yang sudah lama bermukim di belanda. benar saja, sewaktu mereka duduk, terdengar percakapan dengan bahasa indonesia yang lancar lengkap dengan dua buah logat yang paling sering dijumpai oleh orang keturunan indonesia yang lama tinggal di belanda, logat sunda dan menado. sesekali juga terdengar logat orang ambon dan medoknya bahasa jawa dari mulut mereka. di belanda memang banyak sekali
terdapat vereniging (semacam perkumpulan) orang-orang indonesia yang tersebar di berbagai penjuru kota. ada perkumpulan nostalgia ala de oudjes, atau perkumpulan mahasiswa indonesia yang sedang kuliah disini, biasanya didominasi oleh PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) dan HMI (himpunan mahasiswa indonesia) yang masih membawahi lagi perkumpulan-perkumpulan kecil lainnya.



"BUZZ!!! BUZZ!!!" sebuah pop up window dari yahoo messenger tiba-tiba muncul di layar laptop.



ada seseorang yang mengajakku chatting. aku meminimize beberapa buah pekerjaan yang tadi sedang kuketik kemudian melihat siapa yang mengajakku chatting. ternyata...



"si_lumba_lumba : aku bukan pengemis cintaaaaaaaa~~~"


spontan aku langsung tertawa begitu membaca pesan yang dikirimkan argi melalui messenger. dengan segera aku men-save semua dokumen yang tadi sedang kukerjakan, meng-close semuanya dan hanya menyisakan satu ruang untuk yahoo messenger. tidak ada yang lain. tak lupa aku mengganti settingan fontsize nya besar-besar supaya bisa dengan puas membaca tulisan argi. huhuhu.



"si_lumba_lumba : tikus makan sabun... tikus makan sabun. edanlah aku ngga diwaro ;( "



muncul satu pesan lagi dari argi. mungkin karena aku yang terlalu lama membalasnya. dengan segera aku mencari posisi duduk yang enak kemudian menarik nafas dengan pelan. 'yap! siap untuk chattiiiiiing!', teriakku dalam hati.

(ngga diwaro : dicuekin)



sofi_ardan : uciiiiiiiiiing~~~ maaf lama.

si_lumba_lumba : ay ay ayam den lapeh! hahahahayyyyy sombong yeuh!

sofi_ardan : kamu yang sombong. suka tiba-tiba off. ;(

si_lumba_lumba : eh, masa? bukannya kamu sering invisebel?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar