Senin, 21 Maret 2016

Pelangi Dilangit Bangka (Kisah Rio) Part 36 Bagian 2

Mohon maaf karna lama sudah lama sekali tidak melanjutkan cerita ini.
Kali ini saya akan lanjutkan kembali cerita ini.

Mama erwan belum tidur saat kami tiba. Ia sedang duduk di depan komputer nampak sangat serius dan agak kaget saat kami berdua masuk.
“sudah pulang nak.. ya ampun mama keasikan sampai tak sadar sekarang sudah jam sepuluh...” 
Bertepatan mama erwan mengatakan itu, jam antik berukuran raksasa dari jati berukir yang bertengger dengan anggun diruang tamu erwan berdentang keras sebanyak sepuluh kali hingga menimbulkan suara bergema.
“kalau lapar ajak rio makan dulu, tadi bik ratih membuat perkedel daging, mama juga tadi sempat beli martabak telor, masih ada di kulkas..nanti kamu panasin dulu dalam microwave.. mama sudah ngantuk mau tidur dulu..”
Kata mama erwan sambil berdiri dan menutup mulutnya dengan telapak tangan karena menguap.
“iya ma.. istirahatlah dulu..mama itu kapan sih liburnya, perasaan tiap hari kerja terus..”
“namanya juga tugas nak, ya harus dikerjakan mau tak mau, kalau mama libur malahan akan semakin bertumpuk dan mama tak bisa bayangkan sedangkan tak ditumpuk saja rasanya tak habis habisnya..”
“kalau mama sampai sakit kan jadi repot juga..”
Protes erwan.
“mama selalu jaga kesehatan kok.. ya sudah sekarang mama mau ke kamar dulu, besok papamu pulang dari jakarta, mama harus pulang lebih awal jadi mama ke kantor agak pagi..”
“selamat istirahat ma..”
“terimakasih sayang, kalian berdua jangan begadang..”
Pesan mama erwan sebelum beliau meninggalkan kami.

“kamu lapar nggak yo..?”
Tanya erwan. 
“nggak wan, aku jarang makan jam segini, takut buncit...”
“nggak apa apa yo biarpun kamu buncit aku tetap sayang kok..”
“bukan itu masalahnya wan, aku Cuma tak m au membiasakannya takutnya nanti malah jadi kebiasaan, kalau sudah mau tidur aku hindari makan..”
Kataku apa adanya.
Kalau begitu kita langsung ke kamarku saja lah..”
Kata erwan sambil menarik tanganku dan berjalan menuju ke kamarnya. Kami melewati ruangan tengah yang berpintu tinggi dengan profil yang membingkai pintunya. Tirai tirai tebal berwarna hijau kering bermotif bunga transparant berumbai rumbai membuat kesan ruangan itu bernuansa klasik. Kamar erwan terletak pada bagian samping antara lorong yang menghubungkan dapur dengan ruang tengah. Kamarnya cukup luas dan nyaman. Erwan orang yang suka dengan kerapian jadi aku tak melihat kamar pemuda yang berantakan, segalanya tertata rapi dan pada tempatnya, ini bukan kamar yang dulu waktu pertama kali erwan mengajakku ke rumahnya, karena rumah yang dulu telah direnovasi ulang. Tempat tidur erwan berukuran besar dialasi seprei polos berwarna biru tua dan sebuah bed cover yang tebal di quilt indah. rasanya orang empat saja muat tidur diatasnya. Ada pesawat televisi dan playstation, kamar mandi terletak di sudut kamarnya terkamuflase oleh lukisan bambu yang ternyata kalau digeser adalah pintu kamar mandi itu. Miniatur mobil yang nyaris mirip dengan aslinya entah skala berapa berjejer pada sebuah lemari kaca yang di hias dengan lampu halogen warna biru redup. Di beberapa bagian dinding ada poster mobil mewah yang berukuran cukup besar aku hitung ada tiga jumlahnya dan semuanya itu di bingkai rapi dan berkaca. Ada ac juga sebagai pendingin suhu ruangan. Kalau di bangka tak ada ac, tidur dengan bed cover yang tebal bisa bermandi keringat.hampir seluruhnya kamar erwan bernuansa biru. Baik dari cat dinding, vitrasi dan gorden, karpet serta kursi komputer. 
“kamu ganti saja baju kamu dengan baju tidur yo..”

Kata erwan sambil membuka lemari pakaiannya yang built in di dinding. Sama seperti kamar mandinya, pintu lemari pakaian erwan memakai sistim geser untuk membukanya. Aku menggeleng saat pintu itu digeser, lampu yang ada dalam lemari langsung menyala hingga semua isi lemari terlihat jelas bahkan ada cermin di bagian dalam lemari itu. Erwan melemparkan sebuah baju kaus yang langsung aku tangkap dengan sigap.
“makasih wan..”
“ini hawai nya.. kalau tidur pake jeans kayak gitu aku gak betah,,”
“sama juga lah wan aku gak betah kayak kamu..”
Aku membuka baju yang aku pakai lalu menggantinya dengan baju erwan. Saat aku membuka celanaku entah kenapa sepertinya erwan langsung mengalihkan pandangan kearah lain.
“ada apa wan..?”
Aku bertanya dengan heran.
“nggak yo..ganti aja dulu celananya..”
Terdengar sekali kalau erwan berusaha mengatur suaranya agar bernada wajar.
“aku pacar kamu wan kenapa juga harus malu..?”
“aku menyayangimu bukan karena nafsu yo..”
Suara erwan agak tercekat.
“jadi kamu tak bernafsu denganku..?”
Aku pandangi erwan dengan teliti nmaun erwan semakin serba salah.
“siapa yang tak bernafsu dengan orang yang ia cintai yo.. tapi aku tak mau menjadikan nafsu sebagai landasan dari hubungan kita ini, aku ingin semua karena kasih sayang..”
“aku juga maunya seperti itu wan, yah mungkin dulu hal yang seperti itu tabu bagiku, tapi aku dapat pengalaman yang sampai sekarang tak dapat aku lupakan..”
“aku tak mau dengar cerita masa lalumu dengan mantan mu.. biarlah itu jadi ceritamu. Aku terima kamu apa adanya dengan segala apa yang kamu miliki, jadi aku tak berhak mengorek ngorek kisah mu keculai kalau itu merupakan masalah bagimu yang kamu butuh bantuan aku untuk menyelesaikannya..”
Erwan memasukan leher baju dari atas kepalanya dan menurunkannya hingga menutupi badannya. Setelah selesai ganti pakaian erwan langsung naik ke atas tempat tidur. Aku ikut berbaring di sampingnya. Untuk masalah ini aku tak tau bagaiman maunya erwan. Jadi aku sengaja memberi jarak hingga mungkin diantara aku dan erwan masih bisa tiga orang berbaring.
Erwan menepuk tangannya dan mendadak lampu kamarnya padam.

Aku menarik selimut karena udara terasa begitu dingin. Aku coba memejamkan mata namun rasanya sulit sekali. Sementara erwan sudah terpejam sambil memeluk guling. Entah kenapa aku merasa agak gelisah. Berkai kali aku merubah posisi bantal karena pertama agak ketinggian, setelah aku turunkan satu bantal baru terasa agak nyaman namun itu juga tak bertahan lama. Lagi lagi aku merasa leherku agak pegal.
“ada apa yo..kamu nampaknya gelisah..?”
Suara erwan memecah keheningan kamar. Aku berbalik menghadap erwan. Ternyata ia belum tidur.
“entah lah wan, aku sendiri tak tahu kenapa..”
“jangan terlalu banyak pikir nanti malah kamu bisa stress, kalau ada masalah kamu bisa cerita padaku, barangkali aku bisa membantu.”
Erwan bergeser agak merapat padaku. Namun aku tahu walaupun mendekat ia agak m enjaga jarak. Sesungguhnya aku jadi bingung dibuatnya, apakah erwan takut andaikan kami terlalu dekat akan terjadi sesuatu yang di inginkan.
“aku tak apa apa wan, kamu tidurlah kalau sudah ngantuk..”
“bagaimana aku bisa tidur kalau kamu gelisah seperti ini yo, aku jadi kepikiran..jangan sembunyikan yo, aku kan pacarmu masak sih kamu belum bisa percaya padaku?”
Tanya erwan tanpa ada kesan memaksa.
“wan, aku bingung sekarang..kenapa ya kamu jadi agak berubah..kamu tau wan aku juga bukan orang yang lebih utamakan bercinta dalam suatu hubungan tapi aku juga butuh bermesraan dengan kekasihku, kalau seperti ini rasanya aku seperti berhadapan dengan orang asing..kalau memang kamu tak menginginkan hubungan yang terlalu jauh aku tak memaksa..”
Kataku sambil memunggungi erwan agar ia tak bisa melihat ekspresi wajahku saat ini yang aku tahu pastinya tak nyaman untuk di lihat. Aku merasakan ada sentuhan pada bahuku dan menariknya pelan hingga aku berbalik. Wajah kami saling berhadapan dan erwan tersenyum. 
“jangan salah paham ya sayang..aku Cuma ingin hubungan kita bertahan lama karena kita saling menerima apa adanya, kalau seks yang kita jadikan alasan utama aku takut nanti malah lama kelamaan jadi bosan, kamu kan sudah dapat pengalaman dari hubungan kamu dengan rian, itu yang aku takutkan..aku menyayangimu dari hati yo, andaikan kamu jelek pun mungkin aku akan tetap menyayangimu..rasa ini bertahan sekian lama pastinya akan selalu begitu..”
Sambil berkata demikian erwan memelukku. Aku hanya diam. 
“kamu marah ya..?”
Bisik erwan di telingaku. Aku menggeleng.
“tidurlah yo..aku ingin tidur sambil memelukmu, aku ingin merasakan kalau kamu memang ada. Aku masih belum percaya hingga sekarang kalau aku masih bisa bersamamu, semua ini rasanya bagaikan mimpi..”
Aku memejamkan mataku dan membenamkan wajahku di dada erwan, merasakan denyut jantungnya yang berdetak tak teratur. Erwan mempererat pelukannya.



Bangun pagi aku kira erwan masih tidur padahal hari masih gelap ternyata dia tak ada di dalam kamar. Aku beringsut turun dari tempat tidur lalu cuci muka di kamar mandi. Setelah itu aku keluar kamar untuk mencari erwan. Aku menemukan ia sedang berdiri di depan teras. Ia menoleh saat menyadari aku berdiri di berdiri di belakangnya.
“sudah bangun yo.?”
“iya wan, pagi amat kamu bangun, bagaimana tidurnya semalam nyenyak nggak..?”
“aku tak bisa tidur yo, aku coba tidur tapi tak bisa..jadi aku hanya berbaring sambil memperhatikan kau yang tidur nyenyak..”
Kata erwan sambil nyengir.
“kamu ini ada ada saja wan, aku tidur mendengkur ya..?”
Tanyaku agak kuatir.
“nggak kok, malah kamu tidur tenang sekali, sebenarnya aku pegal juga tapi aku tak bisa bergerak karena aku takut kamu terbangun, rasanya melihat kamu tidur seperti itu aku sangat bahagia..”
“kamu kan harus kerja hari ini wan, bagaimana kalau kamu ngantuk..?”
“aku sudah biasa kok yo, tenang saja, biasanya juga kalau ada banyak kerjaan aku bawa kerumah dan aku selesaikan sambil begadang.. masuk ke dalam yuk..kita ngopi dulu sambil sarapan, perutku sudah agak lapar nih..”
Kata erwan sambil berjalan masuk ke dalam rumahnya, aku mengikuti erwan berjalan disampingnya. Hari sudah mulai agak terang, biasanya kalau dirumahku jam segini emak sedang menyiapkan sarapan pagi bersama yuk yanti. 
Di ruang makan erwan yang juga tertata cukup apik aku dan erwan duduk di kursi makan yang terbuat dari jati ukir jepara yang sandarannya sangat tinggi serta empuk, meja makan oval memanjang dihiasi dengan 8 buah kursi. Ada roti dengan selai namun aku kurang suka makan roti jadi aku menuang teh ke dalam cangkir dan makan sepotong kue gandos abon. Bik ratih pembantu rumah tangga dirumah erwan orangnya belum begitu tua paling kalau aku tebak umurnya kisaran 38 tahunan lah. Ia sedang menggoreng sukun, harum goreng sukun merebak tercium hingga keruang makan, membuat aku benar benar ingin makan goren sukun jadinya.
“kamu aku antar agak sore ya, dirumah sepi yo..nanti kita nonton film, aku ada film baru pasti kamu suka nontonnya..”
Kata erwan sambil mengangkat cangkir teh yang ia pegang lalu meminum isinya sedikit.
“ya nggak masalah wan, tapi juangan terlalu sore ya soalnya aku mau beres beres dirumah, seminggu lagi kita puasa wan..”
Aku mencomot goreng sukun hangat yang baru saja diantarkan oleh bik ratih diatas meja.
“astaga yo tak terasa ya, waktu memang kadang berjalan makin cepat tanpa disadari tapi aku senang sekali karena tahun ini aku melewati puasa bersama kamu, hal yang tak terbayangkan bagiku.”
Erwan tersenyum ceria nampak sekali kalau ia memang benar benar senang. Aku jadi ikut tersenyum.
“wah pagi amat kalian berdua sudah bangaun, boleh tante gabung..?”
Aku dan erwan serempak menoleh, ternyata mama nya erwan.
“oh ya silahkan tante, ini kami lagi ngeteh...”
Aku mengangguk sopan pada mamanya erwan, aku ingat dari dulu mama erwan orang yang baik, aku suka mama erwan, pernah dulu waktu aku masih sekolah, ia memberikan aku perlengkapan sekolah lengkap dengan baju seragam serta sepatu, aku yang saat itu selalu memakai baju yang lusuh tentu saja merasa sangat senang sekali, kalau ingat masa kecil dulu kadang aku agak sedih juga, banyak hal yang indah maupun yang menyedihkan yang aku alami. Aku harus berkeliling kampung setiap hari hanya demi membantu emak mencukupi kebutuhan sehari hari, kadang aku merindukan masa itu, dimana emak selalu mendidikku dengan segala kebaikan serta pengertian yang tulus walaupun rupanya aku bukan anak kandungnya, tetapi ia merawat serta mengasihiku lebih dari anak kandungnya, aku menyesali ada masa yang hilang yang seharusnya aku lalui dengan penuh suka cita. Belum terlambat untukku merasakan lagi apa yang pernah hilang karena sekarang aku sudah ada di tanah kelahiranku lagi.
“mama hari ini pulang agak cepat soalnya mau jemput papamu ke bandara, kamu dan rio jangan kelayapan kemana mana ya, nanti kita bikin acara kecil kecilan, mama akan pesan masakan di restoran...”

“memangnya dalam rangka apa mama buat acara ma, kan mama bukan bulan ini ulang tahunnya..”
Kata erwan dengan ekspresi lucu.
“mama ingin sukuran karena kamu sudah sembuh, jadi jangan lupa kamu undan teman teman kamu, anna suruh bantu bantu disini, nanti jam empat sore acaranya, rio tak keberatan kan bantu erwan..?”
Mama erwan menoleh kepadaku. Aku buru buru mengangguk.
“tentu saja aku senang kalau bisa membantu erwan tante, jadi tante jangan kuatir aku akan disini untuk mengerjakan apa yang bisa aku kerjakan..”
“terimakasih ya rio. Kalian sudah saarapan belum..?”
Mama erwan menuang kopi dalam cangkir porselen yang tipis. Tak langsung meminumnya mama erwan meletakkan cangkir itu diatas meja lalu menyandar di kursi makan.
“ma aku tak mau kalau terlalau banyak tamu, kayak apaan saja.. pokoknya mama tak usah undang teman teman mama yang cerewet cerewet itu.. aku suka pusing kalau mereka sudah berkumpul..”
Erwan memasang ekspresi cemberut.
“nggak kok sayang mama Cuma mengundang bawahan mama di kantor dan juga anak anak panti, jadi kamu jangan kuatir mama juga ngerti kok, kamu kan baru sembuh dari sakit jadi butuh ketenangan...”
Jawab mamanya penuh pengertian. Aku hanya terdiam mendengar percakapan antara ibu dan anaknya itu, aku jadi teringat dengan mama, apakah kalau aku mengalami hal yang dialami oleh erwan maka perhatiannya akan seperti itu juga karena dulu aku pernah hampir jadi korban juga, tapi aku berhasil melawan hingga senjata makan tuan.
“makasih ya ma.. kalau gitu aku mau mandi dulu..”
Erwan menggeser gelasnya agak ke tengah. Baru saja aku mau berdiri saat melihat erwan juga sedang berdiri.namun mama erwan langsung berkata.
“rio kamu tunggu dulu sebentar tante mau bicara sama kamu..!”
Dengan heran aku kembali duduk.
“mama mau bicara apa ma..?
tanya erwan ingin tahu.
“nggak kok nak, mama hanya minta di temani ngobrol saja.. dari pada rio bengong nungguin kamu mandi..”
Mama erwan masih tetap menyender. Erwan mengangguk kecil mendengar jawaban mamanya.
“kalau gitu aku ke kamar dulu ya, kalau mau mandi k amu bisa nunggu aku selesai atau kamu bisa pakai kamar mandi tamu yang ada didekat ruangan santai sebelah kiri lewat pintu yang ada keramik warna hijau muda...”
Erwan memberitahuku sebelum akhirnya ia kembali ke kamar. Setelah erwan pergi mamanya menegakkan badannya.
“tante mau berterimakasih sama kamu rio..”
Kata mama erwan membuka pembicaraan.
“terimakasih untuk apa tante..?”
Aku makin penasaran sepertinya mama erwan bukan hanya sekedar mau ngajak ngobrol, kelihatannya ada hal yang iangin ia kemukakan dari caranya berbicara aku bisa merasakannya.
“ya, tante berterimakasih untuk apa yang kamu lakukan pada anak tante..”
“ah biasa kok tante aku sendiri menganggap itu bukan hal yang luarbiasa, aku dan erwan kan bersahabat dari kami masih kecil tante..”
Aku jadi malu. Tapi aku tak menyangka kalau apa yang akan dikatakan oleh mama erwan selanjutnya membuat jantungku terasa mau amblas dari dada.
“antara kamu dan anak tante ada hubungan apa rio..?”
Suara mama erwan mendadak jadi datar. Aku menatap mama erwan denga agak bingung aku tak mengerti apa yang ia maksudkan.
“maaf tante.. maksudnya..?”
“entahlah rio tante juga rasanya berat mengatakan ini tapi tante harus memastikannya dan bertanya padamu, sebenarnya tante sudah ingin menanyakannya sejak beberapa minggu yang lalu, tapi tak ada kesempatan..jadi sekarang tante ingin jawaban yang benar benar jujur dari kamu..”
Mama erwan menatapku dengan pandangan yang agak menusuk.
“tante minta penjelasan apa.. aku masih agak bingung tante..”
“apa kamu dan erwan pacaran..?”
Au tak tau berapa lama mulutku ternganga hingga gigiku terasa mengering.
“tante ingin jawaban yang jujur..”
Mama erwan melanjutkan. Tapi aku belum bisa mengatasi rasa terkejut, kenapa mama eran menanyakan hal ini, bagaimana dia bisa menyimpulkan kalau aku dan erwan pacaran. Aku harus menjawab apa. Aku kebingungan duduk dengan genmetar, keringat dingin langsung mengalir dan aku tak berani menatap mata mama nya erwan.
“bicara rio, jelaskan apa ini semau hanya dugaan tante saja atau memang ada sesuatu dengan kalian.. tante butuh kejujuran, lebih baik tante langsung dengar dari kamu sendiri daripada nantinya tante mendengar ada hal yang memalukan dari orang lain..”
“aku...aku..”
“waktu tante jaga erwan malam malam dirumah sakit saat kambuh ia mengigau rio, dan apa yang ia katakan bisa tante dengar dengan jelas, ia mengatakan tak ingin pergi karena ia sayang sama kamu, ia bisa bertahan karena ada kamu, sejak saat itu tante selalu mengawasi kalian, mungkin kalian saja yang tak memperhatikan, bukannya tante tak tahu saat kamu menyuapi erwan, saat kamu mencium pipinya dan saat kamu menjaga erwan dirumah sakit kamu tidur nyenyek, namun tanganmu dan erwan saling mengenggam, tante melihat itu semua tapi tante tak mau menanyakannya pada erwan atau membahas hal itu karena tante takut erwan malu dan ia melakukan hal yang tante takutkan...”

Gawaaat..... aku tak bisa lagi mengelak ternyata mama erwan memang sudah tahu. jadi aku tak mungkin bisa bohong. Aku makin gemetaran. Akhirnya aku mengangguk. Entah berapa lama aku tertunduk hingga aku rasakan ada tangan lembut membelai bahuku,
“tolong kamu jaga erwan, kalian sudah dewasa, tante hargai kejujuranmu..”

“tapi tante...”
“apa yang mau kamu tanyakan lagi rio.. tante sangat menyayangi anak tante, dia anak bungsu tante, dulu saat melahirkan dia tante sempat kuatir karena ia prematur dan harus dimasukan dalam inkubator, sejak kecil erwan sering sakit sakitan bahkan pernah terkena panas yang membuat tante panik, tante mengira bakalan kehilangan dia, tapi sukurlah semua bisa diatasi. Kamu sadari ia anak tante jadi tante sangat tahu apa yang ia inginkan, selama ini tante mengawasinya terus, mungkin ia tak menyadarinya.. bukannya tante tak tahu saat kalian masih remaja dulu erwan selalu bercerita tentang kamu, ia yang meminta tante membelikan baju serta seragam buat kamu, saat kamu sakit pun ia meminta tante membantu biaya rumah sakit karena erwan tahu itu akan memberatkan ibumu, tante bisa apa selain mengabulkan keinginannya itu, tante hanya ingin anak tante bahagia, hanya itu.. kamu tahu betapa sedihnya tante karena tak berdaya untuk membantu anak tante saat ia kehilangan gairah waktu kamu pergi dulu, tante masih ingat waktu itu erwan selalu murung, kalau makan harus di paksa dulu, tante tahu ia sangat khilangan kamu rio.. begitupun saat kuliah ia mati matian mau melanjutkan ke palembang tapi ditentang oleh papa nya karena papanya mau erwan kuliah di jakarta, di tempat yang lebih baik, tante sudah berusaha membantu erwan namun papanya memang disiplin dalam mendidik anak tidak kayak tante yang hanya bisa menurutinya karena tante tahu apa yang anak tante rasakan, begitupun saat ia tahu kamu sudah kembali kesini, tante sangat menyadari kalau erwan jadi lebih bersemangat... tante tahu itu..”
Beber mama erwan, airmatanya tergenang di pelupuk mata. Mama erwan menyekanya dengan saputangan. Aku terdiam tak tahu harus berkata apa. Aku sangat kaget, benar benar kaget.
“tante hampir dua kali kehilangan dia nak... tante sangat takut sekali, tante tak bisa bayangkan kalau saja tak ada yang menolong dia waktu itu.. tapi tante hanya bisa bersukur karena ada kamu, erwan bertahan karena ia menyayangi kamu nak.. kamu yang bisa buat dia bersemangat lagi, apa tante harus egois membuat dia sedih dengan melarang hubungan kalian.. sementara sudah terlalu lama ia sedih rio.. tante tak berdaya..”
Mama erwan terisak isak. Aku jadi semakin tak enak hati. 
“tante aku minta maaf aku tak bermaksud...”
“kamu tak bersalah nak, tante menyayangimu juga, tante tahu kamu anak yang baik.. tante percaya sama kamu, tante yakin kamu bisa jadi sahabat yang terbaik bagi erwan, kalian sudah dewasa, tante yakin kalian tahu apa yang kalian pilih ini.. tante percaya kalian, tolong jagalah hubungan kalian dan rahasiakan pada siapapun.. tante tak mau kalian berdua terkena fitnah, kita hidup bukan di dunia kita sendiri, ada masyarakat yang akan menilai serta memutuskan apa yang bisa diterima dan yang tidak.. jadi sekali lagi tante minta jaga erwan dan jangan kamu sakiti dia..”
Mama erwan berdiri menghampiriku dan tanpa aku duga ia mencium pipiku. Aku terpana dan jantungku berdetak makin kencang.
“kamu pacar erwan, mau tak mau tante harus terima, kamu adalah bagian dari hidup putera kesayangan tante, kamu bahagiakan dia ya nak..”
Mama erwan meninggalkan aku sendirian yang masih terbengong bengong. Sekitar lima menit kemudian erwan telah selesai mandi, erwan menghampiriku.
“kok melamun yo, lagi mikiran apa? Habis beras ya..?”
Kata erwan sambil bercanda. Aku tertawa datar dan menatap erwan. Ia terlihat bingung.
“Kenapa rio, ada yang aneh ya dengan penampilanku...?”
Aku menggeleng, aku tak mau kalau erwan tahu apa yang berkecamuk dalam pikiranku sekarang ini. 
“aku mau mandi dulu wan, bisa pinjam handuk kamu kan..?”
“ya boleh dong yo, kamu ambil saja handuk bersih dalam lemari, kamu juga bisa pakai bajuku buat ganti, baju kamu itu sudah bau, ada beberapa celana dalam yang masih baru kamu boleh ambil, aku rasa ukuran kita tak jauh beda...”
“terimakasih ya wan.. kalau gitu aku mau ke kamar kamu dulu.
Aku berjalan menuju ke kamar erwan. Ia mengamatiku hingga aku masuk ke dalam kamar. Sampai saat ini aku masih saja berdebar debar tak menentu aku sangat terkejut karena mama erwan tahu hubungan aku dan erwan, memang hidup ini terasa aneh selalu ada saja kejadian yang tak di duga, erwan sangat beruntung mempunyai ibu yang begitu menyayanginya hingga mengutamakan kebahagiaan anaknya diatas apapun juga, seperti emak ku juga, tapi emakku bukan lah emak kandungku, justeru ibu kandung yang sebenarnya malah membuangku dan tak mengakui aku sebagai anaknya karena aku membuat ia kecewa.
Aku membuka lemari erwan untuk mengambil handuk. Lalu aku membuka celana dalam yang masih terbungkus kotak. Aku mandi sepuas puasnya.. bermain main dengan busa sabun cair yang harum. Setelah aku selesai mandi aku keluar dari kamar mandi. Berganti pakaian dengan memakai baju erwan. Aku tak keluar dari kamar namun aku duduk sambil memandangi jendela. Aku melihat mobil mama erwan keluar dari halaman rumah menuju ke jalan. 
Aku tak mengira hubungan aku dan erwan bakal di mudahkan seperti ini. tapi aku bingung dengan tiara, aku tak mau kalau mama erwan menganggap aku orang yang tak bisa dipercaya karena saat ini aku sedang pacaran dengan tiara. Pasti mama erwan belum tahu dengan hubungan aku dan tiara, tapi tiara anak dari kakak mama erwan, itu artinya tiara keponakan mama erwan dan sepupu erwan. Pasti lambat laun mereka akan mengetahuinya, tadi mama erwan sudah berpesan kalau aku harus bahagiakan erwan, mamamnya pasti tak sekedar main main saat mengatakan hal itu, aku yakin bukannya mudah baginya untuk mengatakan hal itu. Tapi aku memang menyayangi erwan jadi aku akan berusaha sebaik baiknya untuk bahagiakan dia.
Aku keluar dari kamar erwan lalu bergabung duduk dengannya di depan televisi.
“wah harum sekali rio..”
“he..he... aku pake parfum kamu wan..”
“pakai saja rio mana yang kamu suka..aku jarang pake parfum yang ini, tapi setelah kamu yang pakai malah aku suka dengan harumnya..”
Kata erwan terus terang.
“film apa wan..?”
“bukan film yo hanya dokumenter saja tentang habitat hewan di afrika. Aku senang nonton yang beginian ..”
“wah aku juga suka nonton kehidupan hewan liar wan..”
Aku duduk di samping erwan. Kami berdua menonton hingga selesai.
“kamu sudah lapar yo, kayaknya bik ratih sudah selesai masak, kalau mau makan kita ke dapur sekarang..”
“boleh wan, perutku memang sudah agak lapar nih..”



Seharian ini aku menghabiskan waktu bersama erwan, kami tak kemana mana Cuma dirumah saja. Erwan menelpon beberapa orang temannya agar datang di acaranya sore ini. tepat jam satu mama erwan pulang kantor tapi Cuma sebentar karena ia harus pergi lagi ke bandara untuk menjemput suaminya. Utusan dari sebuah restoran mengantarkan banyak sekali makanan dan kue kue yang angsung di susun oleh bik ratih, aku membantu erwan merapikan rumahnya dan menyusun kursi kursi. Jam tiga mamanya pulang bersama papanya. Tak lama kemudian para tamu datang yaitu teman teman erwan dan beberapa teman kerja mamanya.

Aku melihat ada tiara juga datang bersama anna. Rasanya aku mau sembunyi saja di dapur agar aku tak perlu menemaninya ngobrol karena tiara biasanya bisa jadi cerewet kalau sudah bersamaku. Sedangkan erwan aku juga bisa melihat kalau saat ini sama sepertiku, agak menghindari anna dan berpura pura sibuk. 
“kemana aja kok nggak ada kabar sedikitpun kak, jangankan menelpon, sms juga nggak..?”
Tiara langsung mencecarku saat ia melihatku. Ya ampun ini cewek bener bener bikin aku tak berkutik.
“Lagi sibuk Tiara, kamu harusnya bisa ngerti, kalau memang kangen apa salahnya kamu sms, tapi aku bukan tipe yang suka tiap waktu harus berduaan, smsan atau telponan, hubungan yang seperti itu bukanlah hubungan yang baik yang sehat, kita bukan lagi anak smu yang norak..”
“loh kok kamu malah marah kayak gitu aku kan Cuma nanya..?”
Mata tiara terbelalak karena kaget. Aku menggelengkan kepala.
“kamu bilang aku marah, memang kamu masih anak kecil tak tau bedanya antara dikasih tau sama dimarahi..”
“rio ini acara erwan, aku tak mau kita berdebat, aku bertanya karena kamu adalah orang yang aku sayangi..tapi tanggapan kamu seolah aku tak pernah baik di mata kamu..”
“iya aku tahu aku juga tak mau ribut, kamu bantu anna sana masih ada waktu lain buat kita berduaan...”
Kataku dengan ,malas. Aku sebenarnya sadar kalau ini adalah salah aku tapi aku sengaja melakukan hal ini agar tiara makin tak menyukaiku dan akan berpikir lagi untuk menjadi pacarku. Tanpa banyak kata lagi tiara langsung menyusul anna ke dapur. Aku melihat erwan sedang berdiri di beranda sama teman temannya ada yang aku tahu tapi memang tak berteman tapi tetanggaan jadi aku tak menegurnya. Diantara teman erwan itu ada yang dulunya waktu aku masih sekolah di SD ia sering menghinaku dan mengatai aku miskin anak penjual kue busuk. Entah kenapa hal itu masih terngiang ngiang di kepalaku bagaimana kadang ia sembunyi dan melempari aku yang sedang jualan dengan pecahan genteng. Sekarang aku lihat ia sedang tertawa terbahak bahak bercanda dengan erwan. Sebenarnya aku tak marah sama dia tapi aku kesal saat ia bilang kue emakku kotor karena rumah kami jelek.
Untung saja saat tamat SD aku tak harus satu SMP dengannya karena akutahu ia masih saja nakal dan suka menganggu teman teman apalagi yang cewek. Dulu gara gara dia aku sempat minder di sekolah, wajarlah walaupun tak begitu kaya namun dia bapaknya kerja kantoran jadi ia ada lah mainan tak seperti aku yang hanya bisa gigit jari. Aku baru saj amau menghindar tapi erwan keburu melihatku jadi aku tak bisa mengelak lagi saat ia mengajak aku bergabung dengan teman temannya.
“perkenalkan ini rio..sahabat terbaikku dari kecil..”
Kata erwan sambil menarik tanganku. Sambil memasang senyum ramah aku menyalami mereka satu persatu. Akhirnya tiba bagiku untuk bersalaman dengan makhluk paling menyebalkan itu.
“Rio...”
Kataku tanpa berselera..”
“kamu rio..kalau tak salah kamu rio teman SD ku dulu kan?”
Ujar tama agak kaget.
“masih ingat rupanya sama aku..?”
Kataku berusaha nampak wajar. Aku tak betah lama lama bersalaman dengannya namun entah kenapa ia tak juga melepaskan tanganku.
“astaga Rio..lama sekali kita tak ketemu, aku kira kamu sudah berpulang ke rahmatullah..!”
Kata tama asal.
“enak saja kalau ngomong, aku yang ngirain kamu udah mampus ketabrak truk..!!”
Jawabku ketus. Erwan dan tama sama sama terkejut dengan reaksiku. Erwan memang tak tau kalau aku kurang menyukai tama namun aku belum sempat menceritakannya karena memang aku sudah lupa sama dia kalau saja hari ini anak brengsek yang sudah remaja itu tiba tiba nongol di depan hidungku.
“kamu masih marah yo..? aku minta maaf ya, dulu aku sering ngusilin kamu, tapi itu kan sudah lama sekali, masa sekarang kamu masih mengingatnya..?”
Tama terdengar menyesal. Aku terdiam, memang kejadian itu sudah lama sekali tapi kenangan saat ia mendorongku saat aku sedang jualan hingga kue yang aku bawa diatas kepalaku terjatuh semua hingga membuat aku menangis karena kasihan sama emak yang telah capek membuat kue harus merugi, padahal keuntungan dari jual kue tidak besar, hal yang paling aku benci didunia ini adalah orang yang sombong dan aku dihina, jangan mentang mentang hidup kami miskin dengan seenak hati orang mau menghina kami.
“Rio kamu sudah makan..?”
Tanya Erwan yang sepertinya memahami situasi berusaha untuk mengalihkannya. 
“Terimakasih wan aku sudah makan, aku mau ke belakang saja wan.. maafkan aku ya, aku sedang banyak pikiran.”
Kataku sambil melemparkan pandangan meminta maaf pada erwan, ia mengangguk mengerti. Aku lewat samping rumah erwan, lalu menuju kebelakang rumahnya. Tak aku sangka ternyata ada anna dan tiara.
“hai rio.”
Anna menyapaku. 
“hai juga anna kok kamu tak bergabung sama erwan di depan?”
“ini barusan kami sama tiara membahas hubungan antara kamu dan dia juga aku dan erwan, kadang kadang lucu juga ya kalau di pikir. Kamu kan sahabatnya Erwan sedangkan aku dan Tiara juga bersahabat, aku pacarnya erwan dan kamu pacarnya tiara. Aku hanya berharap semoga hubungan kita ini akan sampai di pelaminan.”
Kata anna dengan wajah berseri seri, aku terhenyak. Demikian berharapnya Anna kalau ia dan Erwan aakan terus berpacaran hingga sampai menikah sedangkan aku tahu bagaimana perasaan Erwan terhadapnya. Mungkin apa yang dirasakan oleh Erwan hanyalah kasih sayang seorang kakak terhadap adiknya saja demikian juga dengan yang aku rasakan terhadap Tiara. Bagaimana reaksinya andaikan nanti ia tahu kalau ia hanya bertepuk sebelah tangan, sedangkan tiara memang sudah tahu kalau aku ini seorang gay jadi Tiara tak akan kaget lagi. Tapi aku juga ragu andaikan nanti Tiara tahu hubunganku dengan Erwan bagaimana reaksinya. 
“Kenapa kakak kesini? Bukannya sekarang Erwan sedang berkumpul bersama teman temannya, Kaka tak gabung bersama mereka?”
Tiara ingin tahu.
“Kakak lagi malas saja bergabung, soalnya banyak yang tak kakak kenal, ada yang kakak kenal malahan anak yang dulunya paling rajin menghina Kakak.”
“Kalau begitu lebih baik kita ngobrol di taman belakang saja ya kak, aku juga lagi sumpek, oh ya Kakak sudah makan belum Kak?”
“Terserah kamu lah, Kakak juga tak tahu harus ngapain..”
Aku menyetujui. Tiara jadi senang sekali.
Tiara langsung menarik tanganku dan berjalan dengan semangat ke taman di belakang rumah Erwan. rumput yang tumbuh disini begitu teratur, sepertinya memang dirawat dengan baik. Aku mencari tempat berteduh di bawah pohon akasia hias yang dibawahnya ada kursi panjang dari kayu untuk bersantai. Semilir angin sore ini terasa menyejukkan hati. 
“Kak, aku minta maaf soal tadi, memang tak seharusnya aku terlalu menuntut, Aku sadar kak kalau Kakak butuh waktu untuk bisa benar benar menerimaku, Cuma kadang aku iri dengan teman teman yang punya kekasih dan kelihatannya mereka begitu bahagia kalau bersama kekasihnya. Apakah aku salah kalau berharap terlalu banyak sama kakak?”
Tiara menatap lurus ke depan tapi aku tahu kalau sebenarnya ia menunggu jawabanku. Aku menggaruk kepala yang tak gatal.
“Kenapa sih dari sekian banyak lelaki disini kamu bisa memilih kakak, bukannya kamu itu cantik dan bisa dapatkan lelaki dengan mudah Tiara?”
“Aku juga tak tahu kak dari awal aku bertemu dengan kakak entah kenapa rasa itu langsung ada dengan sendirinya. Kalau disuruh memilih tentu saja aku memilih mencintai lelaki yang juga mencintaiku kak, tapi harus bagaimana lagi kalau rasa itu sudah tumbuh dalam hati?”
“tapi kakak kasihan sama kamu Tiara, kakak tak mau membuat kamu gelisah terus terusan..”
“andai saja kakak tak terlalu sibuk sendiri mungkin kita bisa lebih sering menghabiskan waktu bersama ya kak..”
Keluh Tiara sedih. Aku tahu bagaimana perasaan Tiara. Disatu sisi aku kasihan padanya, tapi aku juga tak mau kalau Emak kecewa begitu tahu kalau aku dan Tiara sebenarnya tak pacaran, aku sudah membuat emak kecewa dan tak ingin mengecewakannya lagi. Tapi alangkah sulitnya membangkitkan rasa cinta kalau kita memang tak mencintai orang itu. Aku akan berusaha tak menyakiti Tiara dan Emak. Lagipula Erwan juga ada Anna dan aku yakin kalau ia takkan keberatan kalau aku bersamaTiara.
“Malam minggu ini aku mau ngajak Erwan dan Anna juga Kamu makan makan, kalau kamu ada waktu mau kan?”
Wajah Tiara langsung berbinar senyumnya merekah.
“Wah mau sekali Kak, pasti aku akan datang tapi Kakak yang jemput Aku ya?”
Kata Tiara dengan antusias. Aku mengangguk. 
“Aku jadi tak sabar menunggu malam minggu datang kak..”
Wajah Tiara jadi semakin cantik kalau dia tersenyum seperti ini, bulu matanya yang lentik bergerak gerak dan pipinya yang bertulang tinggi semakin merona. Andai saja aku seorang lelaki normal pasti aku langsung jatuh cinta. 
”kan tinggal dua hari lagi sudah malam minggu”
“Besoknya kita jalan ke pantai ya Kak, soalnya jarang sekali kita jalan jalan, aku ingin bisa bersama Kakak ke pantai.”
Tiara terdengar begitu berharap.
“Boleh kalau tak ada halangan minggu sore kita jalan ke pantai, tapi bersama Erwan dan Anna juga ya dek...”
“Iya bersama mereka juga biar lebih rame nanti aku akan buat rujak buah dan otak otak sekalian kita piknik.”
Tiar makin bersemangat. Aku hanya tersenyum. Ternyata menyenangkan hati orang membuat hati kita juga senang.
“Kita ke depan saja yuk kak, aku sudah agak lapar nih”
Ajak Tiara. Aku langsung berdiri.



“nah ini Rio nya baru saja kami membicarakan kamu yo..”
Ujar erwan saat ia melihat aku datang.
“Wah kalian gosipin aku ya, memangnya kalian lagi ngomongin apa?”
Tanyaku dengan penasaran.
“kamu kenal tidak dengan niko.. dulu dia kuliah di palembang juga..”
Aku langsung menoleh pada pemuda yang berdiri di samping Erwan, orangnya nampak ramah berkulit putih dan lumayan jangkung hampir sama tingginya dengan Erwan.
“Perkenalkan aku rio..”
“Niko..salam kenal ya..”
Ia langsung menyambut jabatan tanganku dengan antusias. 
“Kata Erwan kamu pernah tinggal di palembang ya?”
Tanya Niko sambil melepaskan jabatan tangannya.
“iya Nik..”
“Aku juga dulu sempat itnggal di Palembang kuliah disana.
“wah kamu tinggal di daerah mana?”
Aku jadi tertarik.
“aku dulu di indralaya kalau kamu dimana Rio?”
Niko balik bertanya.
“aku daerah sekip... kamu asli bangka ya..?”
“Iya..dari lahir aku di bangka bro.. rumahku tak jauh kok dari sini..”
Kata Niko tanpa aku tanya. 
“Rumahku juga tak jauh kok dari sini, kalau sempat mampir lah kerumahku, kalau tak tau ajak Erwan saja..”
Entah kenapa aku merasa kayak langsung akrab dengan Niko, aku senang karena orangnya ramah dan terlihat sopan juga. Ia terlihat terawat dan pembersih bajunya rapi serta harum.
“Kamu sudah makan Yo? Kalau belum kita makan sama sama saja karena aku juga belum makan”
Timpal Erwan.
“Wah boleh juga tuh, aku memang belum makan..”
Lah kok malah Niko yang menjawab. Aku tertawa karena merasa agak lucu. Niko hanya nyengir sambil melihatku. 
“Nama kamu sekarang Rio ya?”
Kelakar Erwan pura pura mendelik.
“sebentar aku panggil Doni dulu ya, bisa marah dia kalau aku makan tak bilang bilang ke dia..”
Ujar Niko sambil bersiul dan melambai ke seorang pemuda sepantaran denganku, berambut ikal.
Dengan pandangan bertanya tanya Doni menghampiri kami.
“Ada apa bro..?”
“Makan dulu, bukaannya kamu tadi mau aku ajak kesini karena tau akan diajak makan?”
Doni langsung cengengesan. 
“Dasar polisi tak berwibawa..”
Canda Niko. Setelah itu ia memperkenalkan aku dengan Doni. Dari ceritanya aku baru tahu kalau Doni seorang Brimob. Aku bersama Erwan, Doni, dan Niko berjalan menuju ke meja saji. Memang banyak sekali makanan yang di pesan oleh mama Erwan. Aku jadi teringat lagi dengan pembicaraan kami tadi pagi. Rasanya aku masih agak tak percaya kalau Mama Erwan setuju dengan hubungan kami. Benar benar tak masuk akal. Ataukah mungkin karena memang Mamanya Erwan hampir kehilangan Erwan maka ia jadi melakukan apa saja asalkan anaknya bahagia. 
“Ambil piringnya Yo kok malah melamun kayak gitu.
Erwan menyadarkanku dari bengong. Cepat cepat aku mengambil piring diatas meja. Lalu aku mengambil makanan yang aku suka. Kami duduk dipojok dekat ujung teras sambil duduk di undakan tangga teras. 
Setelah selesai makan Niko pamit pulang, katanya masih ada kerjaan yang harus ia selesaikan. Aku baru tahu kalau Niko punya usaha percetakan sendiri yang baru ia rintis. Sebelum ia berjalan menuju ke motornya ia masih sempat menyalamiku dan berjanji kapan kapan ia akan datang kerumahku.

2 komentar:

  1. Ceritanya terbalik alur episode ya...ga nyambung alurnya bila ending k selanjutnya.....tp Ku sangat excited membacanya....😀😀

    BalasHapus
  2. Bagian2 lainnya pada kemana? Kalo di wattpad ceritanya banyak yg di potong jdi kurang dapet feel nya .
    Ya walaupun ini udah yg ke 2 ntah ke3 kalinya saya baca , tpi tak sedikitpun membuat saya bosan membacanya .

    BalasHapus