Senin, 21 Maret 2016

Pelangi Dilangit Bangka (Kisah Rio) Part 39

PESAN DARI KAK FAISAL

aku terpaku melihat kenekatan tiara, baru sekali ini ia melihat mama tapi ia sudah berani mengaku sebagai pacarku, aku takk berani melihat reaksi mama. semoga saja mama tak memarahinya, aku ingat bagaimana mama dulu saat mengetahui amalia pacaran dengan almarhum kak faisal.

"apa kabar tiara, lagi borong ya?"
terdengar suara amalia, aku tahu kalau amalia hanya ingin menetralisir suasana, aku hanya bisa berdiri terpaku disini tanpa ada keberanian untuk menghampiri mereka. ingat dengan sikap mama kemarin membuat aku merasa sungkan.

"nggak kok hanya sedikit belanja bulanan, oh ya kakak cuma berdua saja sama tante ya?"
suara tiara terdengar riang, ia tak tahu bagaimana karakter mama. dari tadi sejak tiara menyalaminya aku melihat mama hanya diam saja seakan ia sedang melihat sesuatu yang aneh. amelia melihat kearahku dan mengangkat bahu. kelihatan kalau amalia juga agak kebingungan.
ingin rasanya aku pergi tapi aku tak mungkin meninggalkan tiara bersama mama, aku takut mama akan cerita macam macam sama tiara. dan aku lihat sepertinya reaksi mama terhadap tiara tak seperti yang aku kuatirkan. malahan mama seperti agak tertarik dengan tiara, aku hanya berharap kalau tiara tak berlama lama bicara sama mama.

"benar kamu pacarnya rio?"
terdengar suara mama bertanya pada tiara dengan agak keras.

"iya tante kami sudah sebulan jadian, memangnya rio tak ada cerita sama tante kalau ia punya pacar?"

aku nyaris berdecak dengan sandiwara tiara. aku tahu tiara punya maksud di balik ini semua. padahal tiara tahu kalau kami sekarang bisa di bilang bukan pacaran tapi dalam masa percobaan. sekarang ia mengatakan pada mama kalau ia adalah pacarku. aku yakin kalau perempuan yang lain tak akan berani mengatakan hal itu di depan ibu pacarnya yang baru sekali ia lihat.

mendengar jawaban tiara mama terdiam namun ia mengamati tiara dengan lebih seksama, lalu mama mengangguk. mama melihat kearahku sekilas bagaikan ada sedikit senyum yang tersungging namun aku tak tahu apa maknanya.
aku sudah tak tahan lagi, dengan tatapan meminta maaf pada amalia aku langsung menyeret tiara untuk mengajaknya pulang. tiara nyaris protes namun aku menatapnya tajam hingga tiara tak berkutik. mama seakan hendak menggerakan tangannya untuk menahanku namun ia urungkan lalu ia menatap kepergian kami.
*********

"apa apaan sih kamu ini tiara, kenapa kamu melakukan tindakan tadi tanpa persetujuanku. kenapa kamu katakan pada mama kalau kamu itu pacarku. bukannya kamu tau kalau aku dan mama sekarang sedang ada masalah!"
aku nyaris membentak tiara karena kesal namun tiara bagaikan tak terpengaruh.

"itu kan aku lakukan demi kakak juga, aku tahu apa masalah yang kakak hadapi dengan mama kakak hingga kakak tak teguran, maksudku baik kak, mama kakak harus tahu kalau kakak punya pacar biar mama kakak bisa melunak!"
jawab tiara tenang.

"tapi bukan begini caranya tiara, kamu k an tahu kalau kita sebenarnya tak pacaran...apa kamu mau menambah masalah kakak?"

"memang kak sekarang kakak belum menyayangiku bagai seorang pacar, tapi aku akan berusaha! aku mencintai kakak apa adanya dan aku mau yang terbaik bagi kakak, jadi tolong kakak jangan salah sangka. tak ada sedikitpun aku bermaksud menambah masalah kakak, coba kakak pikirkan apa yang aku lakukan tadi adalah semata karena aku memang menyayangi kakak. apa kakak tak mau berbaikan dengan mama?"
tiara balik menanyaiku, sebuah pertanyaan yang tak perlu aku jawab pun tiara sudah tau apa jawabannya.

"kamu belum mengenal mama dek!"

"aku baru mengenalnya tapi aku rasa aku bisa dekat dengan mama kakak, kita lihat saja nanti"
tiara keras kepala.

"kalau begini caranya kamu membuat kakak risih, kakak merasa tak nyaman dengan sikap kamu!"

"sekali saja aku mohon kakak bisa menangkap maksud baik ku kak apa salahnya sih aku mau dekat sama mama kakak, andaikan kakak yang berada pada posisiku apakah kakak akan sanggup menjalani ini semua, bagaimana rasanya kita sangat menyayangi dan mencintai seseorang namun tak ada sedikitpun balasannya, apa apa tindakan yang kita lakukan selalu diartikan negatif, aku bukannya tak tahu kalau selama ini kakak berusaha untuk menghindar setiap kali aku ajak kemana mana, tapi aku bersabar kak karena aku yakin kalau hati kakak itu bukan terbuat dari batu, aku yakin ada sedikit rasa sayang kakak padaku walau tak sebesar seperti harapanku tapi bagiku itu sangat berarti, sedikit saja kakak mau memahami aku, merasakan apa yang aku rasakan apa itu terlalu sulit bagi kakak?"
tiara memberondongiku dengan emosi, air mata mengalir di pipinya yang tersaput bedak tipis.

"bukan maksudku begitu..."

suaraku melemah, aku paling tak tahan melihat air mata. cukup sudah air mata yang mengalir karenaku. aku kehabisan kata kata.

"maaf kak, aku juga tak bermaksud membuat kakak merasa tak nyaman namun aku tahu kakak sangat ingin mama kakak bisa memaafkan kakak.. hanya ini caranya kak, mama kakak ingin melihat anaknya sebagai lelaki normal yang mencintai wanita bukannya lelaki. apa kaka tak merasakan bagaimana tadi mama kakak terlihat senang kak, meskipun ia tak mengatakannya tapi dari raut wajah mama kakak ia senang"

"lupakan kejadian tadi, lagian mama juga sudah mau balik ke palembang, tapi kakak minta kamu jangan mengulanginya lagi. kalau hanya untuk mengharapkan maaf mama tapi kakak harus berbohong tak akan selama ini hubungan mama dan kakak seperti ini, tapi aku tak mau memnfaatkan perempuan yang aku tahu aku tak mencintainya hanya untuk mengakali mama!"
tiara terdiam mendengar apa yang aku katakan.

"tega kakak mengatakan hal seperti ini padaku!"
desis tiara dengan tatapan ke depan seolah sedang bicara pada dirinya sendiri.

"bisakah kamu berhenti bersikap seolah aku terus yang salah, aku bingung kalau kamu terus begini tiara... Aku capek dengan keadaan ini."

"katakan kak apa yang harus aku lakukan, kalau kakak tak memberi kesempatan bagiku untuk masuk ke dalam hati kakak bagaimana aku bisa tahu apa yang kakak inginkan. Aku mencintaimu kak, dan akan terus begitu, aku yakin suatu hari kakak mengerti"

tiara masih saja berkeras dengan apa yang ia yakini. Aku tak bisa bicara banyak lagi. Perdebatan ini percuma saja. Seakan aku kembali berhadapan dengan rian. Ia tak bisa di tentang, segala yang ia yakini baginya tak bisa ditentang.

Aku mengantar tiara hingga ke depan rumahnya. Namun tiara mengajak aku ikut masuk. Dengan sedikit terpaksa aku masuk juga. Ada mama tiara sedang duduk didepan televisi, ia menyapaku dengan ramah.

"pasti tiara menyusahkan nak Rio ya, biasanya Erwan yang menemaninya.. Nak rio sudah makan?"

mama tiara menyapaku.

"tak apa apa tante, tak menyusahkan kok, sudah biasa... Lagi nonton acara apa tante?

Tanyaku berbasa basi. Mama tiara tersenyum simpul, ia meletakkan kain putih sulaman yang sedang ia jahit.

"tadi tante bikin kolak talas, nak rio mau kan makan kolak talas?"

mama tiara menawariku. Aku mengangguk, tak enak juga kalau terus terusan menolak apa yang mama tiara tawarkan.

"boleh tante kalau memang tak merepotkan. Terima kasih banyak tante"

"tunggu sebentar tante siapkan dulu "

mama tiara beranjak dari duduknya lalu ia pergi ke dapur. Aku menunggu tiara yang sedang memaruh belanjaannya ke dalam. Untung saja tiara tak lama sudah keluar lagi untuk menemuiku.

"tak perlu malu malu kalau disini kak, biasanya juga bang erwan kalau lapar tak segan segan minta disiapkan makan. Jadi kakak tak perlu sungkan."

tiara duduk dikursi yang ada di depanku. Aku mengangguk. Ruang tamu tiara tak terlalu besar, hanya ada sebuah lemari pajangan serta satu set sofa berwarna hijau lumut dari ukiran kayu jati. Tapi kalau masuk ke ruang tengahnya begitu luas. Meskipun dirumah tiara hanya ada tiara, mama serta papanya. Namun dirumah nya ada lima buah kamar tidur. Kakak kakak tiara sudah menikah. Satunya lagi masih kuliah di jogja.

"kak, sebentar lagi kata bang erwan ia mau kesini, barusan ia sms aku."

"kamu bilang kalau aku ada disini?"

"iya tadi aku bilang kalau kakak lagi disini, kata bang erwan sebentar lagi ia datang."

aku senang erwan mau kesini, jadi aku tak terlalu canggung, lagipula aku memang kangen sama erwan.

Tak sampai setengah jam aku menunggu erwan datang juga. Dengan tersenyum lebar turun dari motornya. Erwan langsung masuk ke dalam.

"baru saja aku mau kerumah kamu rio, untung saja tiara sms aku kalau kamu ada disini. Jadi aku langsung kesini aja, mama menyuruh kamu kerumah, tak tahu kenapa tapi kata mama ia mau bicara sama kamu!"
"mama kamu mau bicara apa memangnya wan, kok tumben sekali tak biasanya?"

"aku juga tak tau yo, mungkin mama lagi ada perlu sama kamu, kalau aku sih senang mama bisa dekat sama kamu. soalnya tak biasanya mama begitu dengan teman temanku, lagian kan kita sudah berteman sejak kita masih kecil dulu jadi wajar kalau mama lebih menganggap kamu spesial."
jelas erwan sambil duduk. tak lama erwan duduk mama tiara keluar dengan membawa semangkuk kolak talas yang tadi ia tawari.
"loh ada kamu rupanya wan, mak ngah nggak tau.. kamu mau makan kolak wan?"
mama tiara menawari erwan. namun erwan menggeleng.

"makasih mak ngah, aku sudah kenyang soalnya barusan aku makan dirumah, oh ya mak ngah ada pesan dari mama katanya nanti sore jangan lupa arisan dirumah tante Ida"

"iya wan mak ngah nggak lupa, makasih ya bilang sama mama kamu nanti mak ngah pasti datang!"

mama tiara tak ikut duduk namun ia kembali masuk ke dalam. aku langsung makan kolak itu karena erwan sudah menunggu. ia dan tiara mengobrol. obrolan biasa antar saudara. selesai aku makan aku langsung pamit sama tiara. nampaknya tiara keberatan namun karena memang mama erwan sedang ada perlu jadi tiara tak bisa menahanku lebih lama."

**********


"rio kamu kelihatannya semakin dekkat sama tiara, apa kamu sudah merasakan jatuh cinta padanya?"

tanya erwan tanpa ada sedikitpun nada menuduh. sekedar ingin tahu saja.

"tadi tiara minta ditemani ke toko buku lalu setelah itu ia minta di temani belanja...biasalah wan, kamu jangan kuatir aku belum merasakan apa apa terhadapnya."

"rio aku tak melarang kalau memang kamu mau pacaran sama tiara, aku tak akan cemburu, aku cukup rasional kok rio, walaupun kita saling menyayangi tak akan mungkin kita bisa bersama terus, kalau memang jalan kamu sama tiara aku tak akan menghalanginya, kadang aku berpikir kalau apa yang kita lakukan sekarang terlalu menuruti nafsu saja. aku jujur akui kalau aku sangat cinta padamu, tetapi bukan berarti kalau aku ingin menguasaimu. andaikan sauatu saat jodohmu sudah tiba, aku tak ada masalah kalau kamu mau menikah, aku ikhlas"

kata erwan saat akmi sudah berada di teras rumah tiara. ia berkata dengan pelan karena takut tiara yang sdang berdiri di depan teras mendengarnya. aku sedikit kaget dengan apa yang erwan katakan namun aku tak langsung menanggapinya. aku masuk ke dalam mobil sementara erwan naik ke atas motornya. kami meninggalkan rumah tiara menuju kerumah erwan.

di depan teras rumah erwan rupanya ia kembali mengulangi kata kata yang sama dengan yang ia katakan tadi dirumah tiara.

"kamu tahu wan, aku tak mau lagi menduakan hatiku seperti dulu, saat aku dulu berhubungan dengan rian dan aku juga bergubungan dengan om sebastian, semua jadi kacau dan tak terkendali, aku agak trauma."

aku menanggapi erwan. tapi erwan malah tersenyum.

"kamu jangan samakan aku dengan rian yo, kamu jangan kuatir kalau untuk masalah itu. tak akan terjadi apa apa kok."

erwan menepis keraguan yang aku takutkan.

"aku tahu kalau kamu dan rian sangat beda wan, tapi aku ingin kita selalu bersama. aku hanya ingin kamu sekarang ini, bukan siapapun"

"aku juga begitu rio, tapi aku juga tak mau kalau hanya memikirkan diri sendiri, cinta itu bukan berarti saling menguasai dan memiliki. cinta lebih dalam dari itu. saat kita ikhlas orang yang kita kasihi itu bahagia walaupun tak bersama kita itu adalah cinta. apa kamu tak mau bahagiakan orangtua kamu?"

tanya erwan lagi.

"kamu tahu sendiri kan wan, aku ingin sekali bisa bahagiakan orangtua, tapi bukan hal yang gampang untuk merubah perasaan, mencintai itu harus dari hati. kalau kamu suruh aku sama tiara sama saja aku malah menyakitinya, makanya aku sekarang sedang memberi kesempatan pada tiara untuk dekat denganku agar aku tahu apa yang aku rasakan nanti padanya apakah akan berubah, aku juga ingin meyakinkan hatiku kalau memang aku bisa mencintai seorang wanita, tapi itu butuh waktu. aku merasakan jatuh cinta pertama kali dengan seorang lelaki. dan sekarang semua itu sudah tertanam dalam pikiranku. untuk mengubahnya aku harus berusaha keras. memang tak ada yang tak mungkin kalau kita mau berusaha tapi sekali lagi aku katakan yang aku butukan adalah waktu"

aku ingin erwan tahu apa yang aku rasakan. aku bukan orang egois tapi aku j uga harus berhati hati sekarang. maslah yang aku buat sudah terlalu banyak. aku tak mau menambah lagi. kalau menuruti perasaan, sebenarnya aku sangat malu sekali. hal yang seharusnya jadi aib bagiku sekarang bayak diketahui tiara. aku juga tak mau mengelak dengan mengatakan pada tiara kalau semua yang ia ketahui tentang aku hanyalah gosip. tapi aku ingin memulai segala sesuatunya dengan kejujuran agar nanti tak ada celah baginya untuk menyudutkan aku karena ia sudah tau apa adanya tentang aku.

"aku paham sekali yo, oke lah aku juga tak m au membuat kamu merasa tak nyaman, sekarang kita masuk dulu.. mama sudah menunggu dari tadi. aku ingin tahu apa yang mama ingin katakan padamu."

Erwan mengajak aku masuk ke dalamm rumahnya. aku mengikuti erwan. kami berjalan menuju ke garasi karena dari situlah jalan untuk masuk keruang tengah rumahnya. karena aku sudah cukup akrab dengan keluarga Erwan makanya ia mengajak aku masuk langsung ke ruang keluarga.

erwan menyuruh aku duduk sementara ia memanggil mama nya. aku menunggu sambil duduk diruang tengah. dingin sekali karena AC menyala dan nampaknya di geber hingga dingin. daalam hati aku bertanya tanya ada apa gerangan sampai mama erwan memanggilku. sedikit gelisah juga apakah ini ada hubungannya denganhubungan aku dan erwan.

tak lama kemudian mama erwan menemuiku . ia tersenyum padaku. membuat aku jadi lega. itu artinya bukan mau membahas tentang hubungan antara aku dan erwan.

""Erwan kamu toloong belikan mama roti isi daging ya sayang, mama mau bicara dulu sama rio...!"
"mama memangnya mau bicara apa sih ma kok saya nggak boleh dengar?"
protes Ewan agak kesal. namun Ia langsngsung pergi juga. aku kembali bertanya tanya apa yang mau mama Erwan katakan. setelah Erwan pergi Mamanya langsung bergeser duduk lebih dekat denganku.
"Maaf Rio, Tante ada sesuatu yang sangat penting yang ingin Tante bicarakan, makanya tante menyuruh Kamu datang!"
wajah mama erwan nampak seakan galau, seolah ada sesuatu yang membuatnya resah enatah apa itu aku rasa sebentar lagi aku akan menemukan jawabannya.
"tante harap kamu tak berpikiran macam macam setelah kamu mendengar hal yang kan tante katakan ini nak.."
aku duduk dengan gelisah berusaha untuk menyimak apa yang akan mama erwan katakan.
"rasanya tante sangat berat mengatakan hal ini nak, tante menyayangi kamu bagaikan tante menyayangi anak tante sendiri, telah lama tante mengenalmu dan tante juga merasa senang anak tante berteman denganmu, tapi memang hidup ini selalu banyak hal yang harus kita jalani meskipun terasa berat..."
mama erwan menarik nafas seolah letih habis melakukan pekerjaan yang berat. rasanya aku sudah tak sabar lagi untuk mendengar apa yang akan mama erwan katakan.
"ada apa tante, katakan saja aku siap kok mendengarnya, apakah ini ada kaitannya dengan aku dan erwan?"
mama erwan mengangguk.
"iya nak, ini ada hubungannya dengan kalian berdua, ini bagaikan dilema bagi tante, erwan adalah anak tante yang sangat tante sayangi.. kebahagiaannya sangat penting bagi tante.. nmun kali ini tante sangat bingung, kemarin orangtua anna datang dan mereka ingin agar hubungan erwan dan anna segera diresmikan, itu yang buat tante kalut, memang erwan dan anna sudah lama berpacaran, dan usia anna juga sudah cukup untuk menikah, tapi tante tahu kalau ini adalah pilihan yang sangat berat bagi erwan, tante memang sengaja pura pura tak tahu mengenai hubungan kalian kalau di depan erwan karena tante tak mau membuatnya merasa malu..."
jantungku rasanya berdetak lebih cepat.

"tante tahu kalau kamu lah sebenarnya yang anak tante inginkan, tante sangat menyadarinya, tante juga tak tau harus bagaimana... memang hal ini aneh bagaimana mungkin tante tak bisa marah saat tahu keadaan anak tante, juga tak bisa melarang kaena tante tahu kalau erwan memang susah sekali untuk mencintai, hanya kamu yang bisa membuat ia merasa senang, tante tak tega untuk mengusiknya.."
aku rasa aku bisa menebak apa yang di maksud mama erwan, tapi aku masih berharap kalau ini hanyalah dugaanku saja.
"kalau erwan menikah apakah kamu bisa menerimanya rio?"
pertanyaan yang singkat namun mampu membuat aku merasa bagaikan tersiram air mendidih yang membuat tubuhku terasa sangat sakit. entah mengapa membayangkan erwan menikah membuat ulu hatiku seakan ditusuk oleh pisau yang sangaat tajam hingga terasa perih.

"aku...aku tak tahu...tante..."

jawabku terputus putus. mama erwan sudah banyak memberikan toleransinya untukku, tapi kenapa hubunganku dengan erwan harus begini singkatnya, apa yang aku inginkan sekarang hampir terbang, aku sangat menyayangi erawan dan aku tak tahu apa yang harus aku lakukann kalau harus berpisah dengannya. memang aku sudah mempersiapkan diri andai nanti erwan mau menikah, tapi dalam waktu yang sangat singkat seperti ini jujur aku tak mampu. bukan ini yang aku bayangkan.

"tante tahu bagaimana rasanya menyayangi, tante meminta maaf rio, kamu jangan salah faham, hubungan antara anna dan erwan tak ada masalah selama ini, tante juga tak tau kenapa hal seperti ini bisa terjadi. hubungan antara keluarga tante dan keluarga anna sangat baik, jadi tante tak tahu harus memberikan alasan apa saat mereka meminta tante untuk datang kerumah mereka nanti dengan tujuan melamar anna untuk erwan"

semakin jauh mama erwan bercerita makin jauh juga rasanya suaranya terdengar. pikiranku serasa di bawa terbang dalam pusaran yang begitu kuat hingga memusingkan kepalaku.
"rio kamu tak apa apa kan nak?"

sentuhan tangan mama erwan membuat aku kembali terhempas dalam kenyataan. sesuatu yang aku hadapi suka maupun tidak.

"tapi kenapa erwan tak memberitahuku?"

aku menggumam dengan getir.

"tante sudah duga kalau ia tak akan kberani memberitahumu karena ia tak ingin menyakitimu.."

"tapi aku perlu tahu hal ini, aku sudah menganggap ia begitu istimewa..."

mataku jadi berkaca kaca, aku tahan untuk tak mengedip karena hanya akan membuat jadi tangisan.

"tante juga tak mungkin menyuruh erwan mengatakan padamu makanya tante yang berinisiatif menyuruhmu kesini karena bagi tante ini sangat penting, maafkan tante rio, tak ada niat tante jahat padamu, tapi kamu sudah dewasa dan kamu juga setahu tante sangat pintar, jadi tanpa tante jelaskan juga kamu pasti tahu apa yang tante hadapi sekarang ini.."

sakit rasanya hatiku saat ini, apa yang diucapkan mama erwan waktu itu hanyalah ucapan yang dari mulut saja, apakah hal ini memang sengaja ia lakukan agar tak menimbulkan kesan kalau ia tak menyetujui hubungan kami. erwan juga kenapa tak mau memberitahuku kalau ia akan segera melamar anna, mengapa jadi begini, aku merasa hal ini terlalu dipaksakan. mama erwan bisa saja menundanya karena erwan juga masih muda. tapi kenapa ia bersikap seolah ini sudah begitu mendesak.

"tante ingin sekali menimang cucu dari erwan nak, dan tante tahu kalau itu tak bisa tante dapatkan dari kamu, sekarang tante hanya meminta keikhlasan hati kamu untuk menerima dengan lapang dada, apakah menurutmu ini terlalu berlebihan?"

tanya mama erwan dengan lembut. aku tak menjawab atau mengangguk. ini bagiku ini sangat menyakitkan. aku sangat menghormati mama erwan, selama ini ia baik padaku. ia juga perhatian. tapi siapalah aku ini, aku tak bisa berkeras karena yang aku hadapi ini adalah mama nya erwan. lelaki yang sangat aku sayangi yang aku inginkan adalah orang terakhir yang akan mengisi hatiku.

"apakah erwan mau tante?"

tanyaku akhirnya.

"erwan belum menjawab, tapi kamu tahu sendiri mana pernah erwan menolak permintaan tante, lagipula keluarga anna sudah mendesak, tante tak punya alasan untuk menolaknya, seperti yang tante katakan tadi kalau anna dan erwan tak ada masalah apa apa, jadi kami sebagai orangtua hanya inginkan yang terbaik bagi mereka, sekarang tinggal kamu yang harus berlapang dada demi kebahagiaan erwan!"

"tapi tante, aku juga tak pernah punya masalah dengan erwan!"

"iya tante tahu rio, tante tak melarangmu mencintai anak tante, dan mana pernah tante melarang erwan menyayangimu, tapi keadaan kadang membuat kita harus berpikir lebih mendalam. apa kamu tak ada keinginan untuk menikah, kamu tampan anak, tante yakin banyak yang mau sama kamu, tante tahu kalau tiara menyukai kamu, tante pikir akan lebih baik kalau kamu menjalin hubungan dengan tiara dan kamu bisa terus menyayangi erwan sebagai saudaramu"

mudah sekali mama erwan mengatakannya seolah itu hanyalah masalah yang kecil baginya, aku tahu kalau i a sangat menyayangi erwan dan ia akan melakukan apa saja untuk membahagiakan erwan, tapi kenapa ia malah melakukan hal yang jelas jelas malah akan membuat erwan menjadi sedih, aku tak yakin kalau erwan mau menikah dengan anna karena belum lama ini erwan mengatakan kalau ia akan putus dengan anna dan ia hanya akan berpacaran dengan ku saja.

terdengar suara mobil memasuki pekarangan dan aku tahu kalau itu mobilnya erwan. pembicaraanku belum selesai dengan mama nya, hatiku masih belum bisa menerima, tapi aku tak mungkin bisa membahasnya kalau ada erwan.

"tante harap kamu jangan katakan pada erwan tentang apa yang baru saja kita bicarakan"

mama erwan memandangku dengan isyarat yang jelas sangat memohon. aku mengangguk lemah.

"maaf ya kalau lama, soalnya banyak yang belanja di toko roti itu"

kata erwan sambil masuk dan meletakkan bungkusan berisi roti diatas meja.

"memang toko itu sangat ramai sayang, wajar saja memang rotinya enak!"

kata mama erwan sambil berdiri. ia mengambil satu bungkusan dan meninggalkan bungkusan yang satunya lagi tetap diatas meja.

"sudah selesai ma?"

tanya erwan tanpa sedikitpun curiga.

"sudah sayang, oh y a rio jangan lupa ya kata kakta tante tadi, jangan lupa juga sampaikan pada ibumu agar datang kamis nanti untuk acara dirumah tante!"

aku mengangguk walaupun buka hal itu yang kami bicarakan tadi. mma erwan meninggalkan kami berdua diruang tamu.

"memangnya apa sih yang mama bicarakan sama kamu tadi rio?"

tanya erwan ingin tahu. erwan duduk di sampingku dan membuka kotak yang berisi roti.

"nggak kok wan, hanya mau mengundang saja agar datang kamis nanati..!"

aku berbohong, suaraku rasanya sangat sulit untuk dikeluarkan. tapi sebisa mungkin aku paksakan. andai saja erwan tahu apa yang sebenarnya mama nya pinta kepadaku. walaupun tak secara langsung ia ingin agar aku mengakhiri hubungan dengan erwan. aku tak yakin apa aku bisa melakukan ini. aku sangat mencintai erwan, cinta yang datang terlambat namun pada saat aku menyadarinya dan ingin memulai hal yang indah namun secepat ini juga akan sirna.

aku tak langsung pulang kerumah tapi aku mencari tempat yang tenang untuk aku beristirahat sejenak melupakan segala masalah yang berkecamuk dalam hidupku juga pikiranku. satu tempat yang tenang yang penuh dengan pohon yang teduh yaitu sungai tempat waktu aku masih kecil dulu sering bersama erwan aku pergi kesana. sekarang sungai ini sudah agak berubah dan berbeda tak seperti dulu lagi. malahan tempat yang dulu aku rian dan erwan mandi sekarang telah tertutup oleh tanaman air yang sangat banyak hingga tak mirip lagi dengan sungai. sungguh aku sangat merindukan tempat ini, walaupun sekarang kenangan yang indah bersama sungai ini telah hilang.

aku duduk di tepi tebing yang tak terlalu tinggi yang disemen sebagai pembatas sungai agar tanahnya tak longsor. ada beberapa tambak ikan yang kelihatannya baru di buat. Airnya agak beriak karena terkadang ikan yang berenang muncul ke permukaan. Angin bertiup sepoi sepoi membelai tubuhku hingga terasa sejuk. Entah berapa lama aku duduk di sini hingga tak terasa sudah sore. Langit mulai teduh karena matahari hampir terbenam. Aku berdiri lalu menepis pasir yang menempel di celanaku. Kapan kapan ingin rasanya aku mengajak erwan mandi kesini lagi. Walaupun sungai ini tak lagi sebersih dan sebening dulu airnya karena tercemari lumpur dari tambang galian timah rakyat.

Waktu aku tiba di rumah emak sedang mengangkat jemuran, aku menghampiri emak dan membantunya.

“Dari mana kamu nak, kok tadi tak pulang untuk makan siang?”
Tanya emak sambil melepaskan jepitan pada jemuran.

“Dari rumah Erwan mak, iya sebentar lagi aku mau makan perutku lapar”

“Jadi dari siang kamu belum makan nak?”

“Tadi belum lapar mak, oh ya emak masak apa?”

“Ikan goreng sama lempah darat keladi dengan pucuk idat, juga sambal terasi. Sudah b iar emak saja yang ngangkat baju! Kamu makan lah dulu”


“Tanggung juga mak kan ini hampir selesai!”

“Ya sudah buruan ngangkatnya habis ini kita makan sama sama..”

Aku mempercepat mengangkat baju baju yang sudah kering di jemuran lalu bersama emak membawanya ke dalam rumah. Setelah itu aku mencuci tangan lalu makan bersama emak.


Yuk Tina pulang rada telaat hari ini karena katanya tadi Ia jalan jalan dulu sama Kak Tommy. Nampaknya yukk tina memang benar benar menyayangi kak Tommy terlihat dari wajahnya yang berbinar binar setiap menyebut nama pacarnya itu. Aku hanya berharap sikap kak Tommy tak sama dengan adiknya. Kasihan Yuk Tina kalau dikasari oleh orang yang sangat ia sayangi. Aku tak mau kejaadian yang dulu aku alami akan dialami juga oleh Ayuk yang aku sayangi.

Malam ini aku tak ada hasrat untuk kemana mana, rasanya aku sedang ingin dirumah saja berkumpul dengan keluargaku. Aku juga sedang tak ada hasrat untuk bertemu dengan Erwan, rasanya ku masih agak kecewa karena tak lama lagi ia akan menikah dengan Anna. Kadang sikap seseorang tak bisa aku di tebak, awalnya saat mama Erwan tahu anaknya dan aku ada hubungan ia tak melarang, tapi sekarang semua jadi berbeda. Memang ia tak melarang tapi dengan rencananya melamar Anna untuk Erwan artinya bagiku mama Erwan secara tak langsung menunjukkan kalau sebenarnya ia tak mau ada hubungan lebih dari persahabatan antara aku dan Erwan, namun mama nya juga tak mau terlihat jelek dimataku dengan menentang hubungan kami. Selama ini aku telah terbuai dengan hayalan ku sendiri. mana ada orang tua yang setuju anaknya melakukan perbuatan yang meenyimpang apalagi kalau itu adalah anak kesayangannya. Itu juga berlaku pada mama Erwan.

Aku hanya berbaring di kamar sambil menerawang memandangi langit langit kamarku yang polos tanpa dek. Memikirkan kembali semua kejadian yang telah aku alami. Begitu banyak h al yang telah aku lalui. Yang terkadang aku sendiri tak pernah bayangkan akan terjadi. Aku sangat lelah dengan semua ini. Rasanya aku sudah tak tahan lagi. Apa yang telah aku lakukan dan dengan hidupku. Yang telah aku perbuat hingga aku sekarang merasa diriku bukan orang yang sama lagi dengan aku yang dulu. Banyak hal yang membuat aku berubah. Kadang aku lalai. Mungkin ini adalah buah yang aku petik dari segala hal yang aku tanam dulu. Aku terlalu sibuk dengan hal yang membuat hidupku makin berantakan. Seolah tak ada lagi hal lain yang bisa aku perjuangkan. Tanpa terasa airmataku mengalir. Aku sangat rindu sekali dengan masa kanak kanak ku. Masa dimana aku merasa tak ada beban. Tak terlalu banyak pikiran dan tak ada masalah.

“Adek...”

Tubuhku tersentak mendengar suara yang memanggilku, suara yang sangat aku kenal sekali. Dengan perlahan aku berbalik.

“Kak Faisal.........”

Aku mendesis tak percaya, wajah yang tersenyum menatapku. Tak pernah lupa aku dengan senyum yang akrab mengisi hari hariku dulu. Namun aku merasa ada perubahan pada kak faisal, ia sekarang nampak sangat dewasa dan lebih jangkung.

“Adek, kamu begitu banyak masalah... kakak tahu kalau sekarang kamu sangat tertekan!”

Suara kak faisal begitu tenang. Namun pandangan matanya nampak sedih.

“Kakak... darimana kakak tahu?”

Tanyaku heran. Namun kak faisal mengangguk sambil mendekatiku. Ia memelukku dengan erat. Aku sangat rindu sekali. Tubuh kak faisal terasa sangat ringan. Tak panas dan tak dingin seolah aku sedang memeluk kertas.

“Kakak sedih kalau kamu begini dek, kakak tak bisa tenang karena kamu selalu bersedih....”


“Kak aku rindu sama kakak, kenapa kakak pergi meninggalkan aku.. Kenapa kakak tega membiarkan aku sendiri menghadapi semua ini?”

Aku menangis dalam pelukan kak faisal. Aku sadar saat ini aku pasti sedang bermimpi, namun aku agak heran kenapa aku merasa seakan aku sedang tak tidur, kalau ini mimpi kenapa rasanya sangat nyata?

“Sudah garis takdir dek, tak ada yang bisa dirubah, ini adalah kehendak yang maha kuasa. Adek harus ikhlas. Anggap saja kakak tak pernah meninggalkan kamu. Kakak selalu menjagamu dimanapun kamu berada.”

Aku terus memeluk kak faisal. Aku tak mau melepaskannya karena aku takut kalau aku lepaskan kak faisal akan pergi lagi.

“Kak, aku kesepian..”

“Adek tak kesepian, adek masih punya keluarga.. Punya emak, ayuk ayuk adek dan juga mama dan keluarga adek yang di palembang, tak ada alasan adek merasa kesepian”

kak faisal mengusap rambutku perlahan lalu melepaskan pelukannya.

“Tapi mama sekarang membenciku kak”

“Kakak tahu dek, ini hanya masalah waktu, saat ini memang mama sedang marah sama adek tapi adek tak perlu merasa kecil karena bagaimanapun juga mama sangat menyayangi adek, mama melakukan ini karena mama sangat sayang sama adek, jadi adek jangan salah mengartikannya... adek kan sangat mengenali mama. Apakah adek merasa mama benci sama adek?”

Tanya kak faisal, aku menggelengkan kepala dengan lemah.

“Aku bingung dengan sikap mama kak, ia memaksakan kehendaknya padaku.”

“Itulah masalahnya dek, karena adek merasa bersalah hingga adek mengira mama benci sama adek. Mama hanya kecewa dek, itu adalah sesuatu yang wajar. Sebenarnya mama tak pernah membenci adek, justru sebaliknya mama hanya memikirkan adek, selama ini adek tak tahu kalau mama sangat gelisah, mama rindu sama adek. Tapi adek kan tahu sendiri bagaimana mama, ia terlalu gengsi. Ia merasa adek tak menyayanginya, adek menentangnya dan itu membuat mama benar benar kecewa. Mama kecewa bukan marah!”

"tapi kenapa mama tak pernah mau bicara padaku kak, tiap kali mama melihatku seolah sedang melihat seorang musuh yang harus ia jauhi, aku sangat tersiksa dengan hal ini.. mama seolah tak mau mengerti sedikitpun dengan masalah yang aku alami."

aku mengatakan apa yang aku rasakan pada kak faisal. lagi lagi kak faisal hanya tersenyum saja seolah ia sudah menduga kalau aku akan mengatakan hal itu.

"kakak yakin itu tak akan lama dek, mama pasti akan segera baik sama adek lagi seperti dulu, yang penting sekarang adek sabar, jangan pernah merasa kalau adek tak disayangi...sebenarnya adek itu sangat beruntung sekali karena sangat banyak orang yang menyayangi adek, hanya saja adek tak menyadarinya. kalau saja adek mau membuka mata dan melihat ke sekeliling adek"
kak faisal memegang tanganku, tangannya terasa sangat ringan sekali seolah tanpa bobot, aku sadar ini hanya mimpi dan kak faisal yang aku hadapi sekarang ini adalah tak nyata. namun aku sangat bersukur sekali karena ini sangat berarti bagiku. telah lama aku merindukan kaka faisal dan sekarang aku bermimpi bertemu dengannya adalah hal yang paling indah yang aku alami setelah sekian lama.

"kak, aku kangen dengan masa masa waktu kita masih sama sama kak, kenapa kakak harus begiu cepat meninggalkanku?"

mendengar pertanyaanku kak faisal jadi murung.
"memang manusia tak ada yang luput dari salah dek, bahkan nabi juga melakukan kesalahan, yang jelas sekarang adek masih ada waktu untuk memperbaikinya, tak seperti kakak yang hanya bisa menyesali apa yang kakak perbuat dek, sungguh jangan jadi seperti kakak, jadilah adek yang baik.. rio yang kakak kenal pertama datang dulu, yang kadang membuat kakak iri dengan sikapnya, jangan pernah berubah dek kecuali untuk kebaikan..."

nasehat kak faisal membuatku tertunduk malu. aku sadari aku memang banyak berubah. mungkin karena keadaan yang membuat aku jadi bukan diriku yang dulu, suasana dirumah mama yang sangat berbeda memang membuat aku agak terpengaruh.

"maafkan aku kak, tak ada maksudku untuk berubah, aku tak menyadarinya, kakak benar... sekarang aku sadar apa yang aku lakukan juga membuat hidupku kacau."

"kamu masih ada waktu untuk perbaiki semuanya, kakak yakin padamu, karena itu kamu selalu jadi adek yang sangat kakak sayangi.."

"aku banyak mengecewakan orang yang menyayangiku kak, mama..papa..emak, ayuk ayukku dan juga tante sukma, belum lagi rian dan sekarang aku tak tahu harus memulai dari mana untuk memperbaikinya"

"selalu ada jalan kalau adek mau berusaha, yakinlah jalan terang masih menunutn adek agar tak tersesat, kakak tak akan ikut campur dengan apa yang adek rasakan karena memang itu diluar kuasa kita, selama adek merasa yakin adek jalani. tapi kalau itu semakin membuat jiwa adek tak tenang baiknya adek hentikan saja!"

kak faisal berdiri dan berjalan.

"kakak mau kemana?"

tanyaku dengan panik, aku belum selesai bicara dengan kak faisal, aku juga belum siap kalau ia meninggalkan aku lagi, aku sangat merindukan kak faisal, biarlah aku tak terbangun lagi asalkan aku bisa bersama kak faisal lebih lama lagi.

"kakak tak kemana mana, kakak percaya kalau adek bisa bersikap bijaksana, ada satu rahasia yang nantinya akan kakak katakan pada adek. tapi bukan sekarang karena waktunya belum tepat, kakak harap adek bisa bersabar, ingat pesan kakak tadi, hanya adek lah yang bisa menyelesaikan masalah yang adek buat. jangan tunggu sampai berlarut. sekarang kakak mau pergi dulu!"

tanpa menunggu persetujuanku tiba tiba kak faisal lenyap tak berbekas seolah ia tak pernah datang menemuiku.

aku tersentak bagai terhempas dari ketinggian. jantungku berdegup dan saat aku membuka mata aku masih berada di kamar dalam posisi duduk. keringat dingin mengalir dari keningku. aku sangat yakin sekali kalau apa yang aku alami barusan itu bukan lah sebuah mimpi, aku tak pernah tidur dalam posisi duduk. tapi entah kenapa tak ada rasa takut sedikitpun, meskipun aku baru berbicara dengan roh almarhum kak faisal. tadi ia juga mengatakan kalau ada hal yang ia ingin katakan tapi belum waktunya. itu membuat aku jadi penasaran. apakah kak faisal belum tenang dialam kubur hingga ia masih bisa datang menemuiku?

apakah memang yang selama ini aku lihat sekolas adalah arwah kak faisal, memang kak faisal meninggal dengan tak wajar dalam keadaan tubuh rusak pada kecelakaan beberapa tahun lalu. tapi aku sungguh tak menyangka kalau kak faisal masih belum tenang. ini harus aku katakan pada mama dan kak fairuz, aku tak mau kak faisal gelisah terombang ambing. aku sangat menyayangi kakakku. tanpa terasa airmataku mengalir memikirkan kak faisal, ternyata ia tak pernah melupakan aku. bahkan pada saat dunia kami sudah berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar