Senin, 21 Maret 2016

Pelangi Dilangit Bangka (Kisah Rio) Part 40

yang tak terduga justeru terjadi pada siang hari ini, belum tenang hatiku dengan pertemuanku bersama kak faisal, tiba tiba saat matahari yang terik berrsinar dengan sangat menyengat. aku sedang duduk di depan beranda. erwan datang dengan wajah yang panik. ia bahkan turun dari mobil tegesa lalu membanting pintunya. aku berdiri menyambut erwan dengan agak heran.

'ada apa wan?"

bukannya langsung menjawab erwan malah menarik tanganku.

"ikut aku cepat, ada yang ingin aku bicarakan padamu! ini penting untuk masa depan kita!"

aku melongo mendengarnya, tanpa sadar aku berjalan mengikuti erwan dan masuk ke dalam mobilnya.


"kita harus pergi dari bangka yo!"


kata yang sangat singkat itu membuat aku terbengong.










"kamu jangan main main wan, aku bingung sama kamu kenapa kamu jadi mendadak mau mengajak aku kabur begini?"

"aku tak bisa menunggu lama lagi disini yo, aku akan dinikahkan sama anna, aku tak mau tapi mama memaksa!"

ujar erwan sambil menyalakan mobil dan menginjak gas. aku terhenyak. ternyata apa yang aku kuatirkan tak beralasan, rasanya lega sekali mengetahui erwan tak mau menikah dengan anna dan tak mau mengikuti keinginan mama nya.

"kamu serius wan?"

tanyaku pura pura tak tahu.

"iya yo aku sangat serius, aku akan dinikahkan dengan anna, malam ini mama mau mengajak kerumah anna untuk melamarnya, bahkan mama telah menyiapkan segalanya, kakak kakak ku sudah berkumpul dirumah untuk menemani aku dan mama...!"

jelas erwan dengan nafas yang memburu. wajah erwan sangat kalut sekali. ingin rasanya aku memeluk erwan agar ia bisa tenang.

"tapi kabur dari sini bukan jalan keluar yang baik wan, kamu tahu sendiri aku sudah banyak masalah. kalau aku membuat masalah baru bisa bisa emak dan keluargaku bisa mati berdiri!"

berat sekali mengatakn hal ini pada erwan namun aku terpaksa harus mengatakannya. aku tak mau lagi ada masalah, aku sangat menyayangi erwan tapi aku juga punya keluarga yang aku tak kalah sayangnya. bagaikan memakan buah simalakama namun aku harus tetap menjalaninya mau tak mau.

"kamu tak mau hidup bersamaku rio?"

tanya erwan sedih, sungguh aku tak sanggup mendengar suaranya yang terdengar sangat pilu. aku tak mau membuat orang yang aku sayangi kecewa. tapi apa yang harus aku lakukan saat di hadapi oleh masalah yang sangat rumit seperti ini.

"aku mau sekali hidup bersamamu, tapi bukan dengan cara seperti ini wan.. masih ada jalan lain yang mungkin tak membuat banyak orang jadi marah juga kecewa. apa kamu tak sayang dengan keluargamu, tak sayang sama mama mu.. apa yang ia lakukan adalah karena semata ia menyayangimu wan!"

kataku sok bijak padahal dalam hatiku sedang bergejolak antara ingin mengikuti keinginan hatiku yang sangat mencintai erwan dan ingin bersama dengannya. juga rasa takut bakalan mengecewakan emak juga ayuk ayukku. aku tak mau kalau mereka dapat masalah. sejauh ini hubungan antara aku dan erwan di mata mereka murni sebagai dua orang sahabat.

erwan mengemudi tanpa arah, tapi jalan yang kami lalui ini menuju ke hutan yang dulu menjadi tempat rian menganiaya erwan.

"kamu tahu kalau aku akan melakukan apa saja demi kamu rio?"

tanya erwan hampir putus asa. aku mengangguk. aku sangat percaya pada erwan juga rasa sayangnya padaku. sebaliknya aku juga begitu kepadanya namun apa yang harus aku lakukan saat ini selain memakai otakku bukan hanya sekedar mengikuti nafsu.

"kita berhenti disini saja ya, aku sedang ingin bicara padamu dengan tenang!"

tanya erwan meminta persetujuanku. tempat yang sangat sepi hanya pepohonan dan hutan yang ada di kanan dan kiri jalan. hutan perbatasan menuju ke desa air duren. aku mengangguk. erwan meminggirkan mobilnya ke tepi jalan lalu mematikan mesin. aku dan erwan keluar dari mobil dan mencari tempat untuk duduk. akhirnya kami duduk di pembatas jembatan yang terbuat dari besi bercat kuning yang sudah lusuh.

"sebenarnmya mama sudah dari seminggu yang lalu berunding dengan orangtua anna, tapi aku tak menyangka kalau mama akan menyetujui melamar anna dalam minggu minggu ini, kamu tahu sendiri kan kalau aku dengan anna sekarang sudah tak seperti dulu lagi bahkan aku sekarang sedang berpikir bagaimana cara berpisah dengan anna secara baik baik, tapi entah kenapa malah mama sampai terpikir untuk segera menyuruh aku menikah, seolah di buru oleh sesuatu, aku tak menyangka kalau mama akan melakukan hal ini padaku yo!"

erwan hampir menangis mengatakan hal itu. aku mendesah dalam nafas yang panjang. aku juga heran kenapa setiap kali aku menyayangi seseorang rasanya tak pernah mendapat jalan yang mulus. ada saja halangan yang seakan ingin memisahkan aku dengan orang yang aku sayangi. dulu aku di tinggal menikah sama om sebastian dan sekarang kejadian itu akan terulang lagi dengan erwan. rasanya aku tak sanggup membayangkannya.

"aku sayang sama kamu wan, kamu jangan pernah meragukannya. tapi juga harus memikirkan bagaimana jadinya kalau kita sampai lari, mama kamu akan kuatir demikian juga dengan emakku. sudah banyak keluargaku memahami aku dan berharap aku tak lagi membuat masalah. apa jadinya mereka kalau sampai kita lari. mamamu tentu akan sangat malu sekali pada keluarga anna dan juga aku akan malu seumur hidup dengan keluargamu, mamaku bahkan sedang marah padaku karena masalah aku mencintai lelaki. apakah aku harus menambah kebencian mama dengan kabur sama calon mempelai orang?"

aku menunduk menatap rumput liar yang tumbuh di tanah tepat pada kakiku. aku tak sanggup menatap erwan, aku tak mau membuat ia kecewa. rasanya bagaikan menyakiti diri sendiri.

"apa yang harus aku lakukan yo?"

tanya erwan akhirnya.

"kalau kamu memang tak mau menikah dengan anna aku yakin mamamu tak akan memaksa, selama ini kamu terlalu mengikuti apapun yang mama kamu inginkan, cobalah sekali kali kamu membuat keputusan sendiri demi hidupmu. kalau memang nanti mama kamu memaksa mungkin beliau tahu apa yang terbaik buat kamu!"

aku sok menasehati erwan padahal kenyataannya aku sendiri tak bisa melakukan hal yang seperti aku nasehati itu. aku bahkan lebih parah dari erwan, hingga saat ini mamaku masih membenciku.

"kamu tak kenal dengan mama, aku yang selama ini hidup dan besar dirumahku, mamaku memang tenang dan baik yo, tapi ia juga kalau membuat keputusan jarang bisa di bantah, aku juga takut membuat mama kecewa!"

"apakah menurutmu kalau kamu kabur mama kamu tak akan lebih kecewa lagi?"

"itulah masalahnya.... aku tadi tak terpikir, aku sangat kalut sekali hingga aku nyaris melakukan tindakan bodoh, tapi aku tak bisa menentang mama yo, aku takut...karena selama ini kami tak ada yang pernah melawan dengan perintah mama. bahkan saat kak netty dulu menikah pun mama yang menentukannya, sebenarnya kak netty mencintai orang lain, tapi mama bersikeras kak netty harus menikah dengan pilihan mama, dan sekarang terbukti kalau kak netty tak bahagia, bahkan sering kali ia dan suaminya mau bercerai. namun mama selalu ada cara untuk menghalangi perceraian itu!"

erwan bercerita dengan suara yang tersendat, aku baru tahu kalau begitu cerita perkawinan kak netty. pantas saja erwan sering mengatakan kalau ia kerumah kakaknya untuk menenangkan kakaknya yang sedang bertengkar dengan suaminya dan ingin bercerai.

"kalaui begitu kamu harus katakan pada mamamu kalau kamu belum ingin menikah!"

"aku sudah mengatakan pada mama, tapi kata mama aku dan anna sudah lama pacaran, ia tak mau terjadi hal yang tak ia inginkan. makanya ia mau kami cepat menikah. bagaimanapun aku meminta pengertian pada mama namun keputusan mama nampaknya sudah bulat yo... aku tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan selain kabur!"

"tapi aku tak bisa wan, aku tak mau kabur!"

"aku tak akan memaksamu rio, kamu tenang saja"

"bukan berarti aku tak sayang sama kamu wan, aku memang tak bisa melakukan itu.. aku hanya bisa berharap kamu mau bicara lagi sama mama kamu, sebenarnya mama kamu sudah tau kalau kita pacaran wan!"

mendengar pengakuanku mulut erwan langsung ternganga. dengan tatapan tak percaya ia melihatku.

"mama kamu sudah lama tahu mengenai hubungan kita, aku memang tak mau menceritakannya sama kamu karena mama kamu sendiri yang meminta, ia bilang padaku kalau ia tak akan melarang hubungan kita, bahkan ia setuju asalkan itu untuk kebahagiaan kamu wan!"

aku menjelaskan agar erwan tak bingung.

"tapi...tapi bagaimana sampai mama bisa tahu mengenai hal itu yo, apakah kamu yang bilang pada mama?"

erwan masih tak percaya seolah ia menganggap aku sedang bergurau.

"kamu ingat saat kamu dirawat dirumah sakit dulu wan, kamu sering mengigau dalam tidur dan yang kamu katakan itu tentang aku dan perasaanmu padaku, mamamu mendengar semuanya. ia membiarkan saja karena ia tak mau kamu malu kalau kamu sadar sebenarnya mama kamu tahu apa yang kamu rasakan padaku."

"kacauuu..."

desis erwan sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan. lalu ia menggaruk kepalanya dengan serampangan seolah banyak kutu yang membuat gatal pada kepalanya.

"aduh.. kenapa bisa jadi begini sih.."

erwan jadi benar benar bertambah kalut sekarang.

"itulah kenyataannya, memangnya kenapa wan?"

"itulah yang membuat mama jadi berambisi untuk segera menyuruh aku menikahi anna, mama dari dulu sangat berharap bisa menimang cucu dari aku, mama ingin aku mempunyai anak yang sangat ia dambakan yo, kamu tahu kalau mama tahu aku gay, itu artinya mama sadar apa yang ia impikan bakalan tak terwujud. makanya mama ingin segera menikahkan aku dengan anna. kalau sudah begini aku jadi bingung yo, aku malu pulang kerumah. aku malu bertemu mama!"

"apa yang buat kamu malu wan, lagian mama kamu sudah tau masalah ini bukan baru baru ini kok. kalau memang jalan kita harus begini buat apa kita menentang takdir, dulu aku sempat habis habisan menentang on sebastian untuk menikah bahkan aku sempat mengajaknya kabur tapi apa wan, om sebastian tak mau dan ia memutuskan akan tertap menikahi tante sukma. kamu tahu apa yang terjadi setelah itu, om sebastian menyesali keputusannya dan mau kembali padaku. tapi aku sudah sangat kecewa padanya. ia telah milik tante sukma. akhirnya aku kembali pada rian, tapi malah aku tak bahagia dengan sikap rian yang terlalu cemburuan serta egois. setelah itu aku dipaksa om sebastian untuk melakukan hal yang dulu sering kami lakukan semasa kami pacaran. saat itulah bencana dalam hidupku dimulai, keluargaku membenciku, aku diusir dan rian pun mau membunuhku."

airmataku turun lagi sat mengenangkan kejadian yang sangat memalukan itu. erwan mengusap rambutku perlahan. lalu ia mencium pipiku dengan lembut. hangat bibir erwan merasuk dalam pori pori wajahku menjalar dalam tubuhku dan membuat aku merasa lebih damai.

"jangan ingat lagi hal itu yo, lupakan saja. tak ada gunanya mengenang hal yang buruk. aku tak akan membuat kamu kecewa karena aku menyayangimu."

"karena masa lalu yang buruk makanya aku tak mau masa depanku jadi hancur lagi wan"

"aku mengerti yo, kalau begitu aku tak akan memaksamu, aku sayang kamu yo aku sangat sayang kamu. aku tak mau membuatmu tak nyaman. tapi temani aku disini, aku mau menenangkan diri dulu. temani aku berpikir untukk mencari jalan keluar agar aku bisa menghindari pernikahan yang aku tak inginkan ini"

bisik erwan di telingaku seolah tak mau ada yang mendengarnya selain aku.

"aku juga tak menginginkan pernikahan itu."

erwan terdiam beberapa saat. lalu tanpa aku sangka sangka ia langsung berdiri dengan gerakan yang tak terduga hingga aku sempat kaget.

"aku ada rencana yo, aku yakin ini akan berhasil. kamu ikut aku sekarang, kita kerumahku!"

"tapi wan.."

aku hendak bertanya namun erwan tak memberiku kesempatan bicara lagi, ia menarik tanganku dengan bersemangat. dengan terburu buru aku berdiri dan mengikuti erwan yang menarikku ke mobil. dalam hati aku bertanya apa yang erwan rencanakan. semoga saja ini tak seperti yang aku pikirkan.




erwan ngebut membaawa mobilnya, tadinya aku kira ia mau mengajak aku ke rumahnya ternyata aku salah, ia tak membawaku kerumahnya namun ke jalan yang lain.

"kita mau kemana wan?"

tanyaku heran, aku tak tahu apa yang sedang di rencanakan erwan. ini membuat aku jadi bertanya tanya.

"aku mau mengajakmu kerumah kak netty, aku yakin kakakku bisa membantuku dalam masalah ini.

"tapi bagaimana caranya wan?"

aku masih saja agak kuatir.

"aku akan bilang sama kak netty kalau aku hanya mau sama kamu bukan anna, kakakku pasti akan membantu!"

ujar erwan dengan yakin dan bersemangat.

"tapi bagaimana wan., apakah kamu sudah siap mengakui pada kakak mu kalau kamu seorang gay?"

erwan tertawa.

"kalau mama saja sudah tau harusnya aku tak bisa lagi menutupinya dari kak netty, selama ini aku sangat dekat dengan kakakku itu dan aku yakin kakakku tahu bagaimana cara membantuku.!"

erwan mengangguk angguk seolah ia sudah tau bagaimana reaksi kak netty nantinya. sekitar limabelas menit kami sampai dirumah kak netty, rumah yang lumayan bagus di pagar dengan besi ukir dan bercat salem itu nampak begitu asri. ada beberapa pohon cemara tumbuh di depan halamannya yang berumput rapi menghijau bagai karpet beludru.

"ayo turun sekarang, kita jangan buang waktu lagi, aku takut nanti kak netty keburu pergi kerumah mama.!"

erwan kembali menarik tanganku. aku mengaduh karena waktu aku mau keluar dari mobil kepalaku memnbentur pintu mobil.

"pelan pelan dong wan, kepalaku sakit nih!"

aku memprotes, erwan nyengir.

"maaf rio aku tak sengaja soalnya aku mau cepat!"

bergegas aku mengikuti erwan menuju ke teras rumah kakak nya itu. sampai depan pintu erwan menekan bell. tak lama pintu terbuka dan kak netty keluar dari rumah. ia melemparkan pandangan heran pada erwan.

"ada apa dek, kok kamu malah kesini, kakak baru saja mau kerumah mama. bukannya malam ini kita mau kerumah anna untuk melamarnya buat kamu!"
yuk netty memang sudah berpakaian rapi, ia mengenakan busana muslimah dari bahan chiffon yang melambai bila tertiup angin. warna hijau muda bersulamkan benang emas dan selendang berwarna senada. rambutnya diurai mengingatkan aku dengan tokoh pada film india.

"aku tak mau datang malam ini kerumah anna kak, boleh aku masuk kita bicara di dalam saja!"

erwan langsung nyelonong tak memperdulikan kekagetan yang terpancar dari wajah kakaknya itu.

"ada apa sih dek kamu jangan buat kakak bingung deh!"

gerutu kakaknya itu saat kami sudah duduk diruang tamu.

"aku katakan tadi kak aku tak mau melamar anna karena aku tak mau nikah sama dia!"

erwan langsung tembak.

"loh kenapa memangnya, apakah mama sudah tau masalah ini dek, kamu jangan bikin kami panik dong ini kan tak bisa main main!"

"karena aku tak mau main main dengan hidupku makanya aku datang kemari dan mau minta bantuan sama kakak. aku tak mau menikahi anna kak, tidak untuk saat ini dan waktu dekat ini,"

"apa masalahnya dek bukannya kata mama kamu sudah setuju!"

"aku tak pernah setuju kak, mama yang memaksa. aku tak mau menikah karena kau belum siap kak, dan aku hanya mencintai orang lain bukannya anna.!"

"kenapa kamu baru bilang sekarang, apa kamu tak tahu kalau mama sudah menyiapkan semuanya untuk datang melamar nanti malam dek, ayo lah kamu ini jangan bikin bingung dong dek.

"aku tak akan menikah titik!"

erwan terlihat sangat keras kepala dan baru sekali ini aku lihat erwan bersikap begini seolah ia seorang anak yang manja yang selalu ingin dituruti kemauannya.

"aku mencintai rio kak!"

bukan hanya kak netty yang terperanjat namun juga suaminya yang baru masuk keruang tamu untuk melihat siapa yang datang. aku tertunduk tak berani menatap siapapun yang ada diruangan ini. hening sesaat menyelimuti ruangan ini. kakiku jadi gemetar. erwan memang nekat.







"apa yang kamu katakan itu dek,?"

kak netty hampir berteriak saking ia kaget dengan pengakuan erwan. aku menarik nafas dalam dengan jantung yang berdebar tak menentu. hanya bisa berharap tak ada kejadian yang tak mengenakan disini. rasanya bagaikan seorang narapidana yang menunggu vonis.

"iya kak aku seorang gay dan yang kucintai saat ini hanya rio, jadi aku tak mau menikah..!"

suara erwan begitu tegar. aku tak tahu apa yang ada di pikiran erwan saat ini, mungkin ia pun sama gelisahnya dengan aku namun pengakuan telah di buat.

"astaga.. ohh..adek, ya ampun.."

kak netty membekap mulutnya, nampaknya memang ia sangat shock. erwan berdiri menghampiri kakaknya itu. sementara suami kak netty langsung duduk bergabung dengan kami.

"ya kalau memang begitu mau apa lagi net, ia adik kamu juga!"

kali ini suami kak netty yang bicara, sungguh satu reaksi yang tak aku sangka sangka.

"mama pasti akan kecewa kalau tahi dek, kenapa baru sekarang kamu katakan kalau kamu ini gay?"

kak netty tak dapat menutupi kepanikan yang ia rasakan.

"mama sudah tau kok, bahkan mama juga sudah bicara sama rio, aku yang justru baru tahu sekarang kalau mama sebenarnya sudah tau kalau aku mencintai rio"

erwan masih saja nampak tegar. aku tak berani bersuara sedikitpun karena akau takut apa yang aku katakan malah menambah keruh suasana.

"kakak tak mengerti dek, maaf.. kakak belum siap mendengarnya, ada apa ini sih.. oh tuhan"

kak netty terduduk sambil membekap dadanya dengan tangan. ingin rasanya aku kabur karena aku sudah pernah mengalami kejadian yang seperti ini sebelumnya dan masih saja tak enak rasanya.

"kalau kakak marah aku bisa mengerti kak, aku hanya menyampaikan ini pada kakak karena aku tak mau menambah masalah yang aku punya, saat ini aku sedang kalut kak aku tak mau menikah karena aku tahu itu hanya akan membuat anna tersiksa. aku tak siap dan rasanya aku tak akan pernah siap."

kak netty terdiam tak mengatakan apa apa namun wajahnya seolah diliputi mendung, ia nampak sedang berpikir keras. entah apa yang akan ia katakan. tak lama kemudian kak netty tengadah. ia melihat ke lampu kristal yang bergantung dengan megah di plafon rumahnya. lalu ia menatap erwan.

"maaf dek, kakak benar benar tak tahu harus mengatakan apa.. kakak tak menyangka hal ini sedikitpun tidak, astaga.. adek mencintai sesama lelaki, sudah berapa lama dek, kenapa adek merahasiakannya?"

akhirnya kak netty bicara juga, tak ada nada kemarahan di suaranya namun kekagetannya belum sepenuhnya hilang.

"aku tak tahu kapan mulainya kak , tapi aku baru menyadari hal itu setelah aku bertemu dengan rio"

jawab erwan jujur. aku terpaku, terkesan seolah aku yang menyebabkan erwan jadi gay. aku merasa tak enak pada kak netty.

"kamu mau kakak melakukan apa dek, kalau begitu kamu memang tak bisa menikah, kamu hanya akan membuat anna tersiksa."

"itulah yang aku takutkan kak, tapi mama berkeras kalau aku harus menikahi anna. kakak tolong bicara sama mama, kakak kan tahu kalau aku tak berani menentang mama"

"adek, kamu yang akan menikah bukannya mama, kalau kamu merasa kamu tak akan mampu menjalaninya ya jangan...., itu hanya akan membuat hidup adek jadi kacau, jangan takut kakak akan bicara sama mama.."

aku tersentak mendengar kata kata kak netty. sungguh tak disangka erwan benar kalau kakaknya itu tak akan marah dan bisa mengerti.

"terimakasih kak aku tahu kalau kakak memang baik, kakak yang sangat pengertian"

erwan memeluk kak netty dan mencium pipinya. kak netty langsung menjewer erwan.

"jangan senang dulu, kita belum tahu bagaimana nanti reaksi mama, kamu sudah membuat mama kecewa, ia sangat berharap bisa memiliki menantu seperti anna dan menimang anakmu nanti, tapi nampaknya mama harus merelakan ini semua, akutahu mama sangat sayang sama adek, kalau memang itu membuat adek tak bahagia mama juga tak akan mau memaksa adek. sekarang kakak minta adek bisa menjaga diri adek jangan sampai kebablasan, menjadi gay bukan berarti adek bisa bebas semaunya.!"

nasehat kak netty bijak. sungguh erwan sangat beruntung mempunyai kakak yang sebaik kak netty. aku jadi teringat dengan ayuk ayukku yang juga selalu baik padaku serta mendukungku, memang tak salah kalau keluargalah tempat dimana kita bisa menjadi diri kita sendiri tanpa harus berpura pura. saat susah dan senang hanya keluarga yang selalu ada. sahabat datang silih berganti demikian juga teman, tak ada yang abadi. 

"iya kak aku tahu, tapi aku sangat senang kakak bisa mengerti aku, itu saja sudah sangat berarti bagiku.!"

erwan bersungguh sungguh.

"kalau kakak marah juga percuma, itu kan keadaanmu yang kamu juga tak tahu bagaimana mengatasinya, jadi kakak hanya bisa memakluminya saja. buat apa kakak menjadi sarjana psikologis kalau kakak tak tahu mengenai hal itu..!"

kak netty mencubit hidung erwan yang mancung dengan sayang.

"kalau begitu aku pulang dulu ya kak soalnya aku mau kerumah dulu untuk meminta mama membatalkannya, kakak jangan lama lama datangnya ya, tahu sendiri aku tak bisa berdebat sama mama!"

"kita kerumah mama sama sama saja lah, kan kakak memang sudah siap siap dari tadi, kirain kakak bakalan dapat keponakan lagi, ternyata kakak harus puas dengan anak anak kakak dan kak tara!"

"kalau begitu bagaimana dengan rio, apakah ia ikut kerumah atau lebih baik aku antarkan dia pulang dulu?"

tanya erwan bimbang.

"kayaknya aku lebih baik pulang saja wan, aku tak tahu bagaimana bicara sama mamamu, aku malu"

kataku agak gemetar.

"kamu ikut saja rio, kalian kan pacaran, jadi bagaimanapun juga kalian harus menghadapinya, tapi kamu jaga adikku dengan baik, jangan kamu sakiti dia kalau tidak kamu akan berhadapan dengan kakak, kamu tahu kan apa yang erawan korbankan hanya karena mempertahankan cintanya padamu!"

kak netty mengultimatumku antara serius dan bercanda. aku mengangguk pasti. lalu kami berangkat bersama kerumahnya erwan.


**********


dirumah erwan ternyata mamanya memang sudah bersiap siap untuk acara lamaran. aku lihat keranjang berisi hantaran tersusun diatas meja. banyak sekali jumlahnya. wajar saja karena memang erwan keluarga yang cukup mampu. jadi untuk mengantarkan lamaran sebanyak itu tak masalah bagi mereka.

"kalian sudah siap, erwan kamu kemana saja kok baru datang, kamu kan mau melamar anna sebentar lagi, kok masih santai juga!"

mama erwan menyambut kami dengan tergopoh gopoh. aku mengkerut. kak netty menghampiri mamanya bersama erwan sementara suami kak netty mengajak aku duduk diruang tengah. ternyata dua kakak erwan yang lain juga sudah menunggu sambil ngobrol.

"wah rio, temanmu sudah mau lamaran, kamu kapan menyusul?"

tanya kak tara sambil bercanda. aku hampir saja tersedak. bingung mau jawab apa. nampaknya sebentar lagi mereka akan kaget semua. suami kak netty hanya berdehem saja sambil menyandar di sofa. aku menanti dengan harap cemas. benar saja tak lama kemudian terdengar suara mama erwan yang menjerit. sontak semua kakak erwan bangkit dari duduknya dan menghambur lari menemui mama mereka. hanya aku yang tetap tinggal duduk dengan tubuh panas dingin



“Kamu tak bisa begitu nak, mama sudah persiapkan segalanya!”

Suara mama erwan melengking tinggi terdengar jelas dari tempat aku duduk. Rasanya ingin sekali kesana namun aku tak tahu harus bagaimana.

“Mama juga tak bisa begitu ma, erwan berhak meneentukan siapa orang yang ia mau.. Apa mama mau kalau erwan menderita seumur hidupnya!”

“Ini semua mama lakukan demi kebaikan adikmu sendiri netty, mama hanya mau ia bahagia...!”

“Memangnya ada apa sih ma?”

Suara kak tara terdengar.

“Adikmu itu, ia tak mau menikah dengan anna..!”

“Loh memangnya kenapa erwan tak mau, bukannya kita hari ini mau pergi kerumah anna untuk melamarnya, kenapa erwan tak mau, anna kan pacarnya erwan?”

Kak tara masih saja kebingungan.

“Erwan sudah punya pilihan sendiri kak, erwan tak mau menikah karena ia mencintai Rio!”

Kali ini suara kak netty yang menjawab. Aku terhenyak. Akhirnya seisi rumah ini tahu kalau aku dan erwan pacaran, entah apa yang akan terjadi. Darahku terasa langsung surut.

“Apaaaaa?”


serempak kakak kakak erwan berteriak.

“Benar itu dek?”

Kak risma isteri kak tara bertanya dengan nada tak percaya. Aku berdiri dan berjalan perlahan ke pintu melihat secara langsung kehebohan yang terjadi saat ini.

“Iya kak, aku memang mencintai Rio, itulah kebenarannya..!”

Tantang erwan tanpa takut.

“Ya Allah Erwan, kamu...”

Kak Tara memegang dadanya. Papa erwan hanya terdiam tak berkata apa apa. Wajah mereka semua nampak tegang.

“Apa ada yang salah kalau aku mencintai rio, apa salah kalau aku mau bahagia dengan orang yang aku sayangi?”

Tanya erwan murung.

"tak ada yang melarang kamu untuk mencintai siapapun nak, mama justeru senang kalau ada yang bisa membuatmu senang, tapi kamu salah nak, kamu memilih lelaki, apa kamu tak ada impian untuk berkeluarga, punya isteri dan anak?"

tanya mama erwan. kali ini suaranya sudah agak tenang.

"aku tak tahu ma, rasa itu datang begitu saja, aku juga tak berharap seperti ini tapi aku tak tahu harus bagaimana lagi, hatiku hanya mengatakan kalau aku cinta rio!"

"ma, beri waktu buat erwan ma, aku mohon..bukankah mama sangat ssayang sama erwan. mama tak mau kan sampai akhir hidupnya erwan menderita, kalau terjadi apa apa apa mama sanggup menanggungnya?"
kak netty membujuk mamanya.

"papa sungguh tak mengerti dengan jalan pikiran kalian semua, bagaimana kalian bisa membiarkan adik kalian jadi begini?"

papa erwan angkat bicara.

"kami juga tak tahu pa, kami hanya bisa berikan kasih sayang kami pada erwan, kalau ada hal yang diluar kuasa kami jangan papa menyalahkan kami. saya rasa erwan juga tak mau seperti ini, jangan kita tambah kesusahannya dengan memaksakan kehendak kita padanya!"

"kenapa harus begini.. ya tuhan."

papa erwan mengusap wajahnya bagai hendak menghapus keringat. tiba tiba mama erwan melihat ke arahku.

"rio, kemari!"

mama erwan memanggilku sambil melambaikan tangannya. aku terhenyak. tak menduga kalau mama erwan bakal memanggilku. apa yang hendak ia tanyakan padaku. rasanya kakiku tak lagi menjejak ke tanah. tak seharusnya masalah yang seperti ini menjadi perdebatan keluarga.

"i...iya tante.."

jawabku sambil menyeret langkah menghampiri mereka. serempak semua melihatku. kak tara mengerenyitkan wajahnya dan menatapku tajam. kak netty yang sudah tau akar masalahnya mengangguk padaku seolah mau memberikan isyarat agar aku tak gentar dan ia akan membelaku. dengan semangat yang ssusah payah aku bangun aku mendekati mereka.

"tante minta maaf sebelumnya rio, kamu sudah tante anggap seperti anak tante sendiri, sekarang tante mau tanya sesuatu hal sama kamu!"

suara mama erwan terdengar tegas.

"iya tan, apa yang tante mau tanyakan?"

rasanya suaraku bagaikan bergelombang saking gugupnya.

"mama tolong jangan marahi rio karena ia tak ada salah dengan masalah ini!"

kak netty memperingatkan mamanya. namun mama erwan hanya menggelengkan kepala sambil mempelototi kak netty.

"rio, kamu tahu kan kalau erwan dan anna sudah bertunangan, kenapa kamu masih memilih untuk memacari anak tante, apakah kamu ada rencana di balik ini?"

tanya mama erwan tajam. aku terperangah, mama erwan menuduhku ada rencana buruk terhadap erwan.

"maaf tante, demi tuhan aku tak pernah mempunyai maksud yang tak baik terhadap erwan maupun keluarga tante.!"

kali ini aku tak gugup lagi, aku sudah biasa mengahdapi kemarahan mamaku, dan sekarang hanya ibu dari temanku aku tak akan merasa gentar.

"apa kamu tak mau sahabat kamu bahagia?"

tanya mama erwan lagi.

"tante, tanyakan saja pada erwan apa yang membuatnya bahagia!"

kataku dengan berani, mama erwan menarik nafas seolah tak menyangka kata itu yang akan keluar dari mulutku.

"rio benar ma, aku yang tahu apa yang aku inginkan, mama lihat sendiri kak netty!"

sambung erwan. mama erwan terdiam. namun suami kak netty memandang erwan kaget.

"memangnya ada apa dengan netty?"

tanya suami kak netty penasaran.

"kalian dulu menikah karena mama jodohkan, sekarang rumah tangga kalian sering bermasalah, abang sering menyakiti kak netty, kalau bukan karena saya dan mama yang membujuknya mungkin saat ini kalian sudah cerai!"

kata erwan yang membuat seisi ruangan menahan nafas.

"tolong dek jangan bawa bawa rumah tangga kakak dalam masalahmu, sekarang ini yang jadi masalah disini bukan kakak tapi kamu, dan kakak juga ada disini untuk membelamu, jadi kamu jangan menyinggung masalah kakak!"

ujar kak netty keras. erwan menatap kakaknya.

"aku tahu kak, tapi aku hanya ingin memberikan gambaran sama mama. aku tak mau mengalami apa yang kakak alami. selama ini rumah kakak seminggu tenang sebulan bermasalah, jadi aku betul betul tak mau kejadian yang kakak alami itu akan terjadi pula padaku, sekarang aku tak perduli apa pendapat kalian, suka atau tak suka aku akan tetap menolak pernikahan ini dan aku hanya akan memilih rio meskipun dengan itu aku harus meninggalkan rumah ini!"

ujar erwan tenang. aku menatap erwan heran, tak aku sangka kalau erwan berani mengatakan hal itu.

"jangan sayang, kenapa kamu harus pergi, kalau itu yang jadi keputusan kamu baiklah! mama tak akan ikut campur lagi asalkan kamu jangan tinggalkan rumah ini ya sayang, mama tak sanggup membayangkan kamu meninggalkan mama!"

mama erwan jadi panik. dengan cepat ia berjalan menghampiri erwan dan memegang tangan erwan.

"aku tak mau kalau hidupku tak tenang disini ma, aku sudah dewasa dan mama selalu saja membuat aku merasa seperti anak kecil, mama selalu mengaturku. cukup rio saja yang mendapat perlakuan seperti itu dari mamanya!"

"tapi mama tak begitu sayang, mama yang mengasuhmu hingga kamu dewasa, beda dengan mama rio, ia tak merasakan bagaimana mengasuh rio dari kecil!"

"jangan katakan hal yang membuat rio sakit hati ma, ia tak pantas menerima ini, aku yang memaksanya untuk jadi pacarku, aku yang memintanya, selama ini aku tertekan menjalani hubungan dengan anna, aku bertahan karena aku tak mau mengecewakan mama!"

erwan membelaku. mama erwan terdiam. kak netty menggelengkan kepalanya.

"sekarang kita harus bagaimana, bukankah keluarga anna sudah tahu kalau kita akan melamar anna?"

mama erwan tak langsung menjawab. ia nampaknya sedang berpikir keras.

"mama malu membatalkannya, demi tuhan mama tak tahu harus berbuat apa. rasanya mama sudah tak dapat berpikir lagi semua ini sangat mengejutkan bagi mama"

"aku sudah katakan ma, jangan terburu buru, kenapa sih mama bersikeras. walau bagaimanapun aku tak akan mau menikahi anna!"

"ya ampun rasanya mama mau mati saja kalau begini.!"

mama erwan memejamkan matanya. papa erwan menghampiri isterinya.

"mama juga sih, papa sudah bilang jangan terburu buru kalau memang erwan belum siap, tapi ini mama malah memaksakan kehendak mama!"

timpal papa erwan yang kelihatan lelah dengan semua ini.

"erwan kamu yang harus katakan pada anna kalau lamaran ini di batalkan, jangan sampai memmbuat mama malu karena mama anna itu sahabat dekat mama!"

kak tara angkat bicara. erwan mengangguk

"kalian tenag saja aku akan menyelesaikan masalah ini. tapi jangan paksa aku untuk menikah!"

"bagaimana caranya nak, apa kamu sudah memikirkannya.. ingat nak jangan buat mama malu dan jangan sampai anna serta keluarganya tahu apa alasan kamu membatalkan lamaran ini!"

"mama tenang saja, aku tak akan mempermalukan mama dan keluarga kita!"

"rio, kalau memang kamu menyayangi erwan tante harap kamu bisa menyayanginya, kamu tahu bukannya mudah menerima hal seperti ini!"

mama erwan memandangku. aku mengangguk.

"iya tante, erwan dan aku sudah lama kenal aku tak akan menyakitinya tante.. terimakasih untuk pengetiannya"

jawabku pelan. rasanya aku hampir tak percaya begitu mudahnya masalah ini diselesaikan dengan baik. padahal tadi aku sempat menyangka kalau reaksi keluarga erwan bakalan tak menerima. sekarang aku bisa bernafas lega. aku tak perlu lagi menutupinya dari keluarga erwan dan sekarang mereka sudah bisa menerimanya. betapa beruntungnya erwan punya keluarga yang sangat menyayanginya. bisa mengerti apa yang erwan inginkan dan berusaha memberikan kebahagiaan pada erwan walaupun itu menentang batin mereka sendiri.

"kalau begitu kamu telpon anna sekarang juga katakan kalau lamaran ini di batalkan, jangan sampai mereka terlalu berharap. tapi nanti kita tertap hatus kerumahnya karena mama juga mau meminta maaf pada mama anna dan keluarganya. ohhhhhhh.............."

mama erwan nampaak capek. aku merasa bersalah. setiap kali aku mencintai seseorang pastilah aku membuat masalah. padahal aku ingin masalah ini hanya aku dan erwan yang tahu, aku tak menduga kalau erwan bakalan begini reaksinya. andaipun erwan menikah aku tak akan keberatan karena aku tahu cinta sesama jenis tak mungkin bisa untuk selamanya.

"baiklah aku akan menelpon anna sekarang aku akan jelaskan padanya, dan aku juga akan tetap ikut kerumah anna menemani mama menjelaskan pada orangtua anna walaupun aku akan dimarahi bahkan di benci sma anna sekalipun."

kata erwan sambil mengambil hp nya dalam kantong celana yang ia pakai. ia langsung menelpon anna dan menjelaskan tentang lamaran yang batal itu. kami semua mendengarkannya sambil berdoa dalam hati.

setelah itu erwan mengantarkan aku pulang. tadi mama erwan sempat memelukku dan ia mengatakan padaku kalau aku harus menyayangi erwan dan tak membuat erwan kecewa. tak aku duga kalau keluarganya akan menerimakau dengan tangan terbuka termasuk semua kakaknya. ternyata erwan memang sangat beruntung sekali memiliki keluarga yang begitu pengertian.

erwan mengantarku pulang sampai dirumah dan ia tak bisa mampir lagi karenaterbuiru buru mau bersiap kerumah anna, tak lupa aku berpesan padanya agar jangan menuruti emosi kalau anna sampai tak terima. karena ini menyangkut masalah harga diri antara dua keluarga yang selama ini mempunyai hubungan yang baik.

"dari mana saja kamu nak, kok baru pulang, kamu sudah makan belum?"
tanya emak yang sedang melipat pakaian di ruamng tamu, ia meletakan tumpukan pakaian diatas meja lalu berdiri menghampiriku.

"aku dari rumah erwan mak"

"kenapa wajah kamu pucat nak, apa kamu sakit?"

tanya emak dengan kuatir.

"tidak mak, aku sehat kok.. cuma tadi ada sedikit masalah dirumah erwan.

"memangnya ada masalah apa nak?"

emak nampaknya penasaran.

"masalah keluarga mak."

aku jadi ragu apakah aku harus berterus terang pada emak atau memilih untuk tak mengatakan apa masalah yang kami bahas tadi dirumah erwan.

"apa ini ada menyangkut dengan kamu nak, katakan saja pada mama.. kalau hanya masalah keluarga erwan kamu tak akan mungkin gelisah seperti ini!"

emak nampaknya curiga, padahal tadi aku sudah berusaha untuk tenang agar emak tak tahu apa yang sedang aku pikirkan tetapi memang naluri emak sangat peka terhadap anaknya.

"aku tak tau lah mak, aku juga bingung dengan masalah ini!"

"masalah apa nak, apakah ini rumit?"

emak mengusap kepalaku. rasanya aku merasa makin bersalah pada emak, aku yang sangat ia percayai dan harapkan ternyata menghancurkan lagi hubungan orang lain bahkan gara gara aku sebuah pernikahan yang seharusnya akan terjadi menjadi batal.

"mak aku harap emak tak marah padaku, aku akan ceritakan ini karena aku tak mau nanti emak mendengar kabar ini dari orang lain."

emak tersenyum padaku untuk mengisyaratkan bahwa ia siap mendengarkan apapun yang akan aku katakan padanya dan ia tak akan marah padaku. lalu aku menceritakan semua kejadiannya dengan hati hati dan perlahan agar emak bisa memahami segalanya tanpa ada salah tanggapan. mulai dari pertama kali aku dan erwan mulai merasakan perasaan yang selama ini kami pendam. bagaimana gelisahnya aku karena takut emak kecewa dan aku ceritakan juga kalau aku tak bisa mengingkari perasan yang aku rasakan pada erwan.

emak berkali kali meraba dadanya saat mendengar aku bercerita. bahkan ia beberapa kali juga menarik nafas panjang dengan raut wajah yang murung. setelah aku selesai bercerita emak hanya terdiam seolah berpikir. melihat emak seperti itu aku jadi kebingungan. aku takut sekali emak shock. namun ternyata kekuatiranku lagi lagi tak terbukti. emak menatapku. walaupun tanpa senyum namun tak ada kemarahan yng tersirat.

"emak sudah menduga itu nak, hanya tak menyangaka firasat mama ternyata benar kalau kamu dan erwan ada hubungan lebih dari sahabat. tapi emak juga sudah berjanji akan membuat kamu merasa nyaman, akan menyayangi kamu. emak tak bisa melakukann apa apa asalkan kamu bisa bahagia dengan pilihan kamu itu emak tak akan melarangnya. tapi emak mohon kalian jangan sampai melakukan hal yang diluar batas kewajaran. kalian harus ingat ini bukan hal yang biasa yang semua orang bisa menerimanya dengan tangan terbuka. ada banyak hal yang harus kalian pertimbangkan karena kalau kalian salah langkah takutnya nanti hidup kalian tak bisa lagi tenang, hanya itu yang bisa emak katakan."

aku tahu emak berat mengatakan hal ini dari suara emak yang agak tertekan, aku juga tak tahu harus bagaimana lagi, kalau aku tak mengatakannya pada emak. didalam ketidaktahuan emak nanti tiba tiba ada hal yang tak terduga yang membuat rahasiaku diketahui emak dari orang lain, aku tak mau emak terkejut dan kenapa kenapa. emak sudah tua, seharusnya sekarang ia sedang tenang. tak banyak pikiran yang justeru akan membuat kesehatan emak jadi terganggu. aku ingin emak berumaur panjang agar aku bisa membuat emak bahagia nantinya.

"emak jangan kuatir, semua sudah aku pikirkan,. aku akan ingat semua pesan emak. terimakasih emak, selama ini telah memberikan kasih sayang emak padaku walaupun aku bukan darah daging emak"

aku memeluk emak dengan erat. tubuh emak yang walaupun sudah berumur limapuluh tahun lebih tapi tak gemuk karena emak tak bisa diam, selalu saja ada yang ia kerjakan hingga membuat emak selalu nampak kuat dan jarang sakit. emak membalas pelukanku.

"jangan katakan itu nak, bagi emak kamu adalah anak kandung emak, sama seperti tina dan yanti. kasih sayang emak tak kalah besarnya yang emak rasakan padamu, jadi jangan pernah lagi memikirkan kalau kamu bukan anak emak karena emak akan sedih"

kata emak dengan suara pelan. aku agak membungkuk lalu mencium kening emak.

"aku bangga punya ibu yang sangat baik seperti emak, aku merasa tuhan sangat baik memberikan emak padaku. sampai kapanpun juga emak akan selalu menjadi ibu yang terbaik bagiku. aku akan menyayangi emak, mencintai emak sampai nanti aku tak ada lagi.

"emak tahu, begitu juga emak, kamu jangan bicara yang tidak tidak.. kamu harus berumur panjang, jaga selalu kesehatan."

"iya mak, emak juga harus berumur panjang, aku ingin membahagiakan emak juga membuat emak bangga. aku akan berusaha keras agar bisa melakukan itu untuk emak"

emak mengangguk. rasanya damai sekali perasaanku saat ini, aku sangat bahagia karena emakku bisa mengerti dengan masalahku. emak tak memarahiku atau mengatakan yang tidak tidak. aku berjanji aku akan membuat bangga emak pada suatu hari nanti.

Bersambung...
Mau tau kelanjutannya???

SILAHKAN LIHAT DI https://www.wattpad.com/370505875-pelangi-di-langit-bangka-kisah-rio-41


7 komentar:

  1. Iya nih lanjutannya mana ka ??

    BalasHapus
  2. Lanjutannya mana ini gan??seru banget loh ceritanya

    BalasHapus
  3. lanjutan yaa mana ayo lah pleaseee....

    BalasHapus
  4. Bner2 cerita ini sangat hidup..ak baca ini nangis smpai kbawa ke sharian ak..mski tak sama persis saya merasa mlihat diri saya dlm kisah ini..dmn saya harus hidup dlm topeng demi membhagiakan org org yg aku sayang..
    Sekali lagi tolong smbungannya..please

    BalasHapus
  5. Akhir yang indahπŸ˜€πŸ˜€πŸ˜πŸ˜ tanpa ada beban...tp secara keseluruhan pendapat aku pribadi ga tau kenapa aku lebih suka kalo endingnya Rio sama Erwan..

    BalasHapus