Senin, 21 Maret 2016

Pelangi Dilangit Bangka (Kisah Rio) Part 37

jam tujuh malam aku diantar erwan pulang. aku kira setelah mengantarku erwan akan balik kerumahnya langsung ternyata dugaanku salah. erwan ikut aku masuk dalam rumah. kebetulan saat itu ada yuk tina sedang duduk diruang tamu. ia langsung berdiri saat melihatku dan matanya langsung berbinar melihat bungkusan yang aku bawa. memang tadi mama erwan menitipkan makanan untuk di berikan sama keluargaku.
"makanan ya dek, kebetulan ayuk memang belum makan, habis lauknya nggak selera.."
yuk tina m enyambut bungkusan dari tanganku tanpa menunggu aku menawarinya. erwan tersenyum simpul melihat tingkah yuk tina yang tak ada jaim nya sedikitpun.
"emak mana yuk?"
aku bertanya sambil memberikan bungkusan pada yuk tina.
"ada di kamar dek, emak agak kurang enak badan, dari habis maghrib emak nggak keluar dari kamar, mungkin baring.."
jelas yuk tina. mendengar hal itu aku langsung terkejut, emak tak enak badan. tanpa banyak bertanya lagi aku langsung ke kamar emak dan menemukan emak sedang tidur dan tubuhnya ditutupi selimut sebatas leher. perlahan aku masuk karena tak ingin sampai emak bangun. mata emak terpejam dan terdengar dengkur halus nafas emak. dadanya naik turun perlahan namun tak seperti bisasanya. sepertinya emak kecapekan. aku sentuh tangan emak pelan. astaga panas sekali. aku benar benar kuatir sekarang. aku jarang melihat emak sakit. aku langsung keluar dari kamar emak.
"bagaimana dengan emakmu rio?"
sambut erwan saat aku kembali keruang tamu. aku tak langsung menjawab namun bertanya lagi sama yuk tina.
"ayuk sudah kasih emak minum obat?"
yuk tina mengangguk.
"sudah dek makanya emak ketiduran, jangan terlalu kuatir dek emak hanya agak kecapekan nanti juga kalau sudah bangun biasanya emak sudah sehat lagi. sudah beberapa kali kok dek.."
jelas yuk tina dengan cepat seolah tak mau bikin aku kuatir. terus terang saja aku memang jadi sangat kuatir karena selama aku tinggal bersama emak, jarang sekali aku melihat emak sakit. 
"apa kita baawa saja ke dokter yo, jangan sampai nanti sakitnya jadi parah..!"
usul erwan. darii suaranya terdengar kalau erwan juga kuatir.
"emak hanya demam biasa saja kok wan, biasa lah kalau orang sudag tua nggak bisa terlalu capek, emak hanya butuh agak banyak istirahat saja kayaknya, biasanya kalau dibawa tidur yang cukup, bangunnya emak sudah sehat lagi kok.."
jawab yuk tina lagi.
"kita lihat saja besok kalau emak belum baikan juga akan aku bawa emak ke rumah sakit untuk berobat yuk,tak mau terjadi apa apa sama emak..."
aku masih belum bisa mengenyahkan perasaan kuatirku terhadap emak. aku ingat bagaimana selama ini emak kalau aku yang sakit terkadang emak sampai tak tidur hanya demi menjagaku. emak sangat kuatir dan berusaha keras agar aku bisa sembuh walaupun keuangannya hanya mampu untuk membawaku ke puskesmas yang murah dan lebih terjangkau. masa masa saat aku masih kecil dulu aku selalu merasa terlindungi dalam buaian emak.
"iya dek kalau memang besok emak belum sehat memang kita harus bawa emak berobat, tapi ayuk berharap emak tak kenapa kenapa.."
aku mengangguk. namun perasaan ku belum lah bisa tenang sepenuhnya. perasaanku galau. aku paling takut emak sakit aku ingin emak selalu sehat. aku menoleh pada erwan lalu mengajaknya ke kamar. erwan mengangguk lalu mengikutiku. aku menyalakan televisi. tak banyak siaran yang dapat di tangkap hanya tiga stasiun swasta dan satu televisi berita yang relay di pangkalpinang. mana tak ada program yang menarik, tapi aku menyalakan tipi bukan karena ingin menonton, hanya agar suasana tak terasa sepi.
"anna tak ada sms atau telpon kamu wan?"
tanyaku sambil membuka jendela, agak gerah rasanya jadi aku membuka jendela biar angin dingin masuk ke dalam kamar dan menghilangkan uap panas yang membuat dahi ku jadi agak basah.
"mungkin ia tidur karena kecapekan yo, dari tadi siang ia kan sibuk bantu bantu dirumah."
jawab erwan.
"kadang aku merasa agak tak enak hati sama anna wan, ia tak tahu kalau di belakangnya kita berhubungan.."
"kamu j angan berpikiran terlalu jauh rio, kita jalani lah apa yang kita rasa abaik bagi kita, toh aku juga hanya pacaran sama anna, aku belum tahu akan sampai dimana hibungan kami nanti, hatiku hanya merasakan damai saat aku berada dekat kamu yo, aku merasa hanya ingin padamu saja. aku berniat akan mengakhiri hubunganku dengan anna secara baik baik..."
kata erwan dengan nada resah, aku agak terkejut juga dengan pernyataan erwan barusan. aku tak bisa bayangkan bagaimana reaksi anna andaikan saja dia diputuskan erwan. dan aku lah sumber dari semua itu.
"apa kamu yakin wan, aku tak keberatan kok kalau aku menjalani diam diam denganmu, lagipula masa depanmu kan lebih penting, hubungan kita ini tak bisa dianggap terlalu serius, aku tak mau nanti kamu malah menyesalinya, kita berdua punya keluarga. aku tak mau nanti kamu dapat kesulitan."
aku tak mau bilang pada erwan kalau sebenarnya mama nya sudah tau dengan hubungan kami ini dan beliau tak melarangnya. dalam hati kecilku aku sangat sayang pada erwan tapi aku juga tak mau egois. rasa sayangku pada erwan bukan berarti aku ingin menguasainya. aku hanya ingin erwan bahagia. selama ia bahagia aku tak perduli erwan nantinya akan bersama siapa. 
"aku yakin rio, tapi kalau memang kamu merasa aku terlalu berlebihan, aku tak mau memaksamu. kalau kau memang sayang pada tiara aku tak k eberatan kok. cuma masalah anna sepertinya aku memang sudah tak bisa lagi rio, aku kasihan pada anna.. aku tak mau menyakitinya. aku egois kalau aku pertahankan dia padahal aku sudah tak ada rasa apapun padanya."
"apakah aku yang buat kamu tak menyayangi anna lagi wan?"
tanyaku hati hati.
"bukan rio, kamu hanya datang pada saat yang tepat saja. aku sebenarnya sudah lama menyadari kalau aku semakin hambar dengan anna, tapi selama ini aku terus menjalaninya karena aku takut ia kecewa. namun sekarang aku sadar kalau aku terus mempertahankan hubungan kami yang ada malah aku mendustai perasaan sendiri. aku takut apa yang om kamu alami sekarang akan terulang padaku. bagaimana perasaan tante sukma sekarang mungkin itu lah yang akan dirasakan anna nantinya kalau aku terus bersamanya hingga menikah nanti.
mata erwan berkaca kaca saat mengatakan hal itu. aku menatap erwan dalam dalam. terlihat sekali kalau memang erwan sangat jujur. ia memang sangat berprinsip tak seperti aku yang selalu ceroboh hingga membuat aku sendiri yang terjebak dalam masalah yang berat.
"kamu benar wan, aku sangat beruntung sekali kamu cintai, aku memang orang yang sangat beruntung. aku akan berusaha menyelesaikan semua masalahku agar kita bisa tenang nantinya..."
aku mendekat ke erwan dan menggenggam tangannya. erwan tersenyum lau meraba pipiku.
"aku sudah sangat lama sekali menyayangimu rio, aku menunggu kamu kembali karena aku yakin aku masih bisa bertemu kamu. saat aku sadari kamu sudah di bangka rasanya kau bagaikan bermimpi. dulu saat rian datang dan mengatakan kalau kalian pacaran, hatiku rasanya sangat hancur, aku kehilangan semangat, namun anna hadir, sejenak aku bisa melupakan kesedihanku. hingga aku juga tak menyadari entah kapan tiba tiba saja kami sudah pacaran. anna baik walaupun kadang ia terlalu banyak mengatur. tapi aku takkan menyangkal kalau anna sangat perhatian padaku. hal yang aku benci adalah kenapa segala sesuatu selalu disesali setelah terlambat.."
"aku juga seperti itu wan, aku bersama rian..hubungan kami, aku yang membuat semuanya hancur. aku yang membuat rian jadi begitu, makanya aku tak mau membalas dendam padanya saat ia menyakitiku karena memang ia pantas melakukannya dan aku pantas mendapatkanya, tapi kamu juga tak bersalah padanya wan, jadi kamu berhak untuk membalas apa yang ia lakukan padamu..."
kataku tanpa bersemangat, kalau aku ingat rian rasanya hatiku sangat sedih, sungguh aku tak menyangka kalau rian bisa bertindak sejauh itu. ia sangat posesif. ia tak mau melepaskan aku begitu saja, padahal sangat banyak pilihan yang bisa dia dapatkan. wajah rian tampan, aku yakin sekali kalau banyak yang akan dengan sangat senang hati menerima cinta rian, aku justeru yang mendapatkannya namun aku sia siakan. kalau saja gay yang tahu dengan hubungan kami pasti lah akan memandang dengan iri karena kalau di lihat dari luar hubungan kami memang snagat sempurna. tapi sesungguhnya kami bagaikan lahar yang setiap saat bisa meletus.
"aku boleh tidur disini malam ini rio?"
erwan memegang pundakku. aku tersentak menoleh dan mengangguk refleks. erwan menyeringai.
"kenapa rio?"
"tak ada apa apa wan, hanya melamun saja, kamu bisa menginap kapansaja kamu mau wan. kamu kan pacarku sekarang."
erwan tersenyum lebar mendengarnya.
"makasih yo, rasanya bagaimana saat kamu bilang aku pacarmu, jantungku langsung berdegup yo"
erwan berterus terang.
"kalau begitu kamu ganti saja pakaianmu itu, kalau mau cuci muka langsung saja ke kamar mandi yang ada di dapur, handuk aku gantung di jemuran samping pintu kamar mandi yang warna biru, tapi jangan heran ya dengan kamar mandi kami.."
aku terkekeh.
"biasa saja rio, yang penting ada airnya kan?"
tanya erwan seraya bercanda.
"ya ada lah wan.. tiap pagi aku selalu ngisi bak sampai penuh kok, jadi jangan kuatir."
"wah kamu masih nimba ya?"
erwan jadi heran.
"iya...memangnya kenapa wan?"
akui balik bertanya.
"kenapa kamu tak beli mesin pompa saja yo?"
"nggak kenapa kenapa wan, sekalian olahraga, lagipula kalau aku nggak nimba air, aku tak ada kegiatan apapun dirumah"
jawabku lugas.
"aku salut sama kamu yo, padahal kamu bisa beli kapanpun kamu mau, beda dengan kebanyakan orang yang selalu bangga dengan harta serta uang padahal itu milik orangtuanya, jaman sekarang orang selalu ingin gampangnya saja tanpa berusaha tapi kamu beda. itu yang membuat aku semakin kagum sama kamu"
erwan memujiku. hingga membuat kupingku serasa memerah karena panas.
"nggak juga wan, tiap orang kan punya prinsip yang beda"
"dan prisip kamu tak salah, aku ingin bisa seperti kamu"
"kamu yang mengajariku wan, kamu ingat dulu saat aku tak dianggap penting kamu selalu menganggapku penting, aku yang berjualan kue dan tak punya banyak teman tapi kamu selalu hadir untuk jadi sahabat terbaik bagiku, dan kamu juga yang banyak membuat aku menyadari kalau masih ada orang yang perduli tanpa memikirkan diri sendiri walaupun saat senang."
"buat apa sombong yo, kita ini hidup di dunia yang sama, hanya keadaan saja yang beda, aku tak menilai orang dari apa yang ia punya tapi aku menimbang bagaimana dia bisa menghargai apa yang ia punya, kamu tak minder walau kamu harus jualan, kan tak banyak yang b isa melakukan hal itu!"
"ya namanya juga bantu orangtua wan, siapa sih yang mau capek jualan kalau banyak uang, tapi aku juga tak mau kalau rasa malu membuat aku jadi lalai, kasihan sama emak wan, ia bikin kue, masak, beresin rumah dan banyak lagi pekerjaan yang ia lakukan. sebagai anaknya aku wajib membantu. orangtua mana yang tak ingin melihat anaknya senangtapi kalau keadaan tak mendukung ya tak bisa di paksakan."
aku menerawang masa lalu, masa yang sangat bahagia dan tak terasa begitu cepatnya berlalu. banyak waktu yang aku lewatkan bersama keluargaku di bangka. saat terindah yang selalu ku ukir dalam hati. 
aku dan erwan mengobrol ngalor ngidul hingga tak terasa kami ketiduran karena sudah mengantuk. aku tak menyadari lagi kalau erwan tertidur sambil memeluk ku. hanya saat aku bangun aku merasakan tangan yang kekar terkulai diatas dadaku. deru nafas erwan yang teratur menerpa pipiku. aku mencium kening erwan lalu beranjak hati hati dari tempat tidur agar tak menganggu erwan. ia sangat nyenyak dan sekarang masih sangat pagi. 
*********


"wah harum sekali aroma nasi goreng ini.."
aku menghampiri emak yang sedang berjongkok di depan kompor sambil mengaduk nasi goreng.
"sudah bangun nak, bagaimana tidurnya?"
emak menoleh padaku.
"emak kok sudah masak, apa emak sudah sehat?"
tanyaku agak kuatir.
"emak hanya kecapekan saja nak, sekarang sih emak sangat sehat, oh ya ada mobil erwan, ia menginap di sini ya?'
"iya mak, ia masih tidur.
"kalau begitu kamu tolong ke toko sekarang. belikan kue buat dia, nggak enak kalau ia bangun nanti nggak ada apa apa buat sarapan"
"iya mak, sebentar lagi..aku mau cuci muka dulu"
aku langsung ke kamar mandi. menggosok gigi dan cuci muka, setelah mengeringkan wajah dengan handuk aku pergi ke toko. di depan teras bang hendri sedang memaku kursi makan yang kemarin kakinya agak goyang.
"pagi bang.."
aku menyapa bang hendri.
"pagi rio, mau kemana?"
"ke toko bang"
"oh kebetulan, abng mau nitip beliin rokok"
kata bang hendri sambil berdiri lalu merogoh saku celananya.
"sudah lah bang aku ada uang kok.. mau rokok apa?"
aku langsung menolak saat bang hendri mengangsurkan selembar uang sepuluh ribu. bang hendri agak memaksa namun tak aku hiraukan. akhirnya ia menyerah lalu menyebutkan nama rokok yang harus aku beli itu.
***********

saat aku kembali ternyata erwan sudah bangun dan sedang duduk di ruang tamu bersama bang hendri. di meja sudah ada kopi buat erwan, aku memberikan rokok pada bang hendri.
"makasih rio!"
"iya bang"
jawabku.
"wah sudah bangun wan"
"iya.. sori aku ketiduran sampe siang gini"
kata erwan agak malu.
"nggak apa apa wan, santai saja kalau dirumah ini, aku ke dapur dulu ya sebentar."
kataku karena aku mau menempatkan kue dalam piring.
"iya yo........!"
aku ke dapur dan mengambil piring di rak, emak sedang menyiapkan sarapan nasi goreng dan ikan asin goreng bersama telur dadar iris diatas meja.
"nanti kamu ajak erwan sarapan yo, entah ia mau apa enggak makan nasi goreng"
emak berkata padaku sambil meletakan sendok diatas piring bersih di meja.
"ya pasti ia mau mak, jangan kuatir.."
"tadi kopi buat kamu sudah emak taruh di meja tamu"
"iya mak, makasih ya mak"
aku menyusun kue diatas piring lalu membawanya keruang tamu.
"wah banyak sekali kue nya rio, itu buatan emak kamu ya?"
tanya erwan begitu aku meletakan kue diatas meja.
"nggak wan, kemarin kan emak sakit, jadi nggak sempat bikin kue.."
"oh iya, sukurlah emak sudah sehat sekarang.."
kata erwan ikut senang.

***************



yuk tina keluar dari kamar dan sudah berpakaian rapi, semakin dewasa yuk tina jadi m akin cantik hanya aku agak heran juga kenapa aku tak pernah melihat yuk tina berpacaran. apa memang yuk tina belum ada pacar ataukah yuk tina sebenarnya sudah ada gebetan tapi belum mau mengenalkannya pada keluarga. aku tahu kalau yuk tina orangnya sangat pemilih sekali, ia tak m au berpacaran dengan sembarangan pria. yuk tina dari dulu sangat berambisi untuk mengubah hidup. jadi jangan harap kalau pengangguran akan mendapatkan yuk tina. 
"dek habis sarapan nanti adek tolong anterin ayuk kerja ya, males kalau naik angkot bisa bisa baju ayuk jadi keringatan karena panas.."
yuk tina mengahampiri kami lalu bergabung duduk, yuk tina menuang teh dalam cangkir kosong yang di siapkan emak tadi.
"iya yuk, kalau begitu kita sarapan saja sekarang..!"
aku mengajak erwan. nampaknya erwan agak malu tapi aku segera berdiri dan menarik tangannya untuk ikut denganku ke dapur.
"aku belum lapar yo.."
tolak erwan.
"alah aku tahu kamu itu malu kan, sudah lah kalau disini tak perlu malu malu wan, biasanya j uga kalau dirumahmu kamu selalu bilang nggak usah malu malu.."
aku agak memaksa.
"iya wan, sarapan sana ikut rio, kasihan loh emak sudah siapkan buat kamu di meja."
timpal yuk tina. akhirnya walau agak enggan erwan mengikutiku ke dapur. aku menarik kursi makan buat erwan lalu menyuruhnya duduk.
"ya ampun rio, aku kan bukan raja...aku bisa mengmbil sendiri kursi ku.."
"kamu kan tamu wan, ya sudah wajar kalau kamu di layani. seperti juga kalau aku dirumahmu"
aku menyeringai pada erwan. emak yang sedang duduk di bangku dapur sambil minum kopi dan makan kue yang aku beli tadi mengletakan cangkirnya lalu menghampiri kami.
"mana tina rio, memeangnya ia tak sarapan?"
tanya emak agak heran.
"masih diruang tamu mak habis dandan, sekarang lagi ngopi.."
"sudah jam berapa sekarang memangnya dia tak takut terlambat kerja.!"
emak mendesah.
"iya mak aku juga baru mau sarapan kok, lagian kata rio dia mau nganterin aku kerja!"
sela yuk tina yang tiba tiba masuk ke ruang makan.
"wah nasi goreng, hmmmm harumnya, jadi laper..!"
yuk tina memandangi isi diatas meja sambil bergaya seolah seorang koki yang membaui aroma masakannya.
aku mengambil nasi goreng dan mengisi piringku secukupnya, lalu aku menambahkan irisan telur dadar dan ikan asin. erwan mengikuti apa yang aku lakukan. kami makan sambil ngobrol lagi. tak lama kemudian yuk yanti dan bang hendri ikut bergabung sarapan bersama kami. karena jumlah kursi makan dirumah ini hanya empat, terpaksa bang hendri dan yuk tina duduk di lantai yang di alasi tikar pandan dekat tipi.
setelah makan aku mengantar yuk tina kerja, sedangkan erwan langsung pamit pulang.

****************

selesai isya aku pergi ke dapur. emak sedang menggoreng ubi jalar biru. sementara yuk tina duduk diatas bangku kecil pendek di lantai dapur sambil mencuci potongan singkong yang akan diparut. aku berjongkok di depan yuk tina ikut membantunya mencuci singkong yang sudah di kupas dalam baskom berisi air bersih. emak mau bikin kue kelamai singkong. aku tak tahu istilah populernya apa. yang jelas singkongnya dihalukan dulu lalu dikasih gula merah lalu di bungkus daun pisang lalu di kukus hingga matang.

"sudah dek biar ayuk saja yang selesaikan nanti baju kamu kotor ..!"
kata yuk tina sambil terus menggosok sisa tanah yang menempel pada singkong. aku tak menjawab namun tersenyum pada yuk tina sambil tanganku ikut menggosok singkong.
"adek nggak jalan sama tiara dek?"
tanya yuk tina lagi.
aku berhenti sejenak dan menarik nafas, aku tak tahu kenapa kalau ditanya tentang tiara rasanya aku jadi bingung.
"memangnya kenapa yuk?"
"kan sekarang malam kamis, biasanya ya dek orang pacaran itu kan sukanya ngapel ke rumah pacarnya, tapi adek kok santai santai saja, apa nggak kangen sama pacar sendiri dek?"
"ya itu kan anak anak abege yuk, kalau aku kan sudah dewasa.... masak sih aku juga harus pacaran gaya abege juga, lagian tadi sore kan aku sudah ketemu sama tiara, nanti kalau sering ketemu malah akan jadi bosan yuk, nggak asik lagi ah.. liat aja rata rata kalau orang pacaran yang terlalu sering ketemu dan bersama, giliran udah nikah malahan nggak asik lagi karena sudah bosan. aku nggak mau hubungan yang seperti itu karena tak sehat."
kataku agak berkilah, aku tahu kenapa aku tak begitu kangen selalu bersama tiara karena hingga saat ini aku belum bisa merasakan cinta dengannya.
"kalau itu menurut kamu yang terbaik ya ayuk bisa ngerti sih dek, tapi ayuk cuma mau ingatkan saja kalau adek itu pacarnya, dia itu wanita seperti ayuk juga dek, kasihan dia kalau adek pacaran sama dia hanya main main saja.."
yuk tina agak berbisik karena emak saat ini bersama kami di dapur ini. aku terperangah lalu dengan sedikit kikuk memandang yuk tina. dari tatapannya padaku sepertinya yuk tina agak curiga padaku. aku tak mau kalau sampai yuk tina berpikiran yang tidak-tidak.
"ayuk ini ada ada saja, aku memang sedang tak pengen jalan yuk soalnya capek banget dari tadi sore bantu erwan, jadi aku hanya mau istirahat saja kok yuk"
kataku sambil berdiri, yuk tina memindahkan singkong yang sudah bersih ke dalam wadah kering lalu membuang air dalam baskom ke kamar mandi. aku duduk di kursi makan sambil memandangi emak yang asik menggoreng. harum ketela goreng menggelitik saraf penciumanku. aku berdiri lalu berjalan kesamping emak. 
"kenapa nggak nyuruh yuk yanti saja yang menggorengnya mak, lebih baik emak istirahat saja.."
kataku pelan karena tak mau membuat emak kaget. emak tersenyum padaku.
"kalau tak ada kerjaan malah emak merasa bosan nak.."
jawab emak dengan sabar.
"tapi aku tak mau kalau emak nanti sakit.."
"jangan kuatir, kalau emak tak sehat pasti istirahat..kamu sudah makan nak?"
"sudah mak.."
"tuh ketela sudah ada yang matang, kamu ambil piring sana.. suruh yuk yanti bikin kopi buat kamu.."
kata emak sambil membalikkan ketela dalam minyak panas menggunakan spatula.
"biar aku bisa bikin sendiri mak, yuk tina sedang mengiris singkong."
kataku sambil mencomot ketela goreng, aku langsung mengibaskan tangan dengan kaget karena ternyata ketela itu masih sangat panas.
"hati hati nak nanti tanganmu melepuh..pake garpu saja kalau masih panas!"
"hehehe..iya mak, tadi aku kira sudah agak dingin.."
aku meringis agak malu.
"bagaimana dengan tiara nak, apa kabarnya.. emak kangen sama dia, emak tak menyangka kalau kamu akan dapat pacar secepat itu, kadang emak merasa ini bagaikan mimpi. tapi emak sangat bersukur sekali ternyata Allah memang maha kuasa dengan segala kehendaknya.."
emak memandangku dengan sayang. aku tahu emak memang sangat bahagia saat tahu aku berpacaran dengan tiara tapi aku juga tak tahu apa yang aku lakukan ini apakah benar, aku jujur belum merasakan apa apa sama tiara, hingga detik ini perasaan yang aku rasakan terhadapnya hanyalah perasan ingin berteman saja. tapi semua sudah terlanjur. banyak yang sudah tau mengenai hubungan kami ini dan banyak yang berharap banyak dengan hubungan kami terutama emak dan ayuk ayukku. bagaimana mungkin aku menghatakan pada mereka kalau hubungan aku dengan tiara hanyalah percobaan yang kalau aku tak bisa juga mencintainya maka akan berakhir. aku hanya akan membuat emak jadi kecewa saja. aku sudah sering membuat emak kecewa karena perbuatanku. 
"kenapa kamu diam nak, apa yang mengganjal di pikiranmu?"
tanya emak lagi. aku menggeleng perlahan.
"nggak mak, aku tak memikirkan apa apa, emak tak usah kuatir semua baik baik saja.."
aku tak mau kalau sampai emak tau apa yang aku pikirkan pasti lah emak akan kecewa. aku hanya bisa berdoa semoga saja semuanya nanti akan berakhir sesuai dengan yang aku harapkan.
*********


hari ini sangat cerah, entah kenapa rasanya aku sangat bersemangat, rencananya aku mau jemput erwan dan mengajaknya jalan jalan. aku tak ada rencana mau kemana, nanti aku akan tanya erwan kira kira tempat mana yang akan kami kunjungi. aku menelpon erwan. agak lama kau menunggu hingga tiga kali aku membuat panggilan baru ia angkat. aku langsung mengutarakan rencanaku tadi padanya. erwan sangat antusias dan langsung setuju. katanya ia akan menjemputku setelah ia bersiap siap. sekarang ia sedang berada di rumah ayuk nya. kami berdua sepakat kalau ia akan menjemputku pada pukul sebelas. erwan mengusulkan kalau kami pergi ke parai tenggiri dan ia mengingatkanku agar jangan lupa membawa celana renang karena di pantai itu ada kolam renangnya. setelah selesai menelpon erwan aku langsung mandi. sekarang baru jam delapan pagi. masih banyak waktu untukku bersiap siap.

**********




jam sebelas tepat erwan datang, aku memang sudah siap dari tadi. wajah erwan berseri seri menghampiriku. ia memakai baju kaus dengan kerah berwarna oranye muda. tubuhnya yang kekar begitu pas dengan baju yang ia kenakan. ditangannya menjinjing sebuah plastik yang di dalamnya terlihat seperti sebuah kotak.
"apa itu wan?"
tanyaku dengan penasaran. erwan tak segera menjawab malah langsung memberikan kantong plastik itu padaku.
"buat emak kamu rio, itu martabak telor, aku beli di toko sebelum aku kemari.."
"kamu ini wan ada ada saja, kenapa harus repot repot kayak gini sih?"
aku mendesah, aku tahu erwan memang baik, tapi aku juga tak enak kalau ia selalu repot seperti ini.
"sekali sekali yo, itu juga kebetulan tadi aku lagi mampir cari bekal buat kita, eh aku langsung teringat sama emak, jadi aku belikan martabak ini buat emak kamu."
kata erwan dengan santai. 
"kita berangkat sekarang ya?"
tanya erwan.
"aku kasih martabak ini sama emak dulu ya, ayo masuk dulu wan.."
"biar lah rio aku nunggu disini saja, kalau aku masuk dan ketemu emak kamu yang ada aku diajak ngobrol dan kita bakalan kesiangan berangkatnya."
kata erwan sambil tertawa. 

*********

aku turun dari mobil di pelataran parkir pantai parai tenggiri, pelataran parkir yang asri ditumbuhi beberapa pohon dan tanaman bunga yang terawat. walaupun aku orang bangka tapi jujur saja aku baru sekali menginjakkan kaki ke pantai ini. pantai yang telah di tata oleh seorang pengusaha. ada hotel dan cottage cottage di area pantai ini. sebuah restoran dan ada kolam renang di depannya. suasananya cukup menyenangkan dan tak gaduh. hingga kalau mau bersantai memang akan benar benar bisa menikmatinya. aku senang sekali dengan batu batu karang yang menghiasi pantai begitu indah hingga seolah olah disusun dengan artistik. pohon kelapa melambai lambai tertiup angin yang lumayan membuat aku merasa agak kedinginan. wajar saja karena memang sekarang sedikit mendung tak ada sinar matahari yang terik. 
erwan mengajak aku ke restauran yang letaknya tepat di bibir pantai. kami duduk di kursi paling pinggir biar bisa leluasa memandangi ombak lautan yang seolah berkejar kejaran. erwan memesan juice lemon sedangkan aku memesan juice alpukat. tak ketinggalan juga stick kentang dan roti panggang. aku duduk sambil menyelonjorkan kaki di bawah meja. rasanya tubuhku benar benar rileks sekarang. ada beberapa anak kecil yang b erlari di tepi pantai. bermain main dengan ombak sambil tertawa tawa. aku ikut tersenyum menyaksikan kegembiraan anak anak itu. betapa menyenangkannya hidup mereka yang tanpa beban.
"kita k e batu yang di sebelah sana saja rio, jadi kita bisa lihat air laut dari dekat, kan lebih enak karena anginnya lebih terasa."
kata erwan setelash menghabiskan juice nya. aku langsung menoleh pada arah yang di tunjuk oleh erwan.
"yang sebelah sana maksud kamu?"
tanyaku kurang yakin, karena aku merasa jaraknya agak jauh dari restoran ini.
"iya, kita foto foto diatas jembatan itu kayaknya bagus deh, kamu mau kan jalan kesana?"
erwan meyakinkanku.
"ya kalau kamu mau aku sih tak apa apa..kalau gitu sekarang saja kita kesana, soalnya agak siang dikit aku mau mandi"
aku langsung berdiri dan bersama erwan kami meninggalkan restoran lalu berjalan menyusuri jalan setapak yang disemen dimana disisinya ada rumput yang hijau dan terawat sedangkan disisi lain bagian pasir pantai.
"untung saja hari ini tak begitu panas ya"
kata erwan sambil mengatur jalannya di sampingku yang memang sudah biasa berjalan agak kencang hingga aku lihat erwan agak sedikit keteteran.
"pelan dikit yo, kamu kayak orang mau ngambil gaji aja!"
erwan langsung protes karena kecapekan.
"ya kalau jalannya kayak pengantin nggak nyampe nyampe wan.."
aku menggoda erwan sambil tersenyum. tapi aku memelankan juga jalanku karena kasihan sama erwan. itu lah kalau jarang jalan kaki pasti akan merasa gampang capek. padahal tadi dia yang menggebu gebu mengajakku ke batu batu.
"kita berhenti di sini dulu yo, aku mau foto foto"
kata erwan sambil menghentikan langkahnya saat kami tiba di jembatan panjang yang berupa jalan setapak dari semen. jembatan yang bagus untuk dekorasi pantai ini karena di hiasi dengan lampu yang berjejer seolah memagari jembatan itu dari awal hingga ke ujung.
"kayak fotomodel saja kamu wan"
"untuk kenang kenangan yo, kan kita jarang jarang kesini. aku senang sekali berfoto di tempat yanag pemangdangannya bagus. tapi kalau foto ke studio aku jug amalas yo"
erwan membela diri.
"aku bercanda kok wan, mana kameranya biar aku yang fotoin kamu"
erwan langsung membuka tas nya lalu mengambil sebuah kamera pocket digital mini lalu mengangsurkan padaku.
tanpa aku komando erwan langsung memasang pose sambil duduk diatas lampu yang jadi pembatas jembatan. aku langsung membidiknya. beberapa kali dalam berbagai pose. erwan bergantian yang mengambil gambarku. 
"aku mau foto berdua sama kamu yo.."
kata erwan setelah capek berfoto sendiri. aku mengitari pandangan mencari seseorang. bertepatan ada seorang dengan seragam hotel. aku langsung memanggilnya.
"ada apa pak?"
tanya pelayan itu dengan ramah.
"tolong ambil foto kami berdua ya"
kataku sambil memasang senyum termanis yang bisa aku keluarkan. wajah pemuda yang aku taksir sekitar dua tahun di bawahku itu langsung tersipu. dari gerak geriknya terlihat kalau ia agak kemayu. biasanya memang kalau yang kerja di tempat seperti ini entah kenapa kebanyakan yang seperti ini. ia langsung menerima kamera dari tanganku. tampaknya ia sudah biasa diminta tolong para pengunjung pantai untuk mengambil gambar. soalnya tanpa bertanya lagi ia langsung mengatur aku dan erwan untuk mengambil posisi dan memasang gaya sedangkan ia langsung mengatur kontrol kamera tanpa ragu.
aku berdiri di samping erwan yang merangkul pundakku. anak itu mengambil gambar kami berdua. lalu aku merubah posisi. tanpa aku duga erwan memelukku dari belakang hingga pemuda itu agak ternganga namun aku lihat ia bisa langsung menguasai diri seolah cuek mengambil gambar aku dan erwan. setelah selesai tak lupa aku berterimakasih pada anak itu, tapi aku juga tak lupa menyelipkan uang duapuluh ribu untuk ia beli rokok sebagai tanda terimakasihku padanya yang mau saja kami suruh mengambil gambar.
"kamu genit wan.."
kataku setelah anak itu berlalu.
"kamu suka kan, tadi kamu nggak protes.
erwan terkekeh.
"ya tapi kan nggak enak lah nanti kalau foto kita di lihat orang lain malah nanti kita dikira pasangan gay"
"ya memang benar kan kita berdua ini pasangan gay, kamu pacarku dan aku milikmu..masak sih kamu sudah lupa?"
erwan sengaja menggodaku. mau tak mau aku jadi tertawa juga melihat wajah erwan yang ia buat lucu.
"aku sayang kamu wan"
desahku pelan.
"aku lebih menyayangimu rio..."
"aku lebih dari perasaan kamu wan"
"aku sejuta kali lebih dari kamu yo"
"dasar nggak mau kalah..!"

**************




aku dan erwan duduk di atas bebatuan karang yang berdiri kokoh diatas pasir dan digenangi air laut. dari sini kami bisa melihat dengan jelas bagaimana air laut yang beriak dari atas. sepanjang mata memandang hanya air laut dan buih yang dibawa ombak. beberapa ekor burung terbang melayang diatas permukaan air, mencari ikan yang lengah untuk mereka tangkap.
aku berdiri untuk melihat lebih jelas, nampaknya dari semak semak di bawah batu karang aku mellihat seekor biawak yang lumayan besar sedang bersembunyi. tadi gerakannya saat lari sempat menimbulkan suara berisik ranting dan dedaunan kering tergesek perutnya. aku memberitahu erwan dan ia segera berdiri dengan penasaran untuk melihat biawak di arah yang aku tunjuk tadi. 
"mana rio, kok aku nggak bisa melihatnya?"
erwan memusatkan pandangan ke semak semak.
"itu wan masak sih kamu nggak bisa mellihat ekornya itu. tubuhnya memang agak tertutup semak tapi aku masih bisa lihat ekornya wan, rugi k amu nggak lihat tadi beneran gede banget wan mungkin ada panjangnya kayak sofa di rumah kamu"
aku menunjuk ke arah bawah.
"ya udah kalau nunjuk itu cukup pake tangan saja jangan bibir ikutan nunjuk..jelek tau!"
erwan menggodaku. aku langsung mencubitnya karena gemas.
"biarin aja kan mulut punyaku juga..!"
"katanya apa yang ada padamu milik aku juga...?"
erwan pura-pura merajuk padahal aku tau kalau ia cuma bercanda saja. aku tertawa terbahak-bahak. sungguh sangat lucu ekspresi erwan saat ini. aku dan erwan tertawa terbahak bahak. tak terasa hari hampir sore, aku mengajak erwan pulang. saat kami telah sampai di pintu keluar. tanpa kami duga kami bertemu dengan anna dan keluarganya. aku menoleh pada erwan dan kulihat i a nampak serba salah. erwan menarik tanganku untuk balik lagi namun tak disangka anna terlanjur melihat kami. dengan agak kikuk erwan menghampiri anna.
"kamu kok nggak bilang kalau kamu mau kesini?"
aku bisa merasakan kalau suara erwan agak bergetar. namun anehnya ekspresi wajah anna bagaikan menunjukkan ketidak senangan sama sekali.
"oh kamu kesini juga rupanya, tadi pagi kamu bilang mau menemani mama kamu ke tempat saudara?"
tatapan mata anna tajam menusuk. ia berpaling melihatku. entah kenapa aku juga jadi agak kikuk.
"berdua saja kalian perginya rio?"
tanya anna kepadaku, suaranya terkesan agak dingin.
"aku...eh..iya anna, aku berdua saja sama erwan.."
suaraku terbata bata, anna mengerenyitkan keningnya.
"tadi aku menelpon erwan, tapi dia bilang ia ada urusan dan tak bisa menemaniku!"
"kau bisa jelaskan nanti anna, kamu jangan salah sangka aku..."
belum sempat erwan menyelesaikan ucapannya tapi langsung anna potong.
"tak apa apa wan, aku tahu ada yang lebih penting dari aku, entah kenapa aku juga sadar kalau kamu akhir akhir ini agak berubah.."
seseorang melambai pada anna sambil memanggilnya. anna menoleh dan mengangguk.
"akutak tau apa yang terjadi tapi aku bisa merasakan ada yang lain, sekarang aku mau pulang dulu tapi aku ingin membicarakan masalah ini sama kamu bang erwan!"
tanpa bicara panjang lebar lagi anna meninggalkan kami berdua lalu ia bergabung dengan rombongannya yang sudah mau pulang.
sepeninggal anna aku lihat wajah erwan berubah kalut, nampaknya ia jadi agak kebingungan dan serba salah. aku rangkul pundaknya agar ia bisa lebih tenang.
"salah aku memang rio, aku tak tau kalau anna tadi mau mengajak aku kemari..kenapa aku sampai tak terpikir?"
suara erwan hampir menyerupai sebuah gumaman.
"namanya juga tak terduga wan, sudah lah kamu jangan terlalu ambil pusing.
"sepertinya anna curiga denganku.."
"apa yang bisa ia curigai, bukannya kamu jalan sama aku wan, dan kita sesama lelaki.."
"kakak anna seorang banci yo, hal yang seperti ini tak asing bagi anna.."
penjelasan erwan membuat aku terdiam. aku jadi ikut gelisah karena itu. aku sangat terkejut mendengarnya.
"nanti aku ceritakan sama kamu yo, sekarang kita pulang dulu!"
erwan berusaha terdengar tenang walaupun aku tahu sebenarnya ia sangat gelisah. sepanjang perjalanan pulang aku dan erwan kembali membahas tentang kebetulan yang terjadi tadi. erwan bercerita kalau kakak anna yang lelaki orangnya kemayu dan seringkali membawa pacarnya yang cowok kerumah, orangtua anna sangat resah dengan kelakuan kakaknya anna, karena mereka sering berselisih faham, akhirnya kakak anna memilih meninggalkan rumah dan hidup mandiri. kakaknya itu bekerja di sebuah restoran sebagai tukang masak. meskipun kakaknya itu tak tinggal lagi serumah dengan mereka namun anna masih sering mengunjungi kakaknya itu karena memang kakaknya sangat menyayangi anna.
dan bagi aku dengan erwan ini adalah ancaman yang sangat serius bagi hubungan kami berdua. kalau anna tahu dengan dunia kakaknya berarti ia juga akan cepat menyadari ada yang tak beres antara aku dengan pacarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar