Sabtu, 20 Juni 2015

Pelangi Dilangit Bangka (Kisah Rio) Part 33

saat emak pulang ia agak kaget juga karena melihat kulkas warna putih sudah bertengger dengan gagah di dapur. emak sempat protes namun seperti biasa aku langsung menjelaskan pada emak kalau aku masih ada tabungan yang tak akan habis kalau aku berhemat, aku katakan pada emak kalau dengan adanya kulkas dirumah ini maka emak akan bisa lebih berhemat karena takkan ada makanan yang terbuang.

sebenarnya aku ingin sekali membelikan televisi baru, tapi aku tak mau emak marah lagi karena aku tau bagaimana emak, ia tak suka menghambur hamburkan uang yang dicari dengan susah. sedari dulu telah terbiasa hidup bersahaja tentu saja emak jadi teratur dalam menggunakan uangnya.

erwan masih menunggu di kamarku, tempat tidurku yang baru ini sebuah springbed dengan double kasur yang bisa digeser selayaknya laci, jadi aku bisa mengajak papa menginap disini nantinya.

aku membuat kopi untuk erwan dan membawanya ke kamar.

"biasa lah wan emak..kalau aku beli sesuatu yang agak mahal menurutnya, ia pasti akan langsung protes..."

"wajar lah rio, emakmu kan tak tau bagaimana mewahnya kehidupan kamu waktu di palembang, mungkin kamu sudah biasa tapi tidak dengan emakmu, wajar saja kalau dia protes..."

erwan tersenyum sambil membaringkan tubuhnya diatas kasur.

"aku pengen sekali menyenangkan hati emak, dari dulu aku sangat ingin melakukan itu..."

"makanya kamu lanjutakn lagi kuliah kamu agar nantinya kamu bisa segera cari kerja dan kamu punya penhasilan sendiri jadi kamu bisa membantu emakmu.."

nasehat erwan.

"iya wan, makasih ya udah mengingatkan aku..."

"rio aku mau menanyakan sesuatu padamu, maaf kalau ini agak pribadi.."

erwan beringsut dari tempat tidur lalu bergeser mendekatiku. aku menatap erwan dengan tanda tanya.

"apa wan?"

"kamu sudah putus ya sama rian..?"

"kok kamu menyanyakan hal itu..?"

aku jadi heran.

"sekedar mau tau aja yo, kan kalian sudah lama sekali pacaran sejak lulus SMP dulu, bagaimana kabar rian sekarang, kalau kalian sudah putus apa yang menyebabkannya, kalau aku boleh tau..?"

erwan menatapku dengan penasaran.

"rumit kalau dijelaskan , tapi yang pasti kami sudah lama tak kompak dan tak sejalan, banyak pertentangan dan pertengkaran selama kami bersama...rian sangat temperamental...aku sering bingung menghadapinya, kadang aku tak percaya kalau kami berdua sebenarnya pacaran..."

aku mencoba menjelaskan seadanya. namun erwan nampaknya masih belum puas.

"rian temperamental, apa dia suka memukul dan marah marah sama kamu..?"

"ya begitulah..."

"tapi seingatku dulunya rian kan sangat ramah dan baik, kenapa dia bisa berubah..?"

erwan jadi semakin penasaran.

"karena apa aku juga tak tau, tapi yang jelas kecemburuan yang jadi penyebabnya dan hampir itu terus sebagai penyebabnya..!"

"apa kamu selingkuh...?"

selidik erwan.

"iya....!"

tanpa berpikir aku menjawab. erwan langsung terdiam.

"rian tau kalau kamu selingkuh, terus bagaimana reaksinya, kamu selingkuh sama siapa...?"

erwan mencecarku dengan pertanyaan beruntun, aku tak mengerti kenapa masalah ini membuat erwan begitu tertarik. biarlah aku akan jawab apa adanya biar erwan tau siapa aku sebenarnya, aku tak mau nantinya ada salah faham diantara kami, aku tak mau disalahkan sebagai orang yang tak setia.

aku ceritakan pada erwan segala yang terjadi, bagaimana aku yang awalnya dipaksa sama om sebastian, lalu hubungan kami yang berjalan hingga rian datang, dan rian mengalah karena tau aku sudah ada yang punya, lalu aku ceritakan juga tentang aku yang putus dengan om sebastian karena dia menikah. dan aku kembali pada rian, lalu pertengkaran yang tak ada habis habisnya hingga akhirnya aku selingkuh lagi dengan om sebastian dan berakhir dengan rian yang mau membunuhku, semuanya aku beberkan dengan tuntas tanpa ada yang terlewati.

"untung saja rian tak berhasil membunuhmu rio, kalau ia melakukan itu aku bersumpah akan membalasnya dengan tanganku sendiri..!"

erwan bergidik, namun tak aku duga dia malah membelaku.

"aku pun sangat takut saat itu...entahlah bagaimana aku bisa lolos mungkin memang tuhan belum mau kalau aku mati..!"

"kamu belum terlalu mengenal rian, tapi kamu sudah mau jadi pacarnya, aku juga kaget...tapi kadang cinta memang tak dapat ditentukan pada siapa dan kapan datangnya.."

"itu yang terjadi padaku...semua sudah terlanjur, aku sudah dapat pelajaran yang berharga, aku nyaris kehilangan semuanya.."

"kamu masih memiliki keluargamu disini dan kamu juga masih memiliki aku rio.."

erwan menggenggam tanganku, rasanya aku bagaikan dialiri listrik hingga membuat aku sedikit terlonjak, dengan cepat aku tarik tanganku.

"kamu tak jijik denganku wan..?"

aku agak kuatir.

"kenapa harus jijik yo, kamu ini ada ada saja...bagaimana mungkin karena masalah itu aku jadi jijik sama kamu, aku bisa mengerti kenapa kamu jadi begitu, kadang memang manusia dihadapi pada situasi yang membuat bingung...kamu butuh orang yang mengerti kamu, aku sebagai sahabatmu tak mungkin meninggalkanmu hanya karena kamu seorang gay, aku tau tak mudah bagi kamu menjalaninya..."

tatapan erwan begitu meneduhkan seteduh kata katanya yang menyiram batinku hingga terasa dingin.

"makasih wan, aku tau kamu adalah sahabat terbaik yang bisa aku andalkan..aku sayang kamu wan.."

entah kenapa kata kata itu meluncur begitu saja dari bibirku.

"tapi bukan naksir kan..?"

erwan menggodaku sambil tertawa.

"kalau naksir memangnya kenapa, kamu juga nggak rugi kan kalau di taksir...!"

aku pura pura bercanda.

"kalau kau sih nggak rugi, tapi kamu yang rugi, aku sudah ada pacar, kamu akan makan hati ha..ha.."

erwan tergelak sambil menampar bahuku pelan.

"kan bisa jadi selingkuhan..."

"nggak takut ketauan sama anna, dia sangat sayang loh sama aku, bisa bisa kamu dikejarnya sampai ke ujung dunia..!"

erwan sok serius.

"anna gadis yang beruntung, kamu sangat mencintainya.."

"gadis yang kamu cintai nantinya juga gadis yang beruntung rio, aku yakin itu.."

erwan memberiku semangat.

"bagaimana kalau ternyata yang aku cintai itu bukan seorang gadis..?"

tanyaku berlagak inosen.

"kalau bukan gadis ya berarti cowok itu dapat masibah..!"

erwan tertawa dan buru buru menyingkir karena aku langsung mencubitnya.

"gila..! cubitanmu sakit banget melebihi cubitan anna...!"

erwan mengusap usap tangannya yang tadi bekas aku cubit.

"itu belum seberapa, aku juga bisa lebih romantis dan penyayang melebihi anna..!"

"jangan memancingku rio..."

erwan mendesah.

"aku tak memancing kok, cuma mengungkapkan fakta... jangan kuatir wan, kita adalah sahabat, aku tak akan membuatmu merasa tak nyaman denganku, aku tau persahabatan lebih indah dari paaran, aku sudah ada pengalaman berpacaran dengan sahabat dan hasilnya seperti itu..."

aku memandang ke luar jendela, matahari masih bersinar terik, pohon mangga yang ada di luar tak mampu menghalau panasnya.

"sepertinya aku harus pulang yo, aku ada janji sama anna, nanti aku kesini lagi kalau sudah selesai... kamu tak kemana mana kan?"

erwan berdiri dan memakai jam tangannya yang tadi ia letakkan diatas meja.

"kayaknya nggak wan, nggak ada tujuan juga.."

"nanti malam kita kerumah anna ya, ada tiara juga disana"

"nggak wan aku malu ketemu tiara.

"biasa aja rio, lagian tiara kan sudah tau kalau kamu gay, apalagi yang membuatmu malu, tiara tak masalah kok, kalian kan bisa jadi teman walaupun tak jadi pacaran.."

"liat saja nanti ya, aku pikir pikir dulu..."

aku masih ragu.

"nanti aku telpon, sekarang aku pulang dulu..."

aku mengantar erwan ke pintu depan, ia berpamitan sama emak dan yuk tina yang sdang duduk di teras. setelah mobilnya menghilang aku masuk lagi ke dalam rumah.

*********




"jadi papa yang kasih tau ke mama kalau aku di bangka..?"

tanyaku nyaris tak percaya. papa yang sedang menyetir tak langsung menjawab malah mengambil softdrink yang ada di sampingnya dan minum.

"kenapa papa kasih tau ke mama, papa tau mama datang sambil ngamuk ngamuk, dan ia juga bikin aku malu, ia katakan semua pada keluargaku, kenapa papa bilang sama mama kalau aku ada disini..?"

dengan tak sabar aku mendesak papa.

"kamu tau sendiri bagaimana mama kamu, ia selalu bisa memaksa papa... ia mengancam kalau sampai papa tak katakan dimana keberadaan kamu ia akan menyusul sendiri ke bangka dan memastikan apa kau ada disini, mamamu bilang kalau ia akan membuat kamu menyesal, papa takut terjadi apa apa sama kamu makanya papa bilang saja biar mamamu tak berbuat yang aneh aneh, tapi rupanya papa salah..."

papa terdengar seperti menyesal.

"papa tau sendiri bagaimana mama...aku sampai kaget, untung saja keluargaku tak terlalu meributkan soal itu, tapi aku jadi nggak enak hati sendiri pa, aku sudah mengusir mama. .. aku terpaksa melakukan itu karena mama marah marah sama emak dan menyalahkan emak..."

"nanti papa akan bicara lagi sama mama kamu, oh ya rio kamu dapat salam dari koko dan mamanya, mereka sangat kangen sama kamu, mereka juga kesal karena kamu pergi tanpa pamit sama mereka.."

mendengar nama koko aku jadi kangen padanya, ia temanku yang baik.. keluarganya juga sangat ramah padaku, aku tak mudah untuk melupakan mereka semua.

"bagaimana kabar mereka pa. baik baik saja kan..?"

"mereka baik baik saja, mama koko nanya kamu terus, ia marah kenapa kamu tak tinggal saja sama mereka kalau kamu ada masalah.."

"aku tak mau buat mereka repot, aku juga tak mau membuat masalah.. mama bisa marah sama mereka kalau sampai menampung aku tinggal disana..."

"mama mu tak akan berani marah sama mereka rio, kamu tau kan mama koko itu kakaknya papa.."

"iya juga sih... nanti kalau aku sempat aku main ke palembang dan menemui mereka.. kalau papa pulang nanti tolong sampaikan salamku sama mereka.."

papa menghentikan mobil di sebuah restorsn msksn sn laut yang berada di tepi pantai. aku senang sekali dengan suasana pantai sore yang teduh, air laut yang beriak menimbulkan gelombang kecil meninggalkan buih diatas pasir putih.

pohon cemara yang tumbuh berjejer di sepanjang pesisir pantai sedikit meneduhkan dari sinar matahari yang kadang menyengat.

"coba tadi kita ngajak emak ya pa, aku tak tau kalau papa mau ngajak makan disini..."

kataku smbil duduk di kursi yang menghadap ke arah pantai. seorang pelayan datang sambil memberikan buku menu. papa mengambil buku itu dan membacanya. setelah itu papa menulis menu yang ia inginkan. setelah selesai papa berikan padaku.

"kapan kapan kita ajak keluargamu kesini, soalnya hari ini papa agak buru buru, nanti malam papa ada pertemuan dengan beberapa rekan bisnis papa.."

aku menuliskan beberapa nama makanan dan minuman pada buku menu. dan memberikan pada pelayan restoran makanan laut itu.

"boleh kan aku pessan untuk dibawa pulang kerumah..?"

"pesan saja nak, tak masalah...oh ya gimana rencana kamu, kapan kamu mau kuliah lagi, papa ingin nantinya kamu bantu papa mengurusi bisnis papa, kamu anak laki laki papa satu satunya, astrid adik kamu masih sangat kecil, jadi hanya padamu papa berharap.."

"secepatnya aku kuliah lagi pa, cuma kalau sekarang aku masih belum bisa fokus, tapi aku janji kok pa pasti akan kuliah lagi.."

papa menyalakan rokok sambil menunggu pesanan datang, aku memandangi ombak yang berkejaran di pantai. rasanya hidup ini begitu singkat, masa masa berlalu tanpa terasa. begitu banyak hal yang terjadi dalam hidupku. saat aku masih kecil aku tak pernah membayangkan akan mempunyai ayah lagi, aku tak mengira kalau sebenarnya aku anak angkat, aku mempunyai dua orang ibu yang sangat berbeda, apakah aku salah kalau aku lebih menyayangi emak ketimbang ibu kandung yang melahirkanku.

"kamu sedang memikirkan apa rio, kok kamu kayaknya gelisah..?"

tanya papa sambil memandangiku lekat lekat.

"pa. aku mau tanya, apakah papa dulu bahagia saat bersama mama..?"

"kenapa kamu tanyakan itu nak, tentu saja papa bahagia, tapi tak cukup hanya cinta kalau mau membangun rumah tangga, restu dari keluarga juga menentukan apakah bahagia atau tidaknya dalam mengarungi rumah tangga.."

papa sedikit murung, sepertinya papa sedang mengingat kembali kenangannya dulu bersama mama.

pelayan datang membawakan pesanan kami. aku dan papa makan siang dalam kebisuan karena sibuk denga pikiran masing masing. papa datang tadi pagi ke bangka dan langsung mengajak aku jalan jalan. kata papa dia rencananya seminggu di bangka. papa sedang mengurus proyeknya disini. tapi papa menginap di hotel, padahal aku berharap papa mau menginap dirumah emak. tapi papa bilang ia tak mau merepotkan jadinya ia lebih memilih di hotel.

setelah selesai makan kami menunggu pesanan yang akan aku bawa pulang untuk emak dan ayuk ayukku, pelayan memberikan bungkusan dan papa membayar semuanya. lalu papa mengantar aku pulang. papa bilang kalau besok dia akan jemput kau lagi untuk mengajak jalan jalan.


emak senang sekali saat aku membawakan udang goreng masak tomat dan kepiting pindang kesukaannya. karena dari restoran, kepitingnya berukuran besar besar. aku melihat keluargaku makan dengan bahagia, rasanya aku mau menukarkan apa saja yang aku miliki asalkan dapat terus merasakan kebahagiaan seperti ini.

baru saja aku mau ke kamar tiba tiba ada dua mobil sedan berwarna biru metalik dan hitam yang masih terlihat baru berhenti tepat di depan pekarangan. dengan rasa ingin tahu aku menghampirinya, ada siapa yang datang soalnya aku tak pernah melihat mobil itu sebelumnya.

seorang pria turun dari mobil yang berwarna hitam lalu menghampiriku.

"benar ini rumahnya rio khrisna..?"

tanya pria itu, aku taksir umurnya tak lebih dari empatpuluh tahun.

"iya benar, ada apa...?"

"saya disuruh mengantarkan mobil ini buat rio...mana rio nya..?"

"saya sendiri... siapa yang suruh mengantarkan mobil itu kesini..?"

aku belum bisa mengatasi rasa kaget.

"dar iibu mega suharlan.. saya hanya disuruh mengantarkan saja, katanya itu mobil bapak rio.."

jawab pria itu dengan sopan. aku jadi makin terkejut, ada apa tiba tiba mama memberikan mobil untukku, bukannya mama masih marah padaku, apalagi dengan sikapku kemarin mungkin mama masih tersinggung.

"tapi apa tak salah pak...?"

aku masih belum yakin.

"kalau memang bapak bernama rio khrisna, artinya saya tak salah..tolong bapak tandatangani dulu disini sebagai tanda serah terima.."

pria itu memberikan sebuah nota padaku. mungkin karena aku sedang kebingungan tanpa berpikir lagi aku tandatangani nota itu, aku baru tersadar setelah pria itu masuk ke dalam mobil yang biru dan pergi. aku mengejar mobil itu namun jalan mobil itu terlalu cepat, entah mengapa perasanku mengatakan dalam mobil biru tadi ada mama.

aku hampiri mobil hitam yang ditinggalkan pria itu tadi. lewat kacanya yang terbuka aku mengambil kunci yang di tinggal di dalamnya.

*********




emak dan ayuk ayukku sangat kaget sekali saat tau kalau mama memberikan aku mobil, emak bahkan jadi kuatir, masalahnya baru saja beberapa hari yang lalu aku dan mama bertengkar dan mama kelihatannya sangat marah, lalu tiba tiba saja tanpa ada angin apa mama memberikan mobil, tentu saja ini sangat mencurigakan.

aku merasa mobil ini sudah sangat kontras dengan rumah emak, kenapa mama sampai terpikir untuk memberikan mobil ini sedangkan mama tau aku tinggal dirumah ini. rasanya terlalu berlebihan dengan mobil semewah ini.

emak menanyakan mobil itu akan aku pakai atau tidak, aku tak bisa menjawabnya karena memang aku belum ada bayangan akan aku apakan mobil ini. aku akan bilang sama papa kalau ia datang hari ini. aku akan minta pendapatnya apa yang harus aku lakukan, aku juga akan meminta papa bicara sama mama mengapa sampai ia memberikan aku mobil.

"dek besok anterin ayuk kerja ya...pake mobil itu..!"

yuk tina lah yang paling senang melihat mobil ini. ia sangat antusias sekali. aku tak tau harus jawab apa, kalau aku menolak kesannya aku pelit. tapi kalau aku turuti aku juga masih kuatir, aku takut ada maksud terselubung dibalik mobil ini. siapa yang bisa menduga sikap mama. aku juga sebagai anaknya kadang masih bingung.

"nanti lah yuk, aku juga belum tau apakah akan memakai mobil ini atau mengembalikannya..."

jawabku jujur.

"jangan dong dek...kan sayang mobil sebagus ini dikembalikan, wajar saja mama adek kasih mobil ini sama adek, kan adek anaknya...lagipula mama adek kan kaya sekali..!"

yuk tina keberatan.

"tina..kamu ini apa apaan sih, jangan bikin adik kamu bingung...!"

tegur emak dengan tegas.

"kalian ini aneh, mobil ini kan sudah jelas punya rio...kenapa juga harus ragu lagi, sudah jelas jelas mama rio yang ngasih buat dia..jadi manfaatkan dong, kan sayang kalau hanya di pajang..."

bantah yuk tina.

"iya yuk, nanti aku mau bicara sama papa dulu, kalau kata papa pakai nanti aku pakai. tapi kalau kata papa jangan, aku terpaksa akan kembalikan mobil ini.."

yuk tina kelihatannya agak kecewa namun ia tak mengatakan apa apa lagi. kami masuk ke dalam rumah dan membahas kemungkinan kemungkinan di balik pemberian mobil dari mama itu.


**********


saat erwan datang ia sedikit kaget melihat mobil yang terparkir di depan rumahku, ia jadi makin kaget mengetahui itu mobilku. erwan mengamati mobil itu dengan kagum.

"mobil ini bagus sekali rio, kenapa tak kamu pakai...ternyata mamamu baik juga ya, ia masih perhatian sama kamu, buktinya ia memberikan mobil buat kamu...mungkin mamamu sudah menyadari dan menerima keadaan kamu rio.."

erwan menebak dan mengungkapkan pendapatnya.

"aku tak tau juga sih wan, cuma rasanya mustahil aja kalau mama berubah secepat itu. aku sangat kenal mama..."

"jangan berpikiran buruk, ambil hal yang positif dulu, kamu kan anak kandung mamamu dan kalau sampai ia memberikan sesuatu buat kamu ya wajar saja...seorang ibu walaupun sangat marah sama anaknya tak akan mungkin membuang anaknya begitu saja..."

erwan menasehatiku.

"aku masih bingung, soalnya aku tak yakin...semoga saja apa yang kamu katakan benar.."

"jadi sekarang kita jalan dulu ya, jangan pikirkan soal mobil ini sementara ini...aku sudah ditunggu anna.."

"ya sudah tunggu dulu sebentar aku mau ganti baju.."

erwan mengikutiku ke kamar dan menungguku selesai ganti baju. setelah itu kami kerumah anna.




anna dan tiara sedang duduk di ayunan depan rumahnya saat aku dan erwan tiba. aku bertanya tanya apakah tiara sudah ceritakan pada anna mengenai apa yang ia dengar tempo hari dirumahku. aku merasa tak enak hati. namun dari sikap anna sepertinya dia tak tau sama sekali. sukurlah kalau tiara tak ceritakan hal itu pada anna.

aku lebih banyak diam mendengar mereka ngobrol. rasa tak enak hati pada tiara membuat aku jadi agak kaku untuk larut bersama canda mereka.

"kamu sakit ya..?"

tanya tiara, aku agak tersentak tak menduga ia akan bertanya.

"nggak kok, cuma lagi banyak pikiran.."

aku menjawab sekenanya.

"memangnya mikirin apaan, kok sampai melamun gitu..?"

tanya anna serius.

"dia tadi barusan dapat mobil dari mamanya, jadi dia kepikiran terus.."

erwan yang menjawab. aku tau erwan menjawab begitu karena ia melhat indikasi aku kebingungan untuk menjawab.

"wah asik dong dapat mobil...aku kapan ya bisa dapat mobil...?"

tiara bercanda.

"makanya pacaran aja sama rio, kan bisa nebeng mobilnya....!"

ceplos anna tega, erwan tertawa mendengarnya.

"enak saja memangnya aku ini cewek matre...!"

tiara langsung protes.

anna tertawa kesenangan, sementara erwan cuma menggelengkan kepala melihat anna dan tiara.

hp ku berdering, aku merogoh kantong dan melihat ke layar hp. ternyata yuk tina yang menelponku, ada apa gerangan tak biasanya yuk tina nelpon...aku langsung menjawabnya.

"halo yuk ada apa...?"

tanyaku langsung.

"rio...kamu bisa pulang sekarang nggak, ada yang nungguin kamu....!"

suara yuk tina terdengar agak gelisah. aku jadi kuatir.

"siapa yuk..?"

"perempuan dek, pake jilbab...katanya dia tante kamu..!"

Degg..!!! jantungku rasanya mau anjlok, itu pasti tante sukma... ada apa lagi ini, kenapa banyak sekali yang datang tanpa aku duga, kenapa lagi tante sukma mau bertemu denganku hingga jauh jauh datang dari palembang, apakah tante juga datang bersama om sebastian. semoga saja yang aku kuatirkan tak terjadi.

"iya yuk sebentar lagi aku pulang..."

aku menutup pembicaraan, erwan, anna, dan tiara semuanya diam melihatku.

"maaf wan kayaknya aku harus pulang sekarang..."

"ada masalah apa yo..?"

tanya erwan heran.

"nanti aku ceritakan, tapi yang pasti aku harus pulang sekarang, ada yang nungguin dirumah.."

"baiklah aku antar kamu sekarang, anna...tiara..aku tinggal sebentar ya mau ngantar rio dulu.."

erwan pamit pada pacarnya dan tiara.

"baiklah wan..hati hati dijalan.."

tanpa membuang waktu lagi aku segera masuk ke dalam mobil. erwan melajukan mobilnya dengan agak kencang. dalam hati aku berdoa semoga saja tante sukma tak bercerita macam macam sama emak.

sampai dirumah aku langsung turun sementara erwan balik lagi kerumah anna. aku masuk ke dalam rumah. diruang tamu telah menunggu tante sukma, emak dan yuk tina sambil duduk diruang tamu.

"assalamualaikum..."

serempak semua menoleh.

"waalaikumsalam.."

emak yang menjawab, suara emak aneh, agak sengau seperti orang yang habis menangis. jantungku langsung berdebar, apa yang telah diceritakan sama tante sukma hingga wajah emak dan yuk tina jadi keruh.

"duduk disini rio, tante mau bicara..."

tante sukma memanggilku, suaranya tegas dan agak bergetar. aku menghampiri tante sukma lalu duduk di depannya.

"dimana sebastian yo..?"

tanya tante sukma langsung. aku tersentak, kenapa tante sukma menanyakan om sebastian padaku.

"maksud tante apa. aku tak mengerti...memangnya om sebastian dimana.."

aku bertanya dengan bingung.

"justru tante tanya sama kamu, kamu tau kan dimana sebastian...tolong tante rio, tante sudah maafkan kesalahan kamu, tapi tolong katakan dimana suami tante, apa kamu tak kasihan sama tante, dalam keadaan seperti ini tante bela belain datang jauh jauh kesini...tolong jangan sembunyikan dia.."

tante sukma kembali menangis. aku terdiam karena bingung, tante sukma mendesakku, padahal aku benar benar tak tau dimana om sebastian.

"kamu tau dimana suami tante kamu rio...?"

tanya emak dengan suara serak.

"rio tak tau mak, sungguh rio tak tau.."

"bukannya beberapa minggu yang lalu sebastian ada kesini, bahkan kata emak mu suamiku sempat menginap disini, kamu jangan bohong rio.. katakan dimana sebastian sekarang, tante membutuhkan dia.."

tante sukma berdiri menghampiriku dan tanpa ku duga dia langsung berlutut di depanku.

"tante mohon...tante sudah merendahkan diri tante padamu, kalau perlu tante akan bersujud asalkan kamu mau jujur katakan dimana suami tante.. tolong rio katakan dimana dia..katakan.."

tante sukma nampak kesusahan karena badannya yang sedang hamil tua membuat dia agak sulit berlutut hingga beberapa kali ia agak limbung seperti mau terjatuh.

"sudahlah tante, aku memang benar benar tak tau, tante tak perlu melakukan ini, aku bersumpah tak menyembunyikan om sebastian...memang dia ada datang kesini dulu, tapi aku suruh pulang menemui tante..."

aku benar benar tak enak hati, aku membungkuk mencoba mengangkat tante sukma, aku tak mau ia seperti ini, bersujud memohon padaku itu adalah hal yang gila.

"makanya nak, emak sudah bilang jangan kamu berbuat yang tidak tidak, kalau sudah begini kamu sendiri yang pusing,..."

emak membantuku mengangkat tubuh tante sukma, namun tante sukma sepertinya tak mau bergeming sedikitpun.

"kamu jangan bohong rio, katakan pada tante... tante tau pasti kamu tau dimana om kamu, katakan pada tante...katakan...!"

suara tante sukma sudah menjadi jeritan yang nyaris mendirikan bulu roma. emak saja sampai terkejut dan langsung melepaskan pegangannya di tangan tante sukma.

"demi Allah tante aku tak tau...aku juga bingung kalau di desak seperti ini, apa yang harus aku lakukan kalau memahng aku tak tau...tolong tante jangan memaksaku...mak, tolong aku bilang sama tante kalau aku memang benar benar tak tau mak, aku bingung....!!"

aku merasa sangat lelah sekali. tapi emak bagaikan orang yang shock hanya bisa berdiri sambil menutup mulutnya memandang tante sukma.

"dek.. kamu beneran tak tau dimana suaminya tante ini...?"

tanya yuk tina kurang yakin.

"aku berani bersumpah yuk, aku benar benar tak tau..."

"kenapa kamu melakukan ini nak...!"

aku langsung menoleh ke emak, matanya digenangi oleh air dan emak berdiri bagai orang linglung.

"emak...ada apa mak..."

aku pun jadi ikut linglung. aku bingung mau katakan apa.

"kamu telah menyakiti hati orang lain, tantemu sendiri..kenapa kamu sampai hati melakukannya, bukannya kamu tau kalau sebastian itu suami tantemu...masih saja kamu lakukan itu, kamu tau kan bagaimanapun juga kamu sangat bersalah,..emak malu rio...!"

mendengar kata kata emak rasanya bebanku menjadi berkali kali lipat beratnya. aku sedih membuat emak kecewa, aku pulang bukannya membuat emak senang, namun sejak aku datang selalu saja ada masalah dirumah ini yang membuat batin emak tak tenang, apa yang harus aku lakukan, rasanya aku tak pantas lagi menyusahkan emak, sekian lama aku tak bersama emak dan ia merindukanku, namun saat aku kembali hanya membuat emak selalu susah hati.

"emak tak menyangka sebegini beratnya masalah yang kamu buat..apa salah emak hingga begini jadinya...kurang apa emak mendidik kalian hingga kalian permalukan emak seperti ini.."

kata kata emak jadi semakin lirih, seolah emak sudah benar benar letih untuk bicara. aku tau kata maaf dan sesal saat ini tak akan ada gunanya untuk membuat emak tenang, namun aku juga tau kalau aku diam saja sama artinya aku membiarkan orang berpikiran yang salah berlarut larut, memang aku bersalah telah main api sama om sebastian. awalnya aku tak menyangka akan begini, om sebastian yang telah mengacaukan segalanya...

aku tak tau apakah memang dia hanya hadir untuk membuat hidupku kacau. aku sudah bilang padanya agar tak egois..kalau sudah begini tetaplah aku yang disalahkan.. karena sekali lancung ke ujian seumur hidup orang tak kan percaya lagi. alangkah teganya om sebastian padaku, orang yang katanya sangat mencintaiku itu tak ada berhentinya memberikan aku masalah.

aku terdiam diantara isakan tangis emak, tante sukma dan yuk tina. tiga perempuan yang kecewa karena ulahku.

"emak kecewa sekali sama kamu nak..emak kecewa, ini rupanya sebab kamu lari kesini, kamu lari dari masalah mu...kamu membuat orang susah karenamu..apakah didikan emak padamu selama ini salah, apa benar yang mega katakan kalau emak lah yang bersalah hingga kamu jadi seperti ini.."

emak terduduk lemas diatas kursi, ia menangis karenaku. aku hanya bisa berdiri memandangi emak, aku mengutuk diriku sendiri dalam hati. rasanya aku tak pantas tinggal disini lagi, aku tak tau apa besok yang akan terjadi lagi kalau aku masih menunggu disini. aku memang bukan anak yang baik, aku tak bisa berbakti, aku hanya menyusahkan saja.

tiba tiba tante sukma mengerang kesakitan, ia memegangi perutnya seolah ada yang membuatnya sesak. yuk tina yang tanggap melihatnya langsung menghampiri tante sukma dan memapahnya.

"kenapa tante...!"

tanya yuk tina panik.

"rasanya saya akan melahirkan malam ini juga..."

wajah tante sukma pucat pasi, keringat bersimbah di wajahnya. emak jadi panik apalagi aku.

"kita harus kerumah sakit sekarang...jangan sampai terlambat.."

"aduh..rasanya aku tak sanggup lagi berdiri, rasanya sakit sekali bu..."

tante sukma mengeluh sambil terus memegangi perutnya.

tanpa buang waktu aku berlari ke kamar mengambil kunci mobil yang tadi siang diantar oleh pesuruh mama. aku harus mengantarkan tante sukma kerumah sakit. semoga saja tak terjadi apa apa dengan kandungannya. puas om sebastian melakukan ini padaku dan istrinya, aku membenci om sebastian mulai hari ini...aku sangat membencinya.

bersama emak dan yuk tina aku mengantarkan tante sukma ke bidan, untung saja yuk tina ingat dimana rumah bidan yang membantu persalinan yuk yanti dulu, jadi kami langsung kesana. aku tak bisa konsen menyetir karena suara tante sukma yang terus mengaduh membuat aku jadi panik.

sampai di tempat bidan kami memapah tante sukma masuk, bidan yang sedang duduk di ruangannya langsung menunjukkan kamar bersalin. aku menunggu diluar bersama yuk tina sedangkan emak menemani tante sukma dalam ruang bersalin.

kasihan tante sukma, saat melahirkan anaknya tak di dampingi oleh suaminya, terbuat dari apakah hati om sebastian sebenarnya, kenapa ia sampai hati meninggalkan isterinya yang sedang hamil tua seperti ini, kalau sampai terjadi apa apa sama anaknya akulah yang nanti akan disalahkan.

tante sukma pasti sudah benar benar putus asa hingga sampai mencari suaminya ke bangka. dimana om sebastian sembunyi, aku bersumpah kalau sampai aku menemukannya aku tak akan takut untuk beradu fisik dengannya.aku akan memberikan dia pelajaran karena kepengecutannya itu.

rasanya waktu menjadi sangat lama sekali bergerak. suara jeritan tante sukma bisa terdengar sampai diluar. aku jadi makin panik saja, apalagi ketika pembantu bidan keluar dan mengambil alat sedotan yang aku tau sebagai alat bantu melahirkan, makin kacau rasanya pikiranku.

"dek, tantemu harus memakai vakum...persalinanya tak lancar dek.."

bisik yuk tina yang berdiri di sampingku.

"iya yuk...aku takut sekali, aku tak mau terjadi apa apa sama tante, aku yang salah kalau sampai ada apa apa sama tante..."

"jamgan berpikir yang tidak tidak dek, lebih baik sekarang kita berdoa saja.."

yuk tina berusaha membuat aku tenang. aku sangat berterimakasih sama yuk tina, dari awal aku dapat masalah, ia tak pernah berubah padaku. ia terus mendukungku, ia membuktikan kata katanya kalau ia akan membelaku.

aku berdoa meminta agar tante sukma di beri kemudahan saat ini, aku ingin persalinannya lancar. aku juga berdoa semoga tiba tiba om sebastian datang dan menemui istrinya untuk memberikan kekuatan meskipun rasanya hal yang mustahil terjadi.

sudah sejam lebih kami disini namun belum ada tanda tanda akan tenang. suara tante sukma yang sesekali menjerit masih terdengar. aku nyaris lupa.. aku harus menelpon keluarga yang ada di palembang, mungkin mereka tak tau kalau tante sukma ada di sini saat ini. aku harus memberitahu mereka.

yang pertama kali aku telpon adalah kak fairuz, pada deringan kedua telpon langsung diangkat. kak fairuz heran karena ia tak m engenali nomorku, aku memang ganti nomor sejak pindah dari palembang agar tak ada yang menggangguku. saat ia tau kalau aku yang menelpon, kak fairuz sangat senang sekali, namun sayangnya ternyata kak fairuz saat ini sudah berada di jakarta. kak fairuz kaget saat aku katakan ada tante sukma dan saat ini sedang proses persalinan.

aku meminta tolong sama kak fairuz untuk memberitahukan sama keluarga yang ada di palembang agar datang untuk menjenguk tante sukma. untung saja kak fairuz mau membantuku.

*********


setelah hampir empat jam menunggu dengan perasaan yang tak menentu akhirnya anak tante sukma bisa lahir dengan selamat, seorang bayi perempuan yang masih merah dan mungil menangis memecah malam yang sunyi ini. aku menarik nafas lega. akhirnya...

emak keluar menemui kami dengan ekspresi keletihan yang sangat. aku menghampiri emak mencoba untuk memeluknya namun emak agak menghindar. aku hanya terdiam dengan perasaan tak menentu, apakah emak begitu marahnya padaku hingga ia menghindariku, aku tak mau kalau sampai emak membenciku, cukuplah mama yang melakukan itu, kalau sampai emak juga membenciku aku tak tau lagi harus melakukan apa.

terbit penyesalan dalam hatiku, semuanya telah jadi begini ibarat nasi yang telah menjadi bubur, tak banyak yang dapat aku lakukan untuk mengubahnya. aku hanya orang bodoh yang melakukan hal bodoh hingga banyak orang yang terseret masalah. aku telah banyak dapatkan pelajaran pahit akibat kesalahanku ini. aku tak bisa membela diri lagi sekarang.

yuk yanti masuk keruangan temapat tadi tante sukma bersalin, emak mengikuti yuk tina masuk lagi ke dalam. aku tetap menunggu di luar karena aku malu bertemu tante sukma, aku merasa sangat bersalah padanya, karena akulah ia mendapatkan masalah yang seperti ini beratnya. aku bisa merasakan bagaimana perasaan tante sukma yang melahirkan anak pertamanya tanpa di dampingi seorang suami. itu semua aku penyebabnya. wajar saja kalau emak sampai marah padaku, aku telah membuatnya malu dan kecewa. aku takut emak tak mau memaafkan aku. maafkan aku emak, semua ini sudah terjadi, aku tak ada maksud mengecewakan emak, semua ini terjadi karena rasa cintaku yang tak pada tempatnya.

rasa cinta yang tak seharusnya aku pelihara.. cinta yang tak halal yang jadi sandungan dalam hidupku. cinta yang memakan korban orang yang aku sayangi. cinta yang menyakiti orang yang dekat denganku.

dengan langkah gontai aku meninggalkan tempat bersalin ini. aku butuh teman bicara, siapa yang bisa mendengarkan segala keluhan hatiku tanpa menyalahkan aku lagi. erwan tak mungkin karena ia pasti sudah dirumahnya dan tidur.

aku berputar putar dengan mobil di sepanjang jalan tanpa ada tujuan. aku tak tau harus kemana, aku ingin menenangkan pikiranku yang kusut. aku melewati taman sari yang remang remang, beberapa waria segera menghampiri mobilku yang memang aku kendarai dengan lambat. aku tak mengindahkan mereka sedikitpun. ada yang mengetuk jendela mobilku sambil berlari lari kecil namun aku abaikan. aku tak ada minat sama waria.

tiba tiba aku seperti melihat seseorang yang sangat aku kenal, aku tak salah lagi dia pasti dodi. meskipun ia memakai pakaian perempuan yang sangat seksi dan memakai riasan yang menor namun aku tak mungkin salah mengenalinya, itu memang dodi. cepat cepat aku turunkan kaca mobil dan memanggilnya.

"Dodi..!!!"

aku berteriak karena ia berada pada posisi yang agak jauh sedang duduk dibawah pohon asem dengan gaya bak seorang ratu begitu penuh krama.

dodi yang merasa di panggil langsung celingukan kemana mana mencari sumber suara yang tadi ia dengar.

"dodi sini..!!!"

aku kembali teriak dan melambaikan tangan agar ia tau aku ada di mobil. melihat lambaian tanganku, dodi langsung senyum sumringah. ia menghampiriku dengan lenggokan mengalahkan peragawati diatas catwalk. roknya begitu pendek hingga bokongnya nyaris kelihatan. ia memakai sepatu bot mayoret diatas lutut. kalau tak melihat sendiri rasanya aku takkan bakal percaya kalau itu dodi.

ternyata yang ikut menghampiriku bukan hanya dodi, ada tiga orang waria yang dandanannya tak kalah heboh mengikuti dodi.

"iya om ada apa..mau boking eyke yachhh...?"

ujar dodi dengan kenes, aku langsung nyalakan lampu dalam mobil. dodi lansung membekap mulutnya saat menyadari yang ada dalam mobil aku.

"R,...riooo... ngapain kamu disini nak...? mau nyari bencong ya..?"

tanya dodi asal.

"nak mulutmu monyong..! sembarangan..!!!, aku lagi butuh teman ngobrol nih dod..kebetulan aku liat kamu disini jadi aku berhenti.."

"hei dona cantik... siapose temong dirimu nek..?"

tanya seorang waria yang amit amit jeleknya, berahang besar seperti mike tyson namun rambutnya disasak tinggi seolah ada sarang tabun bertengger diatas kepalanya hingga mirip kendi tempat air berjalan.

"tembikar akika jeng.. jengong di ganggang laut ya cur..!"

jawab dodi dengan bahasa planet krypton yang tak aku mengerti.

"iya pelacur..desse kan warrior pelita hati, andora yang cucok cucok desse tekong di embat... huh..!"

rasanya aku ingin sekali menarik mulut waria teman dodi itu sampai copot. mulutnya mencang mencong gak karuan kayak orang stroke parah.

“dod aku tak punya banyak waktu, buruan masuk mobil sekarang..!”

Kataku dengan tak sabar, aku kesal sekali melihat dodi yang berpenampilan seperti itu. Entah kenapa dodi bisa separah ini, sepertinya dia salah pergaulan.

“iya rio, sabar...!”

Dengan tergesa dodi masuk dalam mobil lalu menutup pintunya. Aku langsung menginjak gas dan mengajak dodi pergi meninggalkan tempat itu.

“ada apa sih rio..sepertinya penting sekali sampai k amu begitu terburu buru...?”

Tanya dodi heran. Ia mengatur duduknya sedikit agak repot karena sepatunya yang panjang agak bertekuk di bagian pahanya ditambah lagi dengan rok mini yang ketat.

“ngapain sih kamu dandan kayak gitu dod.. apa kamu sudah kurang kerjaan.. kamu jualan diri ya..?”

Tanyaku ketus, aku tak perduli lagi kalau dodi mau tersinggung atau tidak. Namun dodi hanya tersenyum dan menjawab dengan biasa saja tanpa ada kesan tersinggung.

“biasalah rio...mengisi waktu sambil refreshing, aku juga butuh bergaul setelah seharian capek di salon..hanya itu hiburan bagiku rio..”

“tapi kamu kan bisa cari hiburan lain yang lebih positif, kamu kan tak tau bagaimana orang yang datang ke kamu, apa kamu tak takut terkena penyakit..itu rentan sekali dod...!”

“aku tau rio..tapi aku kesepian, kamu tau sendiri bagaimana orang memandangku, kamu pikir aku bisa dengan gampang mencari teman yang bisa dengan tulus menerimaku..kamu suka ataupun tidak beginilah aku..kalau kamu mau berteman denganku aku senang tapi kalaupun kamu tak mau lagi menjadi temanku karena keadaanku yang seperti ini aku juga tak bisa memaksa..kamu punya hak untuk memilih teman yang kamu anggap baik bagimu...”

Dodi menjadi agak sensitif.

“maaf dod, bukan aku mau mengintimidasi perilakumu, Cuma sebagai teman aku mau kamu melakukan hal yang bermanfaat, jangan kamu mengalami seperti yang aku alami sekarang..!”

“memangnya ada apa dengan kamu rio..?”

Tanya dodi dengan serius.

“aku mau curhat ama kamu, saat ini aku butuh teman bicara, aku merasa kamulah yang paling bisa memahami masalah ku ini, aku harap kamu tak kaget mendengarnya, tapi aku uga minta kamu jangan ceritakan pada siapapun mengenai hal ini, aku belum siap jika banyak yang tau..”

“tak biasanya kamu serius seperti ini rio... ada apa sih, jangan buat aku jadi makin penasaran dong kamu ceritakanlah, aku akan berusaha membantu semampuku, oh ya ngomong ngomong mobil baru ya..?”

Seperti baru menyadari dodi cengengesan sambil mengitari pandan ke seisi mobil.

“iya dod.. tadi siang mama memberikan padaku..”

“kamu beruntung sekali rio, tak banyak yang mempunyai nasib sebaik kamu..”

“kalau dilihat dari luar memang demikian tapi hanya aku yang tau seberapa tak beruntungnya aku..”

“oh ya tadi katanya kamu mau cerita masalahmu, ceritakanlah sekarang..”

“kita cari tempat dulu dod biar lebih enak ceritanya, bagaimana kalau sekarang kita ke salonmu..”

“oke rio..kita ke salonku sekarang...”

Aku mengendarai mobil menuju kerumah dodi, aku tak perduli sekarang dini hari, aku tak merasa mengantuk sedikitpun.

Sampai di salon, dodi mengajakku masuk setelah ia membuka kuncinya. Aku duduk sementara dodi membuatkan minuman hangat, setelah dia kembali dengan dua gelas kopi aku mulai menceritakan segala masalah yang aku alami, bagaimana kisahku dengan rian dan om sebastian beserta masalah yang aku hadapi karena mereka.

Dodi mendengarkan dengan serius terkadang dia membekap mulutnya seolah tak percaya. Aku tau dodi pasti kaget mendengar ceritaku ini. Akhirnya aku selesai menceritakan semuanya, dodi agak termenung sebelum menjawab.

“aku tak mengira sedikitpun kalau kamu gay rio...kamu tak menunjukan gejala itu sedikitpun..”

Dodi menghela nafas.

“tapi itulah aku dod, kamu sekarang sudah tau kan..”

“masalah kamu sangat berat sekali rio, aku juga tak sanggup membayangkan itu, ........posisi kita beda, semua orang sudah tau keadaaanku, juga keluargaku, jadi tak aneh lagi lah..tapikalau kamu siapa yang tau, maka wajar saja orang kaget setelah tau, mungkin memang banyak yang berharap dengan kamu..mungkin selama ini kamu tak menyadari itu rio..begitu banyak kelebihan yang kamu miliki, aku tau selama aku berteman denganmu kamu begitu banyak kelebihan yang tak kamu sadari, kadang aku iri denganmu..hidupmu sangat mudah tanpa liku, kamu punya keluarga yang kaya, wajah yang tampan dan otak yang pintar..siapa yang tak naksir sama kamu... ya tapi memang tak ada manusia yang sempurna..”

Dodi mengambil gelasnya dan minum sedikit. Aku meremas jemariku dengan gelisah, otakku saat ini ada dimana mana, aku masih memikirkan tante sukma yang saat ini bersama yuk tina dan emak ditempat bidan.

“apa yang harus aku lakukan dod, aku sangat bingung sekali...!”

“kamu jangan melakukan hal yang bodoh lagi, hadapi masalahmu jangan lari, karena kamu tak kan bisa lari dari masalah yang tak selesai, sampai kapan kamu m au menghindar sedangkan masalah itu seakan jadi hutang yang selalu mengejarmu sebelum kamu lunasi.. saranku kamu selesaikan semuanya dengan baik, memang tak gampang sih tapi aku yakin pasti ada jalan... ada yang tak bisa menerimamu, tapi kamu kan menyadari kalau ada juga yang mengerti denganmu...kamu ingat kalau kamu tak sendiri..”

“menurut kamu apa langkah pertama yang harus aku ambil..?”

Aku benar benar ingin mendengar saran dari dodi, aku tau dia teman yang bijaksana walaupun dia terkadang seperti tak pernah serius.

“kamu temui tante kamu dan bicarakan masalah ini dengan baik baik..katakan kalau kamu telah menjauhi om kamu itu dan kamu juga tak akan mengganggu kehidupan mereka, kamu juga harus bersungguh sungguh.. setelah itu kamu juga harus minta maaf sama mama kamu, bagaimanapun juga dia ibu kandungmu, kamu jangan jadi anak durhaka..walau bagaimanapun sikap ibu pada kita, namun ia harus tetap dihormati.. setelah itu saranku, kamu jangan lagi temui rian, biarkan dia melewati harinya tanpamu, aku yakin pada suatu hari entah cepat atau lambat ia akan bisa melupakanmu...”

Jawab dodi dengan lancarnya. Aku hanya mangut mangut, memang mudajh kalau memberikan saran, tapi kalau mengalami sendiri masalah tak akan segampang itu di selesaikan.

“kok malah diam, kamu tak setuju denan saranku itu, tadi kamu sendiri yang minta nasehat, kalau menurutku itulah jalan yang paling tepat, saat ini mereka memang baru tau dan masih kaget, tapi ku yakin nanti mereka bisa menerima, seperti y ang aku alami dulu, orang bakalan capek sendiri mengurusi hal yang bukan urusan mereka, kalau kita hidup selalu memikirkan orang lain, tak akan pernah benar tindakan kita dimata orang, kita tak bisa jadi sempurna seperti keinginan mereka karena kita hanyalah manusia..”

“entahlah dod, aku sangat ragu kalau harus minta pengertian dari mama, kamu tak kenal dengan mamaku dod..”

“bagaimanapun dia itu mamamu rio...seganas ganasnya hewan pun tak ada yang makan anak sendiri, apalagi manusia.. wajar saja mamamu kecewa, kamu adalah anaknya yang sangat ia harapkan.. kamu membuatnya kecewa, tapi yakinlah kalau mamamu juga tak mau merasa kecewa seumur hidupnya, kalau kamu jauh darinya juga nanti ia akan merasa kangen lalu perlahan melupakan kesalahanmu, tapi kamu juga harus minta maaf karena telah membuatnya kecewa..”
“kalau mama tak mau memaafkan aku bagaimana..?”

Tanyaku tak yakin.

“ya sabar saja, lagipula memang salah kamu sih, pacaran sama adik papamu sendiri, malahan ketahuan lagi gituan..gimana orang gak shock.. makanya lain kali kalau mau buat maksiat harus teratur dong jangan sembarangan.. ini udah berbuat dirumah sendiri malah tak kunci pintu..kalau begitu caranya memang kamu mau cari mati..”

“kamu nyalahin aku juga...bukannya bikin aku tenang..!”

Kataku agak kesal.

“aku ngomong yang sebenarnya rio..untuk apa aku menghibur kamu kalau itu hanya untuk membuat satu harapan kosong padamu, saat ini kamu ada masalah yang serius, jadi aku juga harus serius..memangnya aku ini tukang hibur, aku sahabatmu rio, yang mau kamu itu bisa tenang menjalani hidup.. kalau kamu mau tenang ya ikutilah saranku.. satu lagi kalau mau pacaran tolong cari yang benar benar menyayangimu, ingat ini cinta sejenis yang tak ada kekuatannya, sangat rapuh dan setiap saat bisa hancur, jadi kamu juga jangan terlalu banyak berharap...”

“tapi aku yakin sekali kalau kita tulus maka akan ada kebahagiaan..”

Aku membantah karena kurang setuju dengan pendapat dodi yang terlalu skeptis.

“kamu boleh saja berpendapat yang muluk muluk..tapi itulah kenyataannya, memangnya kamu ada rencana mau menikah dengan pacar gay kamu nantinya, ayolah rio..kamu kan pintar, seharusnya kamu bisa berpikir realistis, kamu lihat aku, tak ada kamus cinta dalam hidupku, lelaki hanya inginkan kenikmatan sesaat, kalau mereka normal mana mau mereka sama kita yang menyimpang ini, kalaupun ada yang mau biasanya ada motifasinya entah itu karena uang atau hal lain, kalaupun kamu pacaran sama gay, kamu tau sendiri mungkin dari seribu gay belum tentu ada satu orang yang setia, iya didepan kita mereka bisa ngomong apa saja pada kita kalau mereka setia, tapi apa kamu yakin bisa mengontrolnya 24 jam setiap hari, apa kamu mau mengawasi setiap sms yang masuk di hp nya, yang ada kayak kamu sendiri, rian yang setia justru kamu yang selingkuh..”

“kamu salah dod, aku yakin ada kebahagiaan asalkan kita berusaha meraihnya..!”

Aku bersikukuh mempertahankan pendapatku.

“oke aku tau maksudmu, tapi coba kamu pikirkan lagi, memang ada orang yang setia, tapi bagiku itu hanya berlaku bagi mereka yang takut dengan tuhan, yang normal..karena mereka menjalani suatu hubungan sebagai ibadah pada tuhannya, menjalani rumah tangga karena semata perintah agama, mencintai isteri dan anaknya semata karena titipan tuhan yang memang harus di cintai dan di bimbing, itu hanya pada orang yang faham agama sepenuhnya, ada rasa takut akan dosa dan cinta pada sang pencipta juga makhluk yang di ciptakan sebagai jodohnya, tapi pada kasus gay, kamu tak usah mungkir lagi, dari kamu yang telah melakukan hubungan yang terlarang, bersebadan dengan seorang yang bukan hak kamu untuk menggaulinya hanya karena nafsu yang terkamuflase sebagai cinta, apakah itu namanya takut pada tuhan, apakah kamu pikir dia jodoh untukmu dari tuhan, mana ada rio tuhan memberikan jodoh lelaki dengan lelaki, apakah kamu pikir hubunganmu bisa dibuat jadi ibadah..jangan mimpi, itu adalah dosa...aku tau kalau aku bukan orang yang baik rio...aku belum sampai pada taraf keimanan yang seperti itu, tapi kau yakin kalau orang yang bisa melakukan hal itu adalah orang yang tak bisa setia..satu poin saja telah di lakukan yaitu melanggar larangan tuhan, orang tak akan segan untuk menghianati manusia juga.. jadi aku yakinkan sama kamu kalau gay yang setia itu kayaknya Cuma dalam dongeng deh....”

Jelas dodi panjang lebar hingga ke akar akarnya hingga aku tak tau harus menjawab apalagi.

“jadi maksud kamu apa..?”

Tanyaku galau.

“utamakan keluarga, jangan hanya karena cinta yang tak pada tempatnya kamu jadi mengorbankan keluarga yang mencintaimu tanpa pamrih, alangkah dangkal pikiran kamu karena lelaki kamu membuang mama kamu..”
“aku tak membuang mamaku, tapi dia yang membuangku...!”

”makanya aku bilang minta maaflah sama mamamu...kalau kamu mau mengerti dia, mungkin mamamu juga mau mengerti masalahmu, kalau pilihan hidupmu menjadi seorang gay, itu hak kamu..tapi jangan pernah kamu menentang keluargamu hanya karena mereka tak setuju dengan jalan yang kamu pilih, kamu tau kan, perempuan dan lelaki yang menikah tanpa persetujuan keluarganya jarang ada yang bahagia... apalagi hubungansejenis yang terlarang dan ditentang, hanya akan buat kamu tak bisa tenang dalam hidupmu... jalani hidupmu tanpa egois yo... jalin hubungan yang baik dengan keluargamu dan berikan pengertian nantinya kamu juga akan merasakan kalau apa yang aku katakan ini benar, satu lagi...kalau kau sudah memilih jalan ini, maka kamu tak usah memikirkan dosa, itu hanya akan buat kamu tak tenang...jalani apa adanya mengalir seperti air, kalau kamu yakin ada yang setia, maka tetap pegang keyakinanmu karena dengan yakin biasanya kita jadi lebih mantap menjalaninya..”

Pernyataan dodi begitu telak menusuk dalam hatiku, membuat aku jadi gamang, kenapa nasehat yang seperti ini justru aku dapatkan dari seorang waria.

“baiklah kalau memang begitu akan aku coba dod, makasih ya atas nasehatnya..”

“jangan terlalu diambil hati ya rio, aku hanya mengatakn faktanya saja, tapi keputusannya ada di tanganmu..”

“iya dod, maaf sudah menyita waktumu, sekarang aku mau balik lagi ke tempat bersalin, emak dan ayukku masih disana, aku senang bisa bicara sama kamu masalah ini, kamu memang teman yang bisa di andalkan dod... terimakasih..”

Aku langsung pamit karena sudah hampir subuh. Aku tak mau emak menunggu nunggu dengan kuatir. Dodi mengantarku hingga di depan pintu salonnya saja. hatiku agak lebih tenang sekarang setelah menceritakan bebanku pada dodi.

Sampai di tempat bidan aku lihat emakku dan yuk tina sedang duduk di ruang tunggu sambil mengobrol. Kasihan emak, pasti dia tak tidur semalaman ini, aku jadi kasihan padanya, aku hampiri emak dan yuk tina.

“darimana rio..?”

Tanya yuk tina langsung berdiri. Sementara emak hanya menunduk tak melihatku seolah sengaja menghindar.

“dari mutar mutar tak tentu arah yuk..menenangkan pikiran..”

Aku tak ceritakan kalau aku dari tempat dodi, aku tak mau kalau emak dan yuk tina jadi berpikiran macam macam. Aku hampiri emak lalu aku berlutut dikaki emak.

“maafkan rio mak...maaf,,,rio tau emak sangat kecewa, tapi apakah ada maaf emak untuk rio...”

Suaraku bergetar karena menahan air mata yang hampir keluar. Emak tak menjawab, ia hanya diam dalam duduknya seolah tak mendengar, aku lihat ia memejamkan matanya. Aku pegang kaki emak dan menyandarkan pipiku di lututnya.
Emak masih diam namun aku merasakan kalau rambutku diusap perlahan. Aku tengadah memandangi emak, ia menatapku ada air tergenang di matanya. Aku menangis di pangkuan emak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar