Sabtu, 20 Juni 2015

Pelangi Dilangit Bangka (Kisah Rio) Part 36

#39 KEMARAHAN ANNA


“lagi masak apa mak?”
Tanyaku pada emak yang sedang berdiri di depan kompor, nampaknya emak sangat serius sekali. Spontan emak berbalik.

“ya ampun rio kamu bikin emak kaget saja, ini lagi masak pepes bawal, darimana saja kamu nak?”

“dari rumah erwan mak..yuk yanti kemana mak, kok rumah sepi sekali?”
Jawabku sambil berdiri di samping emak dan mengamati ikan pepes terbungkus daun pisang yang sedang dpanggang emak diatas kompor.

“ayukmu ke puskesmas, reza dari semalam badannya panas, oh ya bagaimana keadaan erwan nak, apa sekarang ia sudah baikan?”

“alhamdulillah mak sekarang erwan sudah sehat, ada salam dari mamanya erwan..!”

“terimakasih nak, kalau nanti kamu kesana lagi sampaikan juga salam emak buat keluarganya..”
Emak membalik pepes ikan dengan tangannya, emak begitu cekatan di dapur. Aku senang sekali setiap melihat emak memasak. Apapun masakan emak bagiku tak ada yang dapat mengalahkannya. Sejak masih kecil aku sudah terbiasa makan masakan emak. Dulu waktu masih dipalembang aku sering kangen dengan masakan emak.

“oh ya nak, sudah beberapa hari ini tiara tak pernah lagi kesini, apa kalian bertengkar..?”

“nggak kok mak, tiara kan lagi sibuk mak, jadi dia belum sempat kesini..”

“sukurlah kalau begitu emak kuatir kalau kalian bertengkar. Kamu j angan menyia nyiakannya nak, tiara gadis yang baik.. emak sangat berharap suatu hari nanti kamu menikah dengannya. Tak mudah mencari perempuan yang seperti itu, apalagi yang kurang, ia cantik dan pintar, sama orangtua dia sopan, emak simpati sama gadis itu..”

Mendengar kata kata emak ada yang berdesir dalam dadaku. Emak tak tau kalau sebenarnya hingga sekarang aku belum bisa mencintai tiara. Aku sudah berusaha namun membangkitkan rasa itu tak mudah. Aku tak merasakan getaran yang aku rasakan seperti saat aku bersama erwan.
“kamu pasti belum mandi, mandi dulu sana habis itu kamu makan, emak mau menyiapkan makan malam..”

“iya mak...”
Aku menyeret langkah meninggalkan emak di dapur yang masih menyelesaikan memasak. Aku pergi ke kamar dan membuka baju lalu keluar lagi dari kamar dengan berlilitkan handuk.



Setelah makan malam bersama emak, yuk yanti suaminya dan juga yuk tina aku pamit pada emak untuk pergi kerumah erwan. Tadi aku sudah berjanji sama erwan kalau aku akan mengajaknya jalan jalan. Kata erwan sebulan tak keluar rumah membuat ia merasa bosan, sebenarnya sudah dari kemarin kemarin aku mau mengajaknya keluar tapi mamanya belum mengijinkan. Mama erwan masih kuatir dan agak trauma dengan kejadian yang menimpa erwan. Mana sampai sekarang erwan belum berterus terang kalau yang telah menyerangnya adalah rian, jadi wajar saja mama erwan takut orang yang menyerang erwan akan kembali mengulangi perbuatannya itu.

Sampai dirumah erwan aku ternyata erwan sudah menungguku di depan teras. Erwan memakai sweater wol yang pas di badannya. Sunggguh aku sangat senang sekali melihatnya. Erwan jadi terlihat dewasa. Ia langsung berdiri dan tersenyum melihat kedatanganku.

“aku kangen sekali sama kamu yo...” erwan terlihat senang ketika aku datang

“bagaimana kondisimu wan, sudah lebih mendingan kan?"
aku merangkul erwan. nampaknya ia habis mandi karena aku bisa mencium wangi sabun dari tubuhnya

‘aku tak pernah sesehat ini yo, apalagi ada kamu rasanya aku jadi oang paling sehat didunia.” jawab erwan sambil bercanda. aku tertawa mendengar jawabannya. kalau saja tak memikirkan takut kelihatan sama orang yang ada di rumah ini mungkin sudah aku cium bibir erwan.


"bisa saja kamu wan, rasanya sampai sekarang aku msih belum percaya kalau kita pacaran wan, soalnya ini sama sekali tak pernah terpikirkan olehku"


“terimakasih sudah menerimaku yo, aku tahu kalau suatu hari kamu akan jadi milikku dan sekarang apa yang aku ramalkan itu sudah jadi kenyataan”
Erwan tersenyum.

erwan mengajak aku kekamarnya, nampaknya erwan sudah tak sabar lagi ingin berdua saja denganku. aku masuk kamar erwan dan ia mengunci pintu.


"rio boleh aku cium kamu? tanya erwan bagai agak ragu. mungkin ia takut aku menolak. aku tersenyum dan mengangguk. erwan terlihat lega. aku dekati erwan dan aku rengkuh tubuhnya. lalu aku dekatkan wajahku ke wajahnya hingga bibirku mendarat di bibirnya. terasa lembab dan hangat. bibir itu sedikit keras dan berbau perment mint. erwan melumat bibirku dengan penuh nafsu. lidahnya menyapu dalam mulutku seakan erwan adalah seorang yang sudah menghabiskan hari harinya hanya untuk berciuman setiap hari. aku benar benar terhanyut. belum pernah aku dicium seperti ini. ciuman yang kadang lembut namun kadang bernafsu seaka ingin menghisap segala rasa nikmat yang ada di bibirku, namun juga bukan ciuman yang egois hingga rasanya aku tak mau lagi melepaskan bibirku dari bibir erwan.


"aku benar benar mencintaimu yo" erwan mendesah. ia memelukku lebih erat. tubuh kami saling menempel dan aku merasaklan sesuatu yannng keras menekan bagian bawah tubuhku.

"erwan...." aku mendesah. ada sesuatu yang megalir dalam darahku.

"rio apa kamu mau melakukan hal itu denganku?" sekali lagi erwan bertanya. aku mengangguk. tak menunggu lagi erwan memelukku kembali dan mendorongku ke tempat tidur. aku rebah sementara erwa menindihku. tubuh erwan terasa berat. ia mulai merunduk ke tubuhku lalu perlahan menciumi leherku. aku menggelinjang antara geli dan nikmat.

"wan...." aku memanggil erwan, namun aku tak sempat melanjutkan kata kataku karena erwan kembali memagut bibirku. tangannya menelusup masuk bajuku dan menempel langsung pada dadaku hingga kulit kami saling bersentuhan. rasanya meletup hasratku saat ini. dengan bbuas aku merengkuh tubuh erwan. aku naikan bajunya. erwan membantuku melepaskan bajunya. terlihatlah dada yang bidang dan padat ditumbuhi bulu yang berbaris merata. aku telusuri jariku didiada eran. terasa kasar bulu dadanya. erwan mendesis.

erwan menatap mataku. aku bisa merasakan cinta yang begitu besar dari sorot mata erwan. perlahan erwan membuka resleting celanaku, aku memejamkan mata. aku bisa merasakan kalau tangan erwan gemetar. ia agak kesulitan membukanya aku membantu erwan membuka celanaku. ia memelorotkan celanaku lalu mencampakannya di lantai. sekarang aku hanya memakai celana dalam. entah kenapa aku merasa begitu malu. aku memejamkan mata. erwan menyentuh bagian paling rahasia ditubuhku yang hanya dilapisi selapis kain katun celana dalamku. aku merasakan bagian tubuhku yang disentuh erwan semakin mengeras. tanpa dikomando erwan membuka celana dalamku. hingga aku telanjang bulat sekarang.

"oh tuhan... indah sekali rio" suara erwan bergetar. akumengangguk masih memejamkan mata. belum pernah aku diperlakukan seromantis ini. aku tak tahu apakah erwan melihat aku mengangguk karena aku tak perduli. aku hanya melenguh saat merasakan perkakas pribadiku diselimuti sesuatu yang hangat dan licin. aku mendesah.

aku meremas rambut erwan menahan rasa nikmat yang menjalar hingga ke seluruh tubuhku. erwan memperlakukan barang paling pribadiku dengan teramat lembut. sapuan lidahnya di batang penisku terasa lembut dan basah. sesekali ia megulum dan menaik turunkan wajahnya. hisapan yang memabukan. berkali kali aku mengejangkan tubuh karena terkadang lidah erwan menggelitik lubang kencingku yang sensitif. aku tak tahan lagi. aku segera bangkit allu aku meloloskan pakaian erwan dan juga celananya hingga kini ia benar benar bugil. tubuh erwan begitu indah dan padat. atletis dan terawat. erwan memang selalu menjaga penampilannya. ia rajin berolahraga jadi tak heran kalau ia memilikitubuh bagakan seorang finalis susu untuk kebugaran.
aku merunduk meraih kejantananya yang sudah mengacung tegak. bulunya tumbuh lebat dan tebal begitu seksi. kejantanan erwan tak aku duga ternyata panjang dan besar sekali. aku memasukkan benda itu ke dalam mulutku. sekarang giliran erwan yang mendesah dengan tubuh gemetar.

seperti yang erwan lakukan terhadapku, aku juga memperlakukan kejantanan erwan dengan sepenuh hati. barang itu begitubesar hingga mulutku agak kesulitan. batang itu juga terlalu panjang sampai aku hanya bisa memasukan setengahnya saja dalam mulutku. kalau aku memaksa memasukan semuanya hingga pangkal dipastika aku akan tersedak.

erwan menggeser posisinya hingga kamki saling berhadapan dengan posisi enam sembilan. erwan kembali menyelomoti kejantananku. kami bergumul saling memuaskan dan saling mencari kenikmatan yang terasa bagaikan tak ada habis habisnya. aku menemukan sesuatu yang baru dalam bercinta karena ternyata erwan adalah pasangan bercinta yang tak egois, ia lebih mengutamakan memuaskan paangannya.

berkalikali aku mengalami puncak kenikmatan dan erwan tanpa ragu menelan sari sari kejantanan yang memancar keluar dari lubang kencingku. aku tak tahu berapa lama kami bergumul. saat itu selesai aku merasakan kepuasan yang luar biasa namun tubuhku juga terasa letih luar biasa. aku duduk disamping erwan ditempat tidur sambil merokok. kami berdua masih telanjang.

"rio kamu kok tak pernah mengajak aku jalan jalan?" erwan membaringkan kepalanya ke bahuku. aku mencium puncak kepala erwan.

"sabar ya sayang, nanti aku pasti akan ajak kamu j alan jalan"

"aku tak mau nanti, aku mau sekarang rio, soalnya selama ini kamu selalu sibuk dengan urusan kamu sendiri, sekarang kamu milikku aku mau kamu lebih memperhatikan aku."


“kan selama ini kamu masih sakit wan, ya gimana aku mau ngajak kamu.. sabar lah dulu nanti pasti aku ajak kok..”

Aku membujuk erwan, ternyata aku baru tahu sisi manja erwan setelah dia jadi pacarku.

“aku mau sekarang..!”
Erwan bersikeras hingga aku tak berkutik lagi untuk menolaknya.

“baiklah aku akan minta ijin sama mamamu untuk ngajak kamu jalan.. dasar anak mama, apa apa minta ijin mama..!”

“huuu enak aja, siapa juga yang anak mama..!”

“trus kamu anak siapa emangnya..?”

“ya anak mama..”
Erwan tertawa juga karena pertanyaanku yang menjebak itu.

Aku dan erwan mandi bersama lalu berpakaian dan menemui mamanya diruang keluarga.

“tante aku mau ngajak erwan jalan tan, katannya ia bosan dirumah terus..”
Aku memberanikan diri. Mama erwan mengalihkan tatapannya dari televisi dan memandangku juga erwan secara bergantian seolah sedang melihat makhluk ruang angkasa yang terdampar dirumahnya.

“boleh ya ma.. aku janji tak bakalan pulang larut malam, lagian kan aku tak pergi sendiri, ada rio..”
Suara erwan terdengar sangat memelas. Mama erwan tak menjawab sesaat ia nampak seperti sedang berpikir, nmun tak lama kemudian ia mengangguk.

“hati hati ya, jangan terlalu jauh dan jangan pulang terlalu malam. Ingat kamu itu baru saja mendapat pengalaman buruk..!”
Aku bisa merasakan kalau sebenarnya mama erwan agak keberatan, namun ia pasti menyadari kalau erwan sudah dewasa dan tak mungkin harus dilarang terus keluar rumah.

“aku janji akan menjaga erwan tante..”

“iya rio..tante percaya sama kamu, tolong jaga anak tante ya, tante tak mau kalau erwan mengalami lagi kejadian sepeti tempo hari..”
Mama erwan berdiri.

“makasih ya ma..”
Erwan menghampiri mamanya dan tanpa terduga tiba tiba ia langsung mencium pipi mamanya.

“nah yang seperti ini yang bikin mama kuatir sayang.. mama bisa mati kalau sampai kamu kenapa napa lagi.. kamu tau kan kalau mama sangat sayang sama kamu..”
Mama erwan mendesah sambil menatap erwan dengan penuh kasih sayang.

“iya ma.. pokoknya aku akan jaga diri kok ma, jadi jangan kuatir lagi dong..kan malu sama rio ma, orang sudah gede juga ma..!”
Protes erwan.

“ya sudah kalau memang mau jalan sekarang aja nanti malah keburu malam, ingat kalian harus pulang paling lama jam sepuluh dan jangan lupa sms atau telpon mama, kasih kabar jangan bikin mama kuatir, rio tante titip erwan..”
Pesan mama erwan seolah erwan sekarang mau pergi ke ujung benua. Ia mengantar aku dan erwan hingga ke beranda, sebelum kami pergi ia masih sempat berpesan agar kami berhati hati.

“gila mama mu wan, segitunya..”
Kataku sambil tertawa saat kami sudah berada di jalan raya.

”ya kamu tau sendiri bagaimana mama, mungkin ia menganggap aku masih seperti dulu, sering mama bilang kalau ia kangen masa aku masih anak anak dulu, katanya waktu masih kecil aku sering menciumnya, sekarang mama bilang aku kurang perhatian sama mama, padahal kan bukannya aku kurang perhatian, masa sudah dewasa masih manja manjaan sama mama..”
Erwan setengah mengeluh.

“kamu beruntung wan, punya mama yang sangat menyayangimu.. aku sekarang di benci mama kandungku sendiri..”
Kataku dengan sedih.

“aku jadi berpikir yo andaikata mama tau kalau aku adalah seorang gay apakah mama akan membenciku juga..?”
Tanya erwan padaku.

“ya mana aku tahu wan, ada orangtua yang bisa menerima keadaan anaknyua ada juga yang tidak, kalau mama kamu mungkin tak akan bereaksi seperti mamaku, kelihatan kok..”
Aku jadi sedikit iri sama erwan.

“belum tau juga sih yo.. rasanya aku ingin sekali memberitahukan pada dunia kalau saat ini aku sangat bahagia, aku bahagia bisa memiliki kamu yo, satu hal yang tak aku duga akan terjadi dalam kehidupanku, begitu lama aku memendam perasaan ini, dan sekarang semuanya jadi kenyataan..terima kasih sayang telah memilih aku..”
Erwan menatapku penuh kasih.

“terimakasih wan mau sabar, aku juga tak menyangka kalau kamu menyayangiku..semuanya terasa bagaikan mimpi bagiku..”

“berjanjilah untuk setia apapun yang terjadi yo, aku hanya inginkan kamu..aku tak mau lagi kehilangan kamu..”

“iya wan, aku juga capek menjalani kehidupanku selama ini,aku hanya ingin bahagia bersamamu sekarang..”
Aku tersenyum menatap erwan sekilas lalu kembali memandang ke arah jalan sambil menyetir.

“bagaimana dengan tiara yo.?
erwan ingin tahu.

“aku juga bingung wan, aku tak mau menyakitinya, tapi hubuungan kami dengan perjanjian kok..tiara tak memaksa andai nanti aku tak bisa juga menyayanginya, yang jadi masalah sekarang hubunganmu dengan anna, bukannya kalian sudah nyaris tunangan kalau saja tak ada kejadian yang menimpamu sebulan yang lalu..”

“itu lah hikmah dari kejadian itu yo, terus terang aku belum mau bertunangan, susahnya kalau cari cewek yang sepantaran, kita malah dikejar kejar untuk kawin karena tak mau ceweknya keburu jadi perawan tua.. kalau kamu enak, tiara umurnya baru duapuluh tahun, jadi masih banyak waktu baginya tanpa perlu mendesak kamu untuk segera mengikatnya dalam pertunangan..”
Erwan terdengar sedih.

“tapi kan kamu juga bisamemilih kalau memang kamu belum siap, buat apa memaksakan diri kalau kamu memang belum mau menikah, bukannya kalau menikah itu harus benar benar siap lahir batin agar tak ada penyesalan dikemudian hari wan..”

“rio kita berhenti disini saja ya, aku mau duduk sambil memandangi langit, malam ini cerah nampaknya .. lihat itu langit banyak sekali bintang..”
Erwan menyela ucapanku saat kami melewati lapangan merdeka. Aku merapatkan mobil agak ke pinggir jalan lalu mematikan mesin setelah merasa mendapatkan tempat yang agak nyaman untuk duduk.
Aku dan erwan turun dari mobil lalu duduk diatas podium lapangan merdeka yang entah kenapa malam ini agak sepi.

“kamu tahu yo, saat kamu pergi ke palembang dulu aku dan rian seringkali duduk disini, yang kami bicarakan tak lain adalah kamu, betapa kami berdua merindukan kamu dan kebersamaan kita yang terasa begitu singkat..”

“aku juga sering teringat dengan kalian kok wan, aku merasa kangen, apalagi waktu aku baru tiba di palembang. Semua terasa asing sekali hingga aku sempat merasa tak betah dan ingin pulang, kalu saja aku tahu akan begini keadaannya tak mau aku menunggu terlalu lama di palembang, banyak hal yang jadi tersia sia...”
Aku menerawang mengingat kembali masa masa lalu.

“kamu pasti bnyak teman disana..”

“ya adalah wan tapi tak banyak banyak amat..”

“rian juga cerita kalau kakak kamu meninggal karena kecelakaan ya..”
Mendengar pertanyaan erwan dadaku kembali sesak. Almarhum kak faisal. Aku sangat merindukannya, kakak yang tak ada duanya, begitu baik dan perhatian padaku, setiap kali aku mengenangnya rasanya mataku jadi basah.

“kenapa yo..?”
Tanya erwan heran sambil menatapku dalam.

“aku kangen sama almarhum kakak ku wan, aku benar benar kehilangan dia, merindukan saat kami bercanda, saat kami berjalan bersama sama..”

“kamu pasti sangat menyayangi kakakmu itu ya.. aku jadi penasaran dengannya..”

“aku ada fotonya wan. Sebentar...”
Kataku sambil merogoh dompet lalu mengeluarkan foto almarhum kak faisal. Aku berikan pada erwan. Dengan perlahan erwan mengambilnya dari tanganku dan mengamati foto itu.

“rasanya aku pernah melihat wajah ini yo..”
Desis erwan pelan.
Aku menatap erwan dengan heran.

“dia belum pernah ke bangka wan..”
Kataku sambil terkekeh.

“aku yakin pernah melihatnya.
Kata erwan dengan yakin.

“kapan..?”

“baru baru ini yo.. aku yakin itu..aku pernah melihatnya..”

“ya mungkin itu perasaanmu saja wan, atau yang kamu lihat itu kak fairuz.. dia kan sekarang sudah tinggal disini..”
Erwan menggaruk kepalanya dengan agak bingung seolah tak yakin.

“aku tahu dengan kak fairuz..”
Erwan menggenggam tanganku.

“kalau memang ada orang yang berwajah mirip.. aku rasa orang itu benar benar mirip sama almarhum kakakmu itu yo.. aku pernah beberapa kali bertemu dengannya. Kamu ingat waktu itu kita pernah makan di kafe pink. Nah aku sempat melihat ia diparkiran, aku tak tahu dia sedang menunggu siapa.. tapi saat aku melihatnya ia langsung menyalakan motornya dan pergi seolah orang yang mengintip dan kepergok..”

“jangan pikirkan itu wan.. banyak kok orang yang wajahnya mirip, buktinya aku dan koko..kamu pasti heran saat pertama kali kamu bertemu dengan koko..”
Erwan mengangguk.


Erwan merapatkan duduknya hingga sisi tubuh kami berdua saling bersentuhan. Aku merasakan hangatnya tubuh erwan.
“Rio kamu tak menyesal kan menerimaku..?”
Aku menunduk sambil tersenyum. Erwan ada ada saja pertanyaannya, mengapa juga aku harus kecewa. Aku menerima erwan bukannya tanpa berpikir terlebih dahulu, kalau aku tak yakin mana mungkin aku mau sembarangan menerimanya.

“kalau menurut kamu..?”
Aku memancing. Erwan tak langsung menjawab, tangannya terjulur mencabut kembang rumput yang tumbuh di bawah kakinya. Memain mainkannya dengan jari seolah bunga rumput itu adalah sekuntum bunga mawar yang indah.

“apa kamu merasa aku menyesal telah menjadi pacarmu..?”
Aku mengulangi pertanyaanku tadi. Erwan menoleh padaku dan tersenyum simpul.

“aku tak tahu yo.. tapi yang aku tahu aku bahagia menjadi pacarmu, meskipun seandainya kamu melakukan itu karena tak mau mengecewakanku..”
Kata kata erwan yang lugas membuat aku terenyuh, ternyata ia masih ragu padaku.

“aku menyayangimu wan tanpa rasa terpaksa, aku menerimamu karena memang aku menyukaimu..”
Wajah erwan terlihat lega.

“aku benar benar sayang padamu rio, aku tak bisa mengungkapkannya dengan kata kata.. sungguh aku menyesal kenapa tak dari dulu aku mengakuinya, padahal aku menyadari perasaan sukaku itu telah dari dulu..”

“andaikan dulu kamu mengakuinya mungkin aku tak bisa menerimamu wan, entah kenapa waktuu itu aku sangat terbius denga rian..”

“dia memang lebih tampan dari aku kan..”

“ya nggak juga lah.. kalau dulu sih memang dia terlihat lebih tampan dari kamu, tapi kalau sekarang kalian berdua cukup seimbang kok..”
Aku tak mau erwan sedih. Saat ini dia lah pacarku bukan rian, jadi aku tak boleh terlalu memuji rian, apalagi rian telah mencoba untuk membunuh erwan. Aku tak mengerti kenapa itu semua bisa terjadi hanya karena perasaan cemburu yang membabi buta. Selalu karena cemburu. Hubungan yang seharusnya indah akhirnya jadi penyesalan.
Kalau ingat betapa akrabnya kami bertiga dulunya pasti tak ada yang bakalan menyangka kami akan menghadapi masalah yang rumit seperti ini. Tapi begitulah kehidupan selalu penuh dengan hal yang tak di duga karena tak ada yang bisa menebak masa depan.

“Rio..aku ingin memelukmu..”
Desah erwan sedikit parau.

“ini tempat umum wan, jangan bikin orang disini jadi heboh.. apa mau besok kita masuk bangka pos..?”
Kataku setengah bercanda. Erwan tertawa terbahak bahak.

“kamu bikin aku jadi ingat awal terbitnya bangka pos dulu hampir sebulan lebih beritanya hanya tentang diana dan nopri saja..”

“emangnya siapa mereka wan..?”
Aku agak heran, soalya aku belum dengar tentang dua orang itu.

“kejadiannya saat kamu masih di palembang rio, ada cewek di perkosa, di temukan di lapangan kosong pinggir sungai rangkui dalam keadaan yang sudah tak bernyaawa. Ternyata pelakunya belakangan ditemukan . itu lah nopri dan diana.. hebohnya kabar itu hingga bangka pos menjadikan headline berminggu minggu. Hahaha..”
Jelas erwan sambil terkekeh. Aku mangut mangut baru ngeh. Ada ada saja.

Langit begitu kelam namun itu malah membuat bintang jadi semakin terlihat indah, cahayanya yang kecil berkelap kelip seolah menimbulkan bermacam warna, bulan tak ada entah kemana sembunyinya. Tapi perasaan dalam dadaku saat ini begitu tenang seolah tanpa beban. Entah darimana

ketenangan itu aku dapatkan aku sendiri juga tak tahu. Aku sangat menikmati saat ini. Saat berduaan bersama erwan. Aku tak menyangka justeru perasaan damai ini aku rasakan setelah aku bersama erwan. Aku mengerling ke erwan namun ia juga sedang terpekur menatap langit dalam diam. Entah apa yang sedang ia pikirkan sekarang. Namun wajahnya agak tersenyum. Perlahan jarinya meraih tanganku namun pandangannya tetap tertuju ke langit. Aku menggenggam jemari erwan yang hangat lalu aku remas dengan mesra.


“rio..”
Erwan berbisik parau.

“iya wan ada apa..?”
Aku menatap erwan dengan tanda tanya.

“apakah tadi aku sudah katakan kalau aku sangat menyayangi kamu..?”

“ha..ha.. belum sepuluh kali, dari aku baru datang kerumahmu pun kamu sudah beberapa kali mengatakannya..”

“entah kenapa rasanya aku selalu mau mengatakan kalau aku sayang kamu yo, aku tahu ini terdengar konyol dan sayang itu tak hanya dengan kata kata tapi entah kenapa aku selalu ingin kamu yakin kalau aku memang bnar benar menyayangimu..”
Suara erwan agak parau saat mengatakannya. Aku bisa memahami apa yang erwan rasakan karena dulu aku juga pernah mengalaminya saat aku sedang menyayangi rian, dan sekarang perasaan itu juga aku rasakan terhadap erwan.

“tak apa apa wan tanpa kamu katakan aku bisa merasakan dari sikap kamu.. oh ya sekarang sudah hampir jam sepuluh, kita harus pulang sekarang sebelum mama kamu jadi kuatir.

“kamu nginap dirumahku saja malam ini yo..”
Erwan terdengar berharap. Aku terdiam, biasanya emak tak suka kalau aku tak tidur dirumah, tapi aku juga tak mau membuat erwan kecewa.

“bagaimana yo.. kamu mau kan tidur bersamaku..?”

“aku harus minta ijin dulu sama emak, aku tak mau emak menunggu nunggu dan jadi kuatir..”
Kalau begitu kita pulang sekarang, kita mampir dulu kerumahmu untuk minta ijin sama emak mu jadi kamu bisa tenang. Aku yakin emakmu pasti mengijinkan..”

“baiklah wan, asalkan kamu senang mana mungkin aku bisa menolaknya.”

"aku ingin mengulangi yang tadi sore yo, aku tak akan pernah bisa puas denganmu... tadi begitu indah..." erwan melemparkan kerlingan penuh arti padaku.

jantungku kembali berdesir, erwan benar sore tadi adalah satu hal yang sangat indah dan aku ingin mengulanginya lagi. Aku mengikuti erwan ke mobil.

Untungnya emak kali ini tak banyak tanya mungkin karena beliau mengerti kalau erwan baru saja mendapat musibah dan butuh teman jadi emak langsung mengijinkan. Aku ikut erwan ke rumahnya untuk menginap. Sepanjang perjalanan pulang erwan bersenandung.


Kritik dan saran 08566144661

5 komentar: