Sabtu, 20 Juni 2015

Pelangi Dilangit Bangka (Kisah Rio) Part 35.1


hari ini aku membantu kak fairuz pindah ke rumahnya yang baru, tante lina yang paling sibuk dari tadi tukang yang mengangkut barang barang dibuat kebingungan dengan perintah tante lina, kadang peralatan yang sudah disusun terpaksa dipindah lagi karena tante lina merasa penempatannya kurang pas. aku membantu kak fairuz membersihkan kamar yang akan ditempatinya. kardus kardus serta kertas bekas pembungkus tempat tidur berserakan di lantai. erwan dan yuk tina menyusun meja dan kursi makan di dapur.

keringat bercucuran dari pelipisku. entah mengapa aku merasa agak meriang dari tadi pagi saat aku bangun tidur. tapi aku tak mau mengatakannya pada mereka karena aku tak mau membuat mereka semua kuatir.

amalia membawa faisal dalam kereta dorongnya, berkeliling pekarangan. emak dan yuk yanti masih dirumah memasak, katanya mereka minta jemput sekitar jam dua, emak mau membawa masakan kesini karena mereka mau kami makan bersama sama dirumah kak fairuz.

saat aku sedang menyusun meja sudut erwan menghampiriku.

"rio tiara sms aku, katanya dia mau minta jemput, tiara barusan bikin kue buat di bawa kesini, bagaimana menurutmu..?"

tanya erwan sambil mengulurkan bilah papan samping lemari sudut. aku mengambilnya dari erwan lalu memasangnya setelah terlebih dahulu memasang kayu sambungannya agar kokoh dan tak mudah bergeser.

"aku lagi sibuk wan, kamu aja yang jemput dia kalau kamu tak keberatan, tak enak juga sama tiara kalau tak di jemput.."

"kalau begitu aku pergi dulu sebentar, nanti aku kesini lagi bareng tiara.."

erwan berdiri lalu keluar dari kamar.

setelah selesai membereskan rumah aku menjemput emak dan yuk yanti. tante lina beserta papa dan kak fairuz duduk diruang tamu sambil berkipas karena mereka keringatan.

sampai dirumah emak dan yuk yanti sudah siap, aku membantu mereka mengangkut wadah berisi lauk dan nasi ke dalam mobil setelah itu aku mengantar mereka kerumah kak fairuz.

saat aku sampai, tiara dan erwan sudah tiba. mereka sedang ngobrol di teras rumah. emak mengajak mereka semua masuk. tante lina dan amalia membentangkan karpet ke lantai karena kalau makan dimeja makan pastinya tak akan muat. kami makan siang lesehan diatas lantai.

**************


setelah segala urusan selesai papa balik ke palembang aku dan kak fairuz yang mengantar papa ke bandara.

"titip rio ya ruz, tolong jaga dia.."

kata papa kepada kak fairuz sebelum papa masuk ke dalam bandara.

"aku kan sudah dewasa pa, kak fairuz sekarang kan sibuk, tenang saja aku bisa jaga diri kok pa.. kalau ketemu sama mama sampaikan salamku padanya, bilang sama mama kalau aku baik baik saja disini..."

aku berpesan pada papa.

"nanti papa sampaikan. mama kamu pasti senang kalau mendapat kabar darimu."

aku menyalami papa dan melepasnya masuk ke ruangan yang hanya boleh dimasuki oleh penumpang.

aku dan kak fairuz meninggalkan bandara lalu kembali kerumah. aku mengantarkan kak fairuz dan langsung pulang kerumah. tak aku sangka saat aku tiba ternyata rian suda menunggu di depan rumahku. aku keluar dari mobil dan menghampiri rian dengan ragu.

"dari mana kamu..?"

tanya rian.

"mengantarkan papa ke bandara yan, kamu sudah lama disini..?"

aku balik bertanya.

"paling baru lima menit, tak ada siapa siapa dirumahmu, tapi aku yakin kamu tak lama makanya aku menunggu saja disini."

sekilas diantara kami seolah tak ada masalah.

"ada apa yan tumben kamu datang..?"

"apakah aku tak boleh lagi kemari yo mentang mentang kamu sudah bukan pacarku lagi..?"

tanya rian datar. aku menggeleng, aku tak keberatan rian datang aku justeru senang kalau dia sudah bisa menerima kalau tak ada hubungan khusus lagi diantara kami.

"tidak yan, kamu boleh datang kapan saja kamu mau.."

"kamu tak pernah datang kerumahku lagi yo, apa karena sekarang kami sudah miskin..?"

tuduh rian tanpa sebab. aku jadi terhenyak mendengarnya.

"maaf yan bukannya aku tak mau kerumahmu, aku agak sibuk hari hari ini, banyak yang harus aku lakukan dan tidak bisa aku tinggalkan.."

"sibuk sama erwan pacar baru kamu itu kan.."

ini yang tak aku sukai, rian masih saja seperti dulu.

"tidak begitu juga kok yan, aku sibuk membantu kak fairuz pindah kerumahnya yang baru, kemarin kemarin aku membantunya mencari kontrakan.."

"kamu bisa beralasan apa saja toh aku juga tak melihat.."

rian masih keras kepala.

"tolong rian, kamu tak pernah berubah dari dulu, kamu selalu merasa benar sendiri, tolong kamu buang ego kamu, hubungan kita gagal karena kamu terlalu egois, apa amu tak bisa mengerti aku barang sedikit saja..?"

kataku dengan kesal lau aku membuka pintu ruang tamu.

"kamu mau masuk ke dalam atau mau duduk disini saja..?"

tanyaku agak ketus.

"biasa aja rio tak perlu segitunya juga..kenapa sih kamu sekarang banyak berubah..?"

rian berdiri lalu mengikuti aku masuk ke dalam rumah.

"mendingan aku yang ada berubah ketimbang kamu yang dari dulu tak pernah mau berubah, kamu tau kalau aku tak suka dengan sikapmu yang kasar tapi kamu tak juga mau merubahnya, kalau aku tak mau lagi bersamamu kamu jangan marah..."

"terserah kamu mau bilang apa inilah aku, kamu sudah kenal lama denganku, kalau kamu mau aku berubah, aku mau kok gampang saja, tapi kamu harus kembali padaku..!"

tegas rian.

aku menggeleng.

"tidak rian aku tak mau mengulangi kesalahan yang sama.."

"jadi kamu menganggap hubungan kita selama ini hanyalah kesalahan..?"

suara rian terdengar agak berubah lebih keras.

"jangan salah paham, kamu sudah dewasa dan cukup mengerti.. kamu bukan orang bodoh jadi tolong jangan selalu salah menangkap apa yang aku maksud, pakai otakmu sedikit..!"

aku nyaris membentak rian saking kesalnya.

"kamu makin kasar sekarang.. sudah makan besi ya?"

geram rian sambil mencekal kerah bajuku.

"lepaskan aku rian jangan membuatku jadi membencimu..!"

aku berusaha melepaskan diri dari cengkeraman rian yang tak kira kira, leherku jadi sakit karenanya.

"kamu jangan coba menantangku rio, kamu itu lemah, kalau aku mau menyakitimu kamu takakan bisa melawan...!"

kata rian dengan memuakkan.

"kamu mau apa, memukulku atau kamu mau bunuh aku lagi..?"

aku menantang rian, dengan sangar aku menantang matanya. rian terdiam membalas dengan tak kalah nyalang namun aku tak mau mengalah lagi, aku tetap menantang matanya. tak lama kemudian rian memejamkan matanya lalu perlahan cekalan tangannya di kerahku jadi melemah, ia lepaskan aku.

"maafkaan aku rio.."

kata rian lirih.

"aku tau kamu tak akan bisa berubah yan, janjimu hanya akan tinggal janji, kalau saja kamu bisa menahan diri mana mungkin aku pergi darimu, kamu yang membuat aku merasa tak nyaman, hubungan kita bagaikan bom waktu yang sewaktu waktu bisa meledak, aku mau cari aman, itu wajar karena siapapun yang punya pacar ingin disayangi bukannya ingin mendapat horor di sepanjang waktunya..."

aku mengeluarkan semua unek unek yang aku rasakan pada rian agar ia bisa membuka lebih lebar matanya.

"kamu tak berikan aku kesempatan untuk menunjukkan padamu kalau aku mau berubah..!"

"percuma yan kalau kamu mau berubah demi aku, seharusnya itu kamu lakukan demi diri kamu sendiri, biar nanti kalau kamu dapatkan penggantiku, pacarmu itu tak merasakan apa yang aku rasakan terhadapmu..!"

"kamu tega mengatakan hal itu padaku yo.."

suara rian terdengar agak terisak.

"kamu juga tega menuduh aku macam macam, kamu tega menamparku, kamu tega memukulku bahkan kamu juga tega mau membunuhku, apa kamu tak boleh disakiti sementara kamu bisa dengan bebas menyakiti orang lain..?"

"aku tak sengaja..."

airmata rian tumpah.

"kalau berkali kali bukan tak sengaja namanya yan, aku rasa kamu harus intropeksi, atau kamu pergi ke ahli jiwa agar kamu sadar bagaimana sifat kamu sebenarnya..!"

"kamu tega menuduhku gila..!"

"aku tak menuduhmu gila, tapi aku takut yan dengan sikapmu yang sering berubah ubah, satu menit kamu bisa jadi orang yang menyenangkan tapi menit berikutnya kamu kasar dan menakutkan, kamu sering tak merasa kalau sifat kamu membuat orang takut, malah kamu bisa bersikap seolah kamu tak melakukan apa apa, kamu mudah menilai orang salah tapi kamu tak sadar dengan kesalahan kamu terhadap orang lain..kamu menganggap kamu selalu benar dan orang lain salah kalau tak mengikuti apa yang kamu mau..!"

keluar semua yang mengganjal di pikiranku selama ini. rian hanya terdiam dengan mata terbelalak mendengar kata kataku yang beruntun keluar bagaikan peluru dari senapan otomatis.

"aku tak seperti itu, kamu hanya mengada ada untuk membuatku merasa bersalah..!"

rian tak terima.

"pulang lah rian.. kasihan ibumu dirumah sedang bersedih sementara kamu disini sibuk dengan masalahmu sendiri, keluargamu lebih penting untuk kamu pikirkan ketimbang aku..!"

"kamu mengusirku rio..?"

"aku tak mengusir, cuma aku tak mau kalau kamu datang kesini dan membuat masalah, nanti kamu akan makin emosi akhirnya kamu melakukan hal yang tak kita inginkan, kamu jangan menambah beban keluargamu, saat ini kamu sangat mereka harapkan, papamu telah meninggal, kamu harus bisa menggantikan tugas papamu, keluargamu membutuhkan kamu..!"

aku mendekati rian dan memeluknya. rian tak bergeming. ia diam tak berkata apa apa lagi. tapi tak lama kemudian ia membalas pelukanku.

"maafkan aku rio, mungkin kamu benar..aku terlalu egois, ijinkan aku memelukmu untuk yang terakhir kalinya, aku ingin mengulangi kenangan indah itu, aku ingin merasakan hangatnya tubuhmu, merasakan keringatmu, tubuhmu yang dulu selalu menjadi milikku,aku ingin merasakan kamu masih ada untukku walau cuma sesaat.."

rian mempererat pelukannya. aku mengangguk dan mengusap punggung rian.

"tak semua yang kita inginkan akan terkabul yan..kalau memang kita harus bersama nantinya aku tak akan menolakmu lagi, tapi tolonglah berusaha lebih mengerti orang lain.."

"maafkan aku yo, aku merusak segalanya..meskipun sekarang kamu sudah memiliki erwan, jangan pernah lupa kalau aku selalu mencintaimu.."

ingin rasanya aku mengatakan hal yang sebenarnya pada rian bahwa aku dan erwan hanya sebatas sahabat saja, tapi aku tak enak pada erwan nanti ia akan di cap sebagai pembohong oleh rian.

"aku memaafkanmu sudah sejak lama yan, aku tak pernah membencimu, cuma aku tak mau lagi menjadi pacarmu untuk saat ini.. aku harap kamu mau mengerti.."

rian tak menjawab namun ia mengangguk lalu tanpa aku duga ia mencium bibirku. aku terhenyak kaget, namun hangat bibir rian membuat aku tak dapat mendorong rian. ciumannya kali ini sangat berbeda, ciuman ringan yang tak menggebu gebu seperti biasanya. cuma sesaat lalu ia lepaskan.

"aku pulang dulu yo, semoga kamu bahagia dengan erwan.. kapanpun kamu sudah tak ada yang memiliki..datanglah padaku, tanganku selalu terbuka..aku selalu mencintaimu.. senin depan aku balik lagi ke palembang, aku akan kuliah sungguh sungguh, aku ingin berhasil.. agar aku bisa mengganti semua uangmu yang aku pakai.."

suara rian kentara sekali dibuat setenang mungkin, padahal aku tau kalau ia menahan perasaan sesak, karena aku juga merasa ingin menangis. entah kenapa setelah mengikhlaskannya aku malah merasa akan kehilangan rian.

"jangan pikirkan itu rian..aku sudah ikhlas karena memang aku mau membantumu.."

"kamu menangis rio.."

rian berbisik, telunjuknya terangkat dan menyentuh pipiku yang basah, mataku mengerjap aku menunduk.

"aku tak menangis yan.."

aku berkilah dan memalingkan muka, buru buru aku usap pipiku dengan lengan baju.

"kalau ada hal yang membuatmu sedih kamu bisa ceritakan padaku rio...bagiku kamu adalah sahabatku... walaupun kamu membuat aku patah hati.."

rian memegang pipiku dan mengangkat daguku hingga mata kami bertatapan. aku melihat mata rian juga memerah.

"maafkan aku yan.."

"aku sudah maafkan kamu rio, aku sangat menyayangimu hingga aku tak bisa membencimu...aku tak tau kenapa perasaanku harus begini padamu yo..."

rian mencoba tersenyum. aku tak tahu lagi harus mengatakan apa, kami berdua membisu selama beberapa saat.

"aku pulang dulu yo, masih banyak kerjaan dirumah.."

rian memecah keheningan. lidahku kelu hingga aku hanya bisa mengangguk hingga rian berlalu dari hadapanku. ia tak menoleh lagi saat keluar dari pintu rumahku. kakiku seakan terpaku di lantai.



************


hari ini minggu yang tak begitu cerah, langit sudah dari pagi agak mendung namun tak juga hujan turun. cuaca begini ada untungnya juga, pangkalpinang yang biasanya panas jadi agak sejuk. aku memangkas tanaman bonsai yang memagari rumah karena tumbuh dahannya sudah agak tak beraturan membuat kurang sedap dipandang.

emak sedang memasak di dapur. yuk tina membongkar pot berisi bunga kesayangannya, akar akar yang sudah bergumpal ia bersihkan dengan telaten. yuk tina memang hobi dengan tanaman hias, setiap ia gaji pasti ia sisihkan untuk membeli tanaman hias. macam macam euforbia berduri ia jejerkan pada pot pot kecil didepan rumah, bunganya nyaris tak pernah absen. berwarna warni hingga terlihat semarak. selain tanaman bunga yuk tina juga mengkoleksi tanaman daun. dari anthurium, dendrobium, Begonia semperflorens, aglaonema, Dieffenbachia, Platycerium bifurcatum, ada juga yang namanya gelombang cinta yang harganya membuat aku menggelengkan kepala, padahal waktu yuk tina membelinya masih sangat kecil, baru ada lima daun, harga perdaunnya setara tiga bungkus rokok. wanita kalau sudah menyukai bunga maka tak akan sayang menghabiskan uang buat menambah koleksinya. kalau aku sih bukan tidak menyukai tanaman tapi aku agak malas merawatnya. butuh ketelatenan yang lumayan. soalnya ada jenis bunga yang tak boleh terlalu banyak terkena sinar matahari, ada yang justeru harus selalu mendapat sinar matahari. ada yang tak boleh sering di siram dan ada yang membutuhkan banyak air, belum lagi memupuk, memotong daun yang sudah layu atau kering semua itu membutuhkan kesabaran ekstra. aku jadi teringat dengan mama. beliau juga sangat suka mengkoleksi bunga, bahkan ada yang harganya menembus jutaan. itu tak masalah bagi mama yang memang ada dana untuk itu, mama menggaji orang untuk merawat tanaman kesayangannya karena mama terlalu sibuk dengan pekerjaannya. secara sifat yuk tina juga tak jauh beda dengan mama, keduanya mudah emosi dan agak keras kepala. dalam beberapa kali pertemuan hampir tak absen mama dan yuk tina berperang mulut.

entah bagaimana kabar mama sekarang, aku juga kangen dengan wenny adikku. sudah lama tak bertemu biasanya adikku itu selalu manja denganku. apakah ia merindukan aku atau bahkan merasa kehilangan setelah aku tak ada lagi dirumah, kalau saja mama tak marah padaku mungkin aku bisa sering bertemu dengan adikku.


"rio..!, tolong ayuk ambilkan tanah bakar di belakang rumah ya..!"

teriakan yuk tina membuat lamunanku terhenti. aku letakkan gunting yang aku pegang keatas tanah lalu meraih pot kosong yang diulurkan yuk tina padaku. tanpa banyak protes aku pergi ke belakang rumah mengisi pot dengan tanah bekas pembakaran sampah. setelah penuh aku berikan pada yuk tina.

"terimakasih dik.."

yuk tina meletakkan pot itu di tanah dan menanami keladi caladium bicolor. aku meninggalkan yuk tina sendirian meneruskan hobinya lalu masuk kerumah untuk mencuci tangan. aku mau menelpon mama menanyakan bagaimana kabarnya, kabar papa, dan adikku. biarlah mama marah yang penting aku mau menunjukkan itikad baik. aku mengambil hp yang kutaruh di meja kamar. butuh beberapa menit sebelum mama mengangkatnya.

"assalamualaikum dengan siapa..?"

terdengar suara mama. aku menarik nafas mengumpulkan kekuatan agar bisa menjawab dengan suara yang setenang mungkin.

"ini aku ma, rio.."

sunyi hanya terdengar suara nafas mama selama beberapa saat. rasanya bagai bermenit menit hingga aku nyaris saja mematikan telponku.

"ya ada apa...?"

suara mama terdengar sangat tenang sekali. aku agak heran juga, tadinya aku mengira mama akan kasar atau ketus tapi nada suara mama terkesan biasa saja.

"aku...aku.. eh.. apa kabar mama..?"

suaraku terasa bagaikan sulit untuk aku keluarkan, andaikan tadi mama ketus mungkin aku bisa bicara dengan lancar.

"ada apa rio bicara saja kenapa harus ragu..?"

tanya mama lagi dengan santainya.

"aku hanya mau minta maaf ma.."

suaraku jadi ikut ikutan datar seperti mama. mungkin karena saking gugupnya.

"kenapa baru sekarang, setelah kamu permalukan mama di depan ibu angkatmu.. kamu tau bagaimana perasaan mama saat itu, hanya tuhan yang tau.. kamu anak mama tapi malah kamu yang membuat mama sedih dan kecewa, apa selama ini kamu sadari itu.. apa kamu sadar kalau kamu telah menyakiti mama dengan telak..?"

beruntun mama mencecarku. mama memang berhak melakukan itu, aku memang bersalah dan aku tak akan membalasnya lagi karena aku sudah sangat capek dengan semua ini.

"iya ma.."

"kamu diusir sama ibu angkat kamu atau kamu mengalami masalah yang sangat besar lagi seperti dulu..?"

"tidak satupun ma, aku tak apa apa.."

"lalu kenapa kamu menelpon mama kalau tak ada masalah, bukannya kamu lebih memilih jalan yang kamu sukai ketimbang mendengarkan mama, apalah artinya mama daripada keinginan kamu itu.."

mataku berkaca kaca mendengar kalimat mama barusan, mama memang masih kesal padaku.

"kalau kamu hanya mau minta maaf tak ada gunanya rio, kamu sudah dewasa jadi kamu sudah punya jalan sendiri.. mama tak akan melarang lagi..tapi sampai kapanpun mama tak akan terima, jadi silahkan turuti saja keinginanmu itu jangan pikirkan mama lagi lupakan mama dan anggap saja mama sudah mati..!"

tegas dan pasti kata kata mama seolah dia sudah menyiapkannya kalau aku menghubunginya.

"mama tak akan pernah mengerti, apa yang aku rasakan bukan atas keinginanku sendiri, memang aku akui semua ini salah tapi aku juga tak bisa dengan mudah mengenyahkanya, mama tak tau apa yang aku rasakan, karena mama memang tak mau mencoba mengerti.."

aku nyaris menangis rasanya.

"kalau kamu minta mama mengerti, mama tak akan bisa mengerti seperti juga kamu yang tak akan bisa mengerti mama. jadi percuma kamu memaksa mama mengerti kamu, kita tak akan bisa sejalan dalam hal ini..!"

mama mulai ketus. aku menghela nafas menahan rasa sabar karena aku tak mau lagi bertegang mulut itu semua hanya percuma saja.

"susah bicara sama mama, andai sedikit saja mama coba berpikir tentang aku, bukannya mudah aku menjalani semua ini.."

rasanya aku sudah putus asa, hubunganku dengan mama sulit sekali diperbaiki.

"kalau cuma untuk mengatakan itu kamu salah rio, mama sekarang sibuk dan tak punya banyak waktu membahas masalah yang membuat kepala mama sakit setiap kali memikirkannya.."

ada indikasi mama ingin segera mengakhiri pembicaraan.

"apakah mama masih menganggap aku anaknya mama..?"

"sampai kapanpun kamu anak mama tapi bukan berarti mama akan merestui semua keinginanmu, kalau memang kamu menganggap aku mama kenapa kamu tak bisa berbakti sebagai anak, bukannya kamu sudah memilih dia sebagai ibu kamu, ia yang bisa memahami kamu, jadi sudah cukup.. ibu macam apa itu yang tega membiarkan anaknya terjerumus dosa.. memikirkannya saja membuat mama jadi membenci emakmu itu..!"

mama sepertinya benar benar marah.

"jangan menyalahkan emak untuk masalahku ini, kasihan emak ma, ia sudah terlalu banyak pikiran karena aku.."

"perduli sekali kamu sama emakmu itu, tapi perasaan mama apa pernah kamu memikirkannya, setelah apa yang mama lakukan demi kamu begini balasanmu.. terhadap orang asing kamu bisa begitu lunaknya tapi terhadap ibu kandung yang melahirkanmu kamu mendurhakainya!"

"mama yang memaksaku bertindak begitu..!"

"ingat rio, kamu lahir dari rahim perempuan yang kamu tentang ini, mama menyusuimu dari kamu bayi bukan emak kamu itu, nyawa yang mama pertaruhkan demi kamu bisa ada di dunia ini, setiap tetes air susu yang mengalir dalam tubuhmu hingga jadi darah daging yang membuat kamu bisa sekuat sekarang adalah dari permpuan ini bukan emakmu itu! kalau kamu mendurhakai mama, satu doa yang mama panjatkan pada tuhan tak akan pernah sempurna kehidupanmu di dunia dan akhirat.. kalau emakmu itu mau bagaimanapun menyumpahimu tak akan pernah dikabulkan karena dia bukan yang melahirkan kamu, karena dia bukan ibumu.. camkan itu! emakmu boleh saja berdoa siang malam andai kau lawan tapi ia takkan bisa menggantikan kedudukan mama dimata tuhan..ia andaipun kamu bersalah padanya kamu tak bersimpuh dan mencium kakinya takkan ada pengaruhnya, tapi kalau kamu menyakiti mama, takkan ada surga bagimu tanpa kamu sujud dikaki mama. emak angkatmu telah berdosa membuat seorang anak menentang ibu kandungnya sendiri, sampai kapanpun mama tak akan lupa dengan apa yang telah ia lakukan pada mama.. teruslah kalian sekongkol begitu, mama lahir batin tak akan pernah ikhlas...pegang kata kata mama..nanti pada saatnya kamu akan merasakan balasannya terhadap apa yang kamu lakukan pada mama!"

jantungku berdebar keras meniti kata demi kata yang keluar dari mulut mama. kata kata yang tak sekalipun aku menduga akan keluar dari mulut mama kandungku ini, kata kata yang membuat aliran darah dalam urat uratku terasa berhenti mengaliri tubuh. pupus sudah harapanku untuk mendapatkan pengertian dari mama, yang ada malah aku jadi kembali galau.

"kalau mama berpikir begitu mama salah besar, tak pernah emak mengajari aku melakukan perbuatan yang tak baik, segala didikan yang emak berikan adalah semata karena emak ingin aku jadi orang yang berguna, namun segala yang aku alami dan rasakan ini diluar kuasa emak, jadi mama tak usah salahkan emak..seharusnya mama berterimakasih karena emak lah yang sudah merawatku disaat saat sulit mama..."

aku membela emak namun nampaknya mama memang sudah mencap buruk emak beserta ayuk ayukku hingga apapun penjelasanku tak akan bisa ia terima dengan mudah.

"saat mama menyerahkanmu sama emakmu adalah hal yang paling mama sesali seumur hidup mama, kamu masih punya kesempatan untuk merubahnya, kembali lah kerumah mama dan mulai lembaran baru. kita lupakan saja apa yang sudah terlanjur terjadi dulunya namun mama minta kamu ubah perilakumu yang membuat aib bagi mama, kamu itu adalah lelaki dan sudah kodratmu mencintai wanita, bukannya kamu melawan hukum alam dengan memilih lelaki juga sebagai orang yang kamu cintai.."

tersirat dalam ucapan mama kalau sebenarnya mama memang masih sangat berharap aku mau mengikutinya dan menjalani kehidupan yang ia anggap paling benar, aku merasa saat ini aku belum berani berjanji karena memang apa yang aku rasakan serta alami bukanlah aku buat buat.

"aku minta maaf ma, tidak semudah membalikan tangan bagiku mengikuti keinginan mama, aku menyesalinya tapi bukan berarti aku menentang mama, andai saja mama tau bagaimana sedihnya rasaku setiap ingat mama kandungku sendiri justeru tak bisa memahami keadaanku.."

"ya sudah, mama kan tak memaksamu juga.. mama katakan kamu bebas memilih, kamu sudah memilih.. lupakan saja mama.. saat ini ibumu adalah emakmu itu, ingat rio karena kamu sudah memilihnya, kamu jangan pernah menyesali keputusanmu itu.. mama angkat tangan dalam masalah ini, kamu yang tau apa kamu inginkan dalam hidupmu, jadi mama juga tak akan ikut campur, semoga kamu puas dengan pilihanmu.."

tanpa basa basi apapun lagi mama menutup telpon, aku terduduk diatas tempat tidur, rasanya kakiku jadi lemas. akhirnya keluar juga airmataku. aku tak mampu lagi menahannya. mama memang telah beku, aku yang jadi anak durhaka. galau pikiranku tak dapat aku enyahkan.

*************



hari ini senin kata rian beberapa hari yang lalu ia mau balik ke palembang hari ini, sejak pertemuan kami yang terakhir itu, rian tak pernah lagi muncul di rumahku. begitupun aku yang tak pernah berkunjung kerumah rian, bukannya aku tak mau tapi memang aku sedang banyak pikiran. tadi aku sudah mampir ke toko makanan khas bangka yang biasa menyediakan bermacam jenis penganan ringan, aku membeli oleh oleh untuk rian. semoga saja rian mau menerimanya.

memasuki pekarangan rumah rian aku memarkir mobil di depan teras rumahnya. nampak sepi sekali suasananya. aku turun dari mobil lalu berjalan ke teras dan mengetuk pintu.

tak menunggu terlalu lama pintu terbuka. mama rian menatapku agak lama seolah sedang mengingat sesuatu.

"temannya rian ya kalau tak salah..?"

mama rian tersenyum padaku, aku tahu senyuman itu adalah senyum yang terpaksa. matanya masih agak sembab dan bengkak. wajar saja mama rian pasti masih teringat suaminya yang baru meninggal.

"iya tante saya rio.. rian ada tan..?"

tanyaku seramah mungkin.

"astaga kamu rio yang dulu suka jualan kue itu kan..? kemana saja kamu selama ini kok tante jarang melihatnya..kamu begitu berubah.."

mama rian seolah tak percaya.

"aku tinggal di palembang sejak tamat smp tan, bagaiman rian tan, apa dia ada dirumah..?"

mama rian agak mengangkat alis.

"loh kamu belum tau kalau rian sudah balik ke palembang..?"

"nggak tan, kata rian ia mau balik ke palembang hari ini..!"

dadaku jadi berdebar.

"wah rian sudah berangkat sejak tadi subuh, ia naik kapal dari mentok..jadi jam setengah lima pagi ia sudah berangkat ke travel.."

mama rian menatapku prihatin. lututku langsung lemas. kenapa aku sampai tak terpikir kalau rian bakalan balik ke palembang naik kapal, padahal sekarang baru jam setengah sembilan pagi. menurut perkiraanku rian masih ada di rumah, aku tadi berniat mengantarnya ke bandara.

"jadi rian sudah balik ke palembang tan.."

suaraku jadi parau.

"ia nak rio, kalau begitu masuk dulu ke dalam kita ngobrol biar lebih santai.."

mama rian menawari. aku mengangguk lalu mengikutinya masuk ke dalam.

"silahkan duduk nak, maaf masih berantakan.."

mama rian agak malu. aku tak perduli rumahnya yang masih berantakan yang aku pikirkan saat ini hanyalah rian. padahal aku berharap sekali aku masih bisa bertemu dengan rian, ternyata ia sudah pulang tanpa pamit lagi padaku, apakah karena rian tak mau bertemu denganku, aku memang sudah membuatnya kecewa.

"jadi selama ini kamu di palembang, kalau begitu kamu kost bareng rian ya?"

tanya mama rian dengan penuh minat.

"nggak tan, aku tinggal sama keluargaku di palembang, tapi aku memang sering ketemu rian karena kami memang akrab.."

jelas saja kami akrab karena kami adalah sepasang kekasih.

"wah rian kok tak pernah cerita sama tante.. kamu tau kalau papanya rian meninggal kan..?"

wajah mama rian kembali murung. aku mengangguk.

"tau tan, aku juga sempat datang, mungkin tante terlalu sibuk waktu itu jadi tak ingat kalau aku ada kesini.. aku turut berduka tante.."

"terima kasih nak.. kamu sudah selesai kuliahnya..?"

tanya mama rian. aku menggeleng.

"belum tante, aku mau kuliah di bangka saja.."

"loh kenapa..?"

mama rian keheranan.

"nggak tan, aku ada sedikit masalah di palembang jadi aku memutuskam balik lagi ke bangka."

"jadi begitu, rian juga tak lama lagi akan selesai kuliah.. mungkin pertengahan tahun depan sudah skripsi.."

"iya tan, aku dan rian dulunya satu kampus."

"sayang sekali kamu berhenti.."

mana mungkin aku cerita kalau salah satu penyebab aku memilih berhenti karena rian juga. aku memandang ke sekeliling ruangan. mengitari dinding rumahnya yang bercat putih dan agak kusam. beberapa foto rian dan kakaknya menghiasi dinding. foto rian masih kecil bahkan maih bayi juga ada. entah mengapa aku jadi sedih melihatnya.

mama rian menoleh ke dinding dimana mataku yang sedang terpaku menatap foto rian.

"itu dulu waktu kami masih di pekanbaru, kakaknya tommy masih smp dan rian baru kelas 6 sd.."

mama rian menerawang.

"sekarang kakaknya rian tinggal dimana tan..?"

"dia masih di jakarta..kerja, tapi katanya mau balik lagi ke bangka karena ia akan dipindahkan ke bangka.. kemarin ada kok pulang waktu meninggal papanya, tapi ia tak bisa lama karena banyak kerjaan, tiga hari cuma dia disini.."

"oh begitu.."

aku mengangguk kecil.

"oh ya tante nyaris lupa, kamu biasa minum kopi..?"

"nggak usah repot repot tan, aku juga tak bisa lama lama...masih ada yang harus aku kerjakan.."

"kok buru buru amat, nggak apa apa kok, tante juga sepi dirumah tak ada teman ngobrol.."

mama rian mencoba menahanku.


"nanti kapan kapan aku kesini lagi tan, oh ya tadi aku bermaksud memberikan rian oleh oleh tapi karena dia sudah berangkat mau dibawa pulang lagi juga tanggung.."

aku mengulurkan kotak berisi makanan yang tadi aku beli.

"apa ini nak..?"

mama rian agak kaget.

"macam macam makanan tante..."

"nggak usah nak.."

mama rian agak sungkan.

"ambil aja tan, lagian aku sudah beli juga untuk dirumah..!"

kataku agak memaksa. akhirnya mama rian menerima juga.

"wah merepotkan begini jadinya..terimakasih banyak ya nak, semoga murah rejeki.."

aku tersenyum.

"aku pamit tante..assalamualaikum.."

waalaikum salam..."

mama rian mengantarku hingga ke depan teras.

***********



"kenapa sih harus aku yang selalu sms atau telpon kakak duluan, cobalah sedikit saja kakak mau memahami aku..!"

sungut tiara sambil memainkan sendok ke dalam mangkuk bakso seolah olah ingin menghancurkan bola bola daging yang tak tahu apa apa mengenai masalah kami. aku tak menjawab, sebenarnya saat tiara mengajak aku jalan jalan aku sedang tidak mood sama sekali namun tiara terlalu memaksa, pikiranku masih mengembara kemana mana sejak pulang dari rumah rian.

"kan aku sudah bilang kamu harus sabar..!"

tiara mendengus seolah terlalu banyak menghirup udara dalam paru parunya.

"sabar ya sabar kak, tapi pikir dong perasaanku bagaimana, kakak tak ada sedikitpun usaha untuk membangkitkan rasa suka padaku, kalau kakak tak ada niat untuk menyukaiku sampai kapan bisa menyukaiku..!"

"kamu tau kalau aku sedang banyak pikiran saat ini...l aku bahkan tak sempat memikirkan diriku sendiri.."


"lalu siapa yang kamu pikirkan itu kak. aku jadi bingung sama kakak, apa sih yang kakak mau, bagaimana aku bisa masuk dalam hati kakak kalau kakak tak kasih kesempatan padaku, kakak tak membukanya bagaimana aku bisa mengintip ke dalamnya...?"

"aku sudah bilang bersabar, toh usul pacaran ini kan datangnya dari kamu, kalau kamu memang merasa tak nyaman ya sudahi saja sandiwara kita...!"

aku jadi tak sabar. tiara menatapku seolah belum pernah menatap apapun sebelumnya.

"itu lah sulitnya kak, kalau kakak menganggap kakak ada di atas angin..coba kakak bayangkan kalau kakak yang jadi aku, apa kakak bisa melakukan seperti yang aku lakukan saat mencintai seseorang yang sulit untuk mencintai kakak, aku sudah berusaha, tiap kali aku sms jarang di balas..aku telpon terhitung dengan jari kakak mau mengangkatnya, kalau ada yang kurang dari usahaku tolong katakan apa yang harus aku lakukan agar aku bisa memahami kakak.."

kegusaran diwajah tiara makin nyata. aku mengangkat bahu. bingung sekali rasanya, tiara memang tak bisa ditebak, dulu ia bilang akan bersabar tapi sekarang nyatanya belum apa apa ia sudah menuntutku, apa ia pikir cinta itu bisa di paksakan.

"iya sabarlah tiara lagipula kan semuanya baru di mulai memangnya apa yang kamu harapkan dari hubungan yang baru beberapa hari..?"

"kak aku itu serius mau sama kakak, masa sih kakak tak menimbang rasa sama sekali, aku ini perempuan kak, sebenarnya tak wajar aku yang menyampaikan isi hatiku terlebih dahulu, aku menebalkan muka serta menahan rasa malu.. aku ada itikad yang baik, aku menyayangi kakak, sangat menyayangimu kak.. aku ingin sekali kakak bisa sedikit saja mengerti, aku mau bersabar menunggu kakak asalkan kakak juga menunjukan usaha kakak untuk menyayangiku.."

tiara masih saja memainkan sendok. nampaknya ia tak lapar sama sekali padahal bakso yang ada di mangkukku sudah tandas tinggal kuah kehitaman akibat kecap yang aku tuang bolong pada tutupnya udah kayak dibolongi orang yang dendam sama kecap itu.

"kakak bingung kalau di paksa begini, biarkan semuanya berjalan normal tanpa ada paksaan, hal seperti ini hanya waktu yang bisa menjawabnya tiara.. jadi mengertilah..mungkin saatnya yang belum tepat, kamu hadir saat kakak sedang banyak pikiran, jadi kakak minta kamu maklum saja..tapi kalau memang kamu tak bisa menunggu ya kakak tak bisa melakukan apa apa..inilah adanya kakak.."

"iya aku akan sabar kak, karena memang aku sayang kakak, aku juga bingung kenapa aku harus memiliki perasaan seperti ini kak.."

tiara agak melunak.

"tuh bakso kamu kasian udah pusing kayaknya, kamu puter puter terus pake sendok.."

"aku sudah kehilangan selera..."

"kalau begitu buat kakak saja..sayang kan kalau tak dimakan.."

"huh!"

akhirnya aku yang menghabiskan bakso tiara. setelah selesai makan bakso aku mengajaknya ke lapangan merdeka. aku mengajaknya duduk di taman sari. meskipun kurang terawat, namun pohon yang besar dan rindang karena sudah tua, tumbuh di taman yang nyaris mitip hutan lindung ini terasa teduh. kami duduk di bangku yang terbuat dari semen. mungkin orang yang melihat kami mengira kami berdua adalah sepasang kekasih yang sedang kasmaran karena tiara duduk dekat sekali denganku seolah ada maghnet berbeda kutub diantara kami berdua. sebetulnya aku kasihan juga sama tiara. namun aku memang belum bisa mencintainya lebih dari seorang adik, aku juga sangat ingin bisa menyukai tiara, memang kalau orang yang melihatnya, tiara cukup memadai untuk dijadikan pacar, ia cantik dan pintar, pandai berdandan serta bergaul, bisa memasak juga. tapi rasa cinta datangnya dari hati. kalau tak ada getaran itu mau bagaimana lagi.

setelah beberapa lama aku mengajak tiara pulang, hari sudah hampir maghrib.

**********

malam ini aku bingung mau kemana, dari tadi aku telpon erwan tapi tak diangkatnya. jadi sukses lah aku hanya dirumah, kadang aku duduk didapur melihat emak yang sedang membuat kue, kalau sudah bosan aku duduk diruang tamu, lalu ke kamar, perasaanku sedikit resah tanpa aku tahu apa sebabnya. pingin keluar tapi tak ada tujuan. aku mendesah berkali kali, kipas angin tak mampu menghalau rasa gerah dalam kamarku. keringat mengalir di pelipis seolah aku baru saja melakukan olahraga yang berat.

aku main games di hape namun baru saja lima menit hapeku ada panggilan masuk dari nomor yang tak aku kenal. dengan agak bertanya tanya aku angkat.

"assalamualaikum rio ini tante, mamanya erwan.."

suara lembut dari dalam hape menyapaku. aku langsung beringsut duduk.

"waalaikum salam tante..ada apa..?"

tanyaku sedikit agak heran ternyata mama nya erwan ada menyimpan nomorku, apa erwan yang memberikan nomorku pada mamanya.

"tante mau nanya, apa erwan sama kamu sekarang yo..?"

"nggak tante, hari ini aku tak ada bertemu erwan memangnya dari jam berapa ia keluar..?"

tanyaku agak heran.

"sudah dari tadi pagi, dia tak bilang mau kemana. hp nya ia tinggal di kamar jadi tante tak bisa menghubunginya, sekarang ada orangtua anna dirumah tante makanya tante agak kebingungan, mereka mau membahas kelanjutan hubungan erwan sama anna, tapi kalau erwannya tak ada bagaimana kami bisa membahasnya.."

aku mengernyit, orangtua anna dirumah erwan mau membahas masalah hubungan anak mereka, tapi kok erwan tak pernah cerita padaku, atau memang erwan juga belum tau.

"wah aku juga kurang tau ya tante..dari tadi aku telpon dia tak diangkat rupanya dia pergi tak bawa hp.."

"kalau kamu ada ketemu dia tolong kamu suruh pulang ya, atau kamu tau nggak sama teman temannya, kamu tolong tante telpon mereka, tanya erwan ada atau nggak.."


harap mama erwan.

"iya tante aku usahakan.."

"terimakasih rio, sudah dulu ya....., tante masih mau menjamu orangtuanya anna."

"iya tante.. assalamualaikum."

"waalaikumsalam.."

aku berdiri lalu mencoba menghubungi teman erwan yang aku kenal dan punya nomornya. namun tak ada satupun yang melihat atau bertemu erwan. tak biasanya anak itu susah di hubungi, selama aku berteman dengan erwan baru kali ini lah aku tak bisa menghubunginya.

akhirnya aku berinisiatif sendiri mencari erwan. sudah hampir jam setengah sembilan jadi aku harus bergegas. aku mengitari tempat tempat yang sekiranya memungkinkan dan berpeluang erwan ada namun nihil, akhirnya aku pulang kerumah karena kecapekan.

sampai dirumah aku kembali menelpon erwan barangkali saja ia sudah pulang namun yang mengangkatnya ternyata mamanya erwan.

"erwan belum pulang rio.. tante bingung entah kemana anak satu itu, masa sih dari pagi nggak pulang pulang, tidak biasanya dia begini.. entah kenapa perasaan tante rasanya tak enak banget.."

suara mama erwan terdengar kuatir.

"tante jangan berpikiran yang tidak tidak, barangkali saja erwan keluar kota terus mobilnya mogok atau apalah hingga ia tak bisa pulang cepat..tadi aku sudah mencarinya kerumah teman temannya tapi tak ada.."

aku mencoba menghibur mama erwan padahal dari tadi pun aku merasa perasaan yang tak enak. aku agak gelisah.

"tapi ia kan bisa telpon kerumah, masa tak ada memberi kabar, dia kan bisa pake dulu hp temannya.."

"mungkin ia tak terpikir karena terlalu sibuk tante.."

"ya sudah terimakasih ya rio..maaf tante sudah merepotkan kamu.."

"nggak repot kok tante.."

terdengar nada putus, aku meletakkan hp diatas bantal lalu ke dapur dan minum.


*********




ini hari kedua tak ada kabar dari erwan, annna dan tiara kerumahku, mereka menanyakan tentang erwan. aku yang memang tak tau erwan kemana tak bisa membantu mereka. kata anna mama erwan sangat panik. ia sampai menyuruh papa erwan pulang dari singapura. keadaan ini sangat tak wajar. mereka takut terjadi apa apa sama erwan. akhirnya anna dan tiara mengajakku kerumah erwan.

mama erwan yang paling panik hingga kakak kakak erwan yang sudah menikah pun berkumpul untuk menenangkan mamanya. entah kenapa erwan sampai tak ada jejak sama sekali. tius kakak lelaki erwan yang tertua mengusulkan untuk melapor pada polisi namun netty kakak perempuan erwan melarang hanya dia yang masih berpikiran tenang.

"mungkin erwan merajuk ya ma, apa mama marah sama dia..?"

tanya kak netty pada mamanya.

"kamu tau sendiri netty, sejak kecil mana pernah mama marah sama dia, lagipula erwan tak pernah membuat mama harus marah, ia paling menurut sama mama, perasaan mama gelisah sekali entah kenapa sudah beberapa hari ini sebelum erwan hilang firasat mama agak lain.."

mama erwan hampir menangis.

"mama ini bikin aku ikut kuatir saja, erwan kan sudah dewasa ma, pasti bisa jaga diri.."

"dewasa apanya baru 22 tahun begitu. pokoknya mama tak mau tau kalian harus cari adik kalian itu..!"

"iya ma sekarang juga kami sedang berusaha, aku sudah suruh adik iparku mencarinya.. mama tenang dulu...jangan berpikir yang tidak tidak.."

aku hanya diam mendengar percakapan mereka. hatiku jadi semakin tak tenang. sore harinya saat kami masih menunggu kabar dari erwan. ada orang yang datang, ia mengabarkan kalau erwan sekarang sedang dirawat dirumah sakit ia membawa dompet erwan. mama erwan meraung sejadi jadinya.

menurut keterangan orang itu ada beberapa luka sayatan dan tusukan ditubuh erwan dan saat ditemukan kondisi erwan sangat mengenaskan.

tanpa membuang waktu lagi kami segera kerumah sakit yang di maksud, aku bersama anna dan tiara sedangkan keluarga erwan dengan mobil mereka masing masing.

saat dirumah sakit ternyata erwan masih ditangani di unit gawat darurat, menurut keterangan orang yang menemukan erwan, kondisinya sedang pingsan, erwan ditemukan di daerah hutan perbatasan daerah desa tuatunu dan air duren. aku bergidik membayangkannya, tempat itu kan sangat sepi dan merupakan hutan lebat. kenapa erwan bisa berada di sana. apa keperluan erwan main kesana apakah erwan dari desa itu. semua akan terungkap kalau erwan sudah sadar.

mama erwan menangis tak berhenti memikirkan erwan. karena keluarga erwan sudah datang jadi tindakan lebih lanjut untuk penanganan erwan bisa dilakukan dengan cepat. erwan harus di operasi tapi kata dokter operasi ringan untuk menutupi luka tusukan pada pinggang dan perutnya.

sementara menunggu aku hanya bisa berdoa, semoga erwan bisa melewati masa masa kritisnya itu. aku jadi penasaran siapa yang telah menyakiti erwan sedangkan barang barangnya masih utuh tak ada indikasi kalau ia di rampok. entah siapa yang melapor ada beberapa orang polisi datang mereka minta keterangan dari warga yang menemukan erwan. keluarga erwan pun tak luput diinterogasi.

siapa yang menginginkan erwan mati, apakah ada yang dendam padanya karena setauku erwan orang yang baik, mana mungkin dia punya musuh. keluarganya jug acukup terpandang dan terkenal dermawan. jadi apa motivasi orang yang menyakiti erwan itu.

mama erwan tak habis pikir dengan kejadian ini. hingga malam aku masih dirumah sakit menunggu erwan, aku ingin ia sadar. biarlah erwan yang nantinya akan bercerita agar masalah sebenarnya bisa terkuak.

aku menghampiri mama erwan yang sedang duduk dengan gelisah disamping kakak kakak erwan.

"semoga erwan segera sadar ya tan.."

mama erwan mengangguk pelan dan berusaha tersenyum.

"mengapa ini bisa terjadi rio..ini rupanya kenapa tante gelisah beberapa hari ini, untung saja ada yang menemukannya dengan cepat, kalau tidak tante tak bisa bayangkan apa yang terjadi pada erwan..siapa yang tega melakukan hal ini padanya.."

"kita berdoa saja tante semoga semua akan terkuak, kita serahkan pada polisi menyelidikinya."

"tega benar orang itu padahal anakku tak pernah menyakiti orang lain, mengusik binatang saja erwan tak bakalan mau apalagi menyakiti orang, tante sangat kenal bagaimana anak tante."

mama erwan mendesah prihatin. aku mengangguk menyetujui kata kata mama erwan memang erwan orang yang baik ia jarang bicara sembarangan. bahkan ia cenderung penolong, aku tahu bagaimana erwan.

"semoga pelakuunya dapat di temukan nantinya biar ia dapat balasan yang setimpal atas perbuatannya itu."

kataku berapi api.

***********


sekitar jam sembilan malam erwan dipindahkan diruang perawatan. mama erwan mau anaknya dapat penanganan yang terbaik. paska operasi erwan masih tertidur karena pengaruh dari obat dan suntikan. jadi kami secara bergiliran diijinkan melihatnya. aku sangat terenyuh menatap erwan yang terbaring memejamkan matanya. wajahnya nampak pucat namun tak mengurangi ketampanannya. sesekali bibirnya bergerak lemah seolah dia sedang mengigau. aku tak bisa berlama lama melihatnya karena erwan masih harus di kontrol.

karena hari sudah hampir larut aku pamit pada mama erwan. anna dan tiara sudah pulang setelah tadi melihat erwan. aku menyetir dengan pelan sambil berpikir tentang kemungkinan siapa yang telah mencelakai erwan. kepalaku pusing karena aku memang tak ada bayangan pasti siapa yang melakukannya. saat ini yang paling mungkin adalah rian tapi kejadian yang menimpa erwan terjadi setelah rian pergi. kalau memang ia membayar orang dari mana ia dapatkan uangnya. bukan murah bayar preman untuk menghilangkan nyawa seseorang. aku tak bisa bayangkan kalau memang rian yang melakukannya tapi aku hanya berdoa semoga saja dugaanku salah.

************


usai sholat subuh aku tak kembali tidur. suasana di dapur sudah mulai ramai... seperti biasa emak dan yuk yanti beres beres. suara dentingan piring di sumur terdengar hingga ke kamarku. pasti yuk yanti yang sedang mencuci piring. aku pergi ke dapur. emak sedang menjerang air minum.

"tidak tidur lagi nak..?"

tanya mama saat melihatku. emak meletakan serbet diatas tungku.


"nggak ngantuk lagi mak.."

"itu kalau mau sarapan ada di bawah tudung saji, emak kemarin bikin kue nagasari dan klepon..tapi air belum mateng buat bikin kopi.."

"iya mak..nunggu kopi aja lah.."

aku duduk di kursi makan sementara emak masih berjongkok sambil menarik sumbu kompor yang sudah agak pendek.

"bagaimana kabarnya erwan nak apa ada kemajuan..?"

tanya emak tanpa menghentikan kegiatannya.

"nanti agak siang aku mau kerumah sakit mak.. aku kuatir sekali sama erwan. semoga saja dia cepat baikan..."

"kasihan dia..padahal emak senang sama anak itu, ia sangat sopan sama orangtua..emak juga ikut berdoa semoga dia tak apa apa.."

"itu lah yang aku tak habis fikir sampai sekarang mak, padahal setahuku erwan tak pernah cari musuh, siapapun yang telah menyakitinya pastilah orang yang mengenalnya, kalau tidak mana mungkin tak ada satupun barangnya yang hilang bahkan mobilnya pun masih adatanpa caacat apapun juga.. motif penyerangan terhadap erwan pasti bukan karena perampokan tapi aku menduga karena iri atau dendam.."


"jaman sekarang nak, rambut boleh sama hitam dan tulang sama putih tapi kedalaman hati orang tak ada yang tau, tak perlu harus membuat kesaalahan atau menyakiti orang dulu untuk mendapatkan musuh, makanya orangtua sering kuatir kalau anaknya tak dirumah..naluri seorang ibu biasanya tajam nak.. makanya kalau oranagtua bilang hati hati maka berhati hatilah karena tak ada orangtua yang mau anaknya kenapa napa.."

kata emak sambil menasehatiku.

"iya mak.."

aku menganggukan kepala karena apa yang emak bilang benar. aku melihat diatas kompor, panci berisi air sudah mengepul pertanda sudah mendidih, tutup panci bergoyang goyang terdorong air yang menggelegak bersama uap panas. aku berdiri mengambil serbet lalu mengangkat air dan memindahkannya pada alas besi yang ada di tungku.

"biar emak bisa bikin kopi buat kamu, ini kompor sudah selesai emak tarik sumbunya.."

aku mengangguk. kopi buatan emak memang lebih nikmat, entah baagaimana takarannya tapi aku merasa kalau kopi aku yang buat tak senikmat buatan emak.

aku berjongkok mengangkat kompor keatas tungku.

"sudahlah nak nanti malah tanganmu kotor.."

emak mencoba melarang namun aku hanya tersenyum. emak seperti baru tau saja denganku, padahal dari dulu aku sering membantu emak mengganti sumbu kompor, jadi minyak serta jelaga sudah tak asing bagiku.

aku makan kue sambil minum kopi buatan emak, rasanya sangat nikmat sekali. hal yang seperti ini salahsatunya yang membuat aku selalu kangen untuk pulang lagi ke bangka.

hari semakin terang aku berangkat dari kursi meninggalkan emak yang sedang menyiapkan makan pagi.

***********



"erwan sudah sadar rio.. tapi katanya dia tak ingat siapa yang telah menyerangnya.."

mama erwan menyambutku. wajahnya sudah agak cerah. aku tersenyum senang, sukurlah erwan sudah sadar.

"alhamdulillah.. boleh aku melihat erwan sekarang tante..?"

tanyaku tak sabar ingin berjumpa erwan dan memastikan keadaannya memang baik baik saja.

"silahkan nak, dia dari tadi memang selalu nanyain kamu terus.."

beritahu mama erwan. aku membungkuk sedikit lalu bergegas ke kamar erwan di rawat. aku membuka pitu perlahan agar erwan tak kaget. aku mengintip ke dalam tampak erwan sedang berbaring menatap langit langit kamar.

"apa kabar wan.."

sapaku sambil masuk ke dalam. erwan menoleh dengan cepat dan tersenyum senang melihatku. aku menarik kursi lebih dekat`ke tempat tidur.

"bagaimana keadaanmu wan masih sakit nggak..?"

aku menyentuh lengan erwan yang terpasang selang infus.

"sukurlah aku tak apa apa rio.. semua sudah bisa aku lalui.."

erwan agak menyeringai.

"kamu ditemukan dekat kebun orang yang sudah tak terawat, memangnya kamu ngapain kesana wan..?"

aku memperhatikan wajah erwan dengan seksama. mendengar pertanyaanku erwan diam saja, namun wajahnya jadi agak murung.

"rio..."

erwan balas menatapku dengan pandangan yang sedikit aneh.

"ada apa wan, mamamu bilang kalau kamu lupa siapa yang menyerangmu. benarkah kalu lupa..minimal kan kamu masih ingat dengan ciri ciri orangnya wan, kamu tak amnesia kan wan.."

erwan menggeleng.

"aku berbohong sama mama, aku tak mau kamu ikut terseret pada masalah ini rio.. tolong kamu jaga rahasia ini.."

"jadi kamu ingat siapa yang telah menyerang kamu kan..?"

tanyaku hati hati. erwan mengangguk pelan.

"soapa wan..?"

tanyaku berdebar.

"kamu sangat mengenalnya rio.."

aku langsung mengusap wajahku dengan kedua telapak tangan. ternyata dugaanku tak meleset.

"rian.. kenapa kamu selalu begitu..kamu memang psikopat.."

aku mendesis. aku menatap erwan dengan iba, jadi karena masalahku dengan rian akhirnya erwan yang jadi korbannya. aku merasa begitu bersalah pada erwan tak seharusnya ia yang mengalami kejadian yang mengerikan seperti ini.

"tenang saja rio.. nanti kita akan cari cara agar rian tak berani lagi mengulangi perbuatannya.. mungkin ia kira mudah membunuhku, aku yakin saat ini ia sedang tak tenang.."

"kapan kejadiannya wan, aku kerumah rian senin pagi kata mamanya ia sudah dari jam setengah lima subuh ke travel menuju mentok..kata mamanya rian naik kapal dari mentok ke palembang..."

tanyaku penasaran.

"minggu malam ia telpon aku katanya ia minta tolong padaku untuk diantar kerumah saudaranya yang ada di desa, sebagai teman mana mungkin aku menolaknya lagian aku juga sangat senang rian mau telpon aku artinya ia tak marah padaku, sempat aku menyangka kalau rian sekarang sudah bisa menerima kamu putuskan.. tapi dugaanku salah.."

erwan berhenti karena memperbaiki posisinya berbaring, aku berdiri membantunya menambah bantal di kepalanya agar lebih tinggi, berbaring terus seperti ini pasti lah membuat erwan jadi pegal. setelah mendapat posisi yang lebih nyaman erwan kembali bicara.

"sebenarnya aku heran juga kenapa rian minta jemput di depan supermarket puncak, jam lima pagi pula. aku lupa bawa hp itu masalahnya hingga aku tak bisa menghubungi siapapun, rian bilang kalau ia berangkat ke palembang jam sepuluh jadi harus pagi kerumah saudaranya untuk mengejar waktu, padahal waktu itu rian membawa ransel besar aku tak terfikir kalau rian sudah pamit sama mamanya untuk kembali ke palembang, aku kira ia membawa ransel untuk diantar kerumah saudaranya itu.."

erwan memutus kata katanya karena ada kakak perempuannya masuk. aku menoleh ke pintu dan tersenyum pada kak netty. selama beberapa menit erwan di sibukkan dengan pertanyaan pertanyaan dari kakaknya itu. untung saja kak netty tak bisa lama lama karena ia tak bisa meninggalkan anaknya yang masih kecil dirumah. setelah kak netty pergi erwqan meneruskan ceritanya.

"aku kaget sekali saat di tengah hutan rian mengeluarkan pisau dan mengancamku. aku tak berani melawan karena rian sangat nekat, ia menyuruh aku berhenti lalu menggiringku masuk ke dalam hutan.. sebenarnya aku sudah mencoba melawan tapi rian bawa senjata, tanganku tersayat beberapa kali karena menepis pisau yang mau ia hujamkan ke badanku.. saat itu aku sangat panik, aku menyesali kebodohanku kenapa tak waspada. padahal kamu sudah nyaris di celakai rian..aku tak menyangka ia mengulanginya lagi padaku.."

jantungku berdebar menyimak setiap kalimat yang keluar dari bibir erwan, kepalaku jadi sakit. darahku terasa naik ke kepala. aku takkan bisa lagi memaafkan rian. segala perbuatannya tak bisa di tolerir.

"kita harus laporkan masalah ini ke polisi wan, tak bisa tidak..!"

kataku dengan berapi api. namun erwan menggeleng wajahnya sangat serius.

"aku tak mau persidangan nanti dipenuhi intrik hubunganmu rio, apa kamu terpikir kalau rian orangnya nekat, kamu belum siap kan kalau seluruh dunia tahu kita gay, apa jadinya kalau keluarga kita tahu masalah ini terjadi karena rebutan kekasih...apa kamu siap menanggung malu..?"

erwan melontarkan pertanyaan yang aku tahu kalau jawabannya adalah tidak!

"tapi kalau terus di biarkan malah akan berbahaya bagi kita.. jangan sampai hal ini terulang lagi, hanya keajaiban saja kamu masih hidup.. jadi kemana rian sekarang..?"

tanyaku pada erwan namun ia menggeleng.

"aku rasa ia sudah kembali ke palembang, aku yakin sekarang ia sedang gelisah, kalau ia tenang tenang saja pastinya ia sudah gila.."

"apa menurutmu rian gila..?"

aku berbisik.

"entahlah, aku rasa dia cemburu saja kok, tapi rian orang yang nekat.. aku juga bingung."

erwan meraih tanganku. lalu membelainya dengan lembut.

"aku tak keberatan mati demi kamu rio.."

erwan menatapku dalam. matanya yang agak sembab membuat aku tak kuasa hingga tertunduk.

"aku tak berharga untuk kau cintai wan, aku bukan orang yang baik.."

"bagiku kamu tak pernah berubah, aku tak peruli masa lalumu dengan rian dan om kamu itu, aku hanya ingin kamu mengerti kalau aku menyukaimu apa adanya.."

erwan mengangkat tanganku lalu menempelkan ke pipinya.

"erwan, kamu dalam bahaya kalau jadi pacarku.."

"aku sudah katakan aku rela demi kamu.."

jantungku berdebar semakin kencang, rasanya sulit sekali menahan rasa yang bergolak dalam dadaku. aku memang menyayangi erwan dan hampir kehilangan dia. selama ini erwan yang selalu baik padaku. kalau aku masih bimbang menerimanya mungkin aku akan lebih menyakiti kami berdua.

"bagaimana rio..apakah kamu mau jadikan aku sebagai pengganti rian..?"

tanya erwan dengan kalut. aku membisu.. namun otakku sedang berpikir.

"erwan apakah kamu yakin dengan keinginan kamu, lalu bagaimana dengan anna..bukannya kalian akan bertunangan..?"

tanyaku galau.

"aku hanya mencintaimu rio..aku baru menyadarinya kalau aku memang benar benar mencintaimu, aku tak pernah merasakan keinginan yang begitu kuat, perasaan yang sangat mendamba sebelumnya, hatiku hanya ingin bersamamu..saat bersama anna aku tak merasa sebahagia kalau aku bersamamu.."

erwan makin mempererat genggaman tangannya padaku. aku tertunduk.

"erwan aku bingung.."

"tak perlu bingung rio.. kamu hanya katakan sayang atau tidak padaku, jujur saja katakan apa kamu cinta aku agar aku tak penasaran lagi.. aku ingin tahu bagaimana perasaanmu padaku, aku memang tak setampan rian tapi aku juga tak terlalu jelek kan...?"

tanya erwan sambil bercanda.

"siapa bilang kamu jelek biar aku yang menampar mulutnya...!

candaku garing, aku merasa darahku surut dari mukaku. aku sangat bingung, aku tak mungkin berdusta pada erwan karena aku memang menyayanginya. kondisi erwan juga lagi lemah, aku takut kalau aku membuatnya kecewa ia akan makin parah.

"aku sayang kamu wan, aku sangat sayang sama kamu.."

mata erwan berbinar mendengarnya.

"aku sudah yakin kalau kamu sayang padaku rio.. kamu adalah sahabatku dari dulu, kamu sangat mengerti aku dan begitu juga sebaliknya.. jadilah kekasihku aku janji akan ganti dengan kebahagiaan..."

aku sentuh pipi erwan dan kutelusuri pipinya yang ditumbuhi jambang halus. akhirnya aku mengangguk. senyum erwan langsung merekah.

"terimakasih rio, akan aku tepati janjiku.. terimakasih telah jadi milikku.. aku sayang kamu rio.."

erwan berbisik lalu mengangkat tanganku dan menciumnya, aku menunduk lalu mencium bibir erwan lembut.

matahari menerobos masuk lewat jendela. menerpa kami berdua hingga terasa hangat. memberikan harapan baru hari ke depan yang penuh harapan bagi kami berdua menjalani hubungan yang baru. aku yakin dengan erwan segalanya akan lebih indah, aku tak mau lagi berpikir yang terlalu berat, setiap manusia punya masalah. apapun akan aku hadapi, bersama seseorang yang aku sayangi dan menyayangiku. aku yakin aku akan lebih kuat.



selesai




terimakasih buat teman teman yang telah bersabar menunggu cerita ini hingga selesai. aku akui banyak sekali kekurangannya. semoga nanti pada cerita ke depan akan lebih baik lagi.


aku ingin mengucapkan terimakasih tak terhingga pada temanku yang telah mendukung serta membantu bukan hanya melalui ucapan tapi melalui tindakan nyata.


bagaimanakah nantinya kisah cinta rio dengan erwan apakah mereka berdua bisa menjalaninya dengan lancar ataukah akan ada masalah yang datang.

apakah mama rio akhirnya bisa menerima keadaan rio sebagai seorang gay?

apakah keluarga rio bisa bersatu kembali?

bagaimana dengan rian, setelah ia melakukan percobaan pembunuhan? apakah ia akan tenang menghadapi kehidupannya tanpa rio lagi?

apakah tiara bisa menerima rio pacaran dengan sepupunya sendiri?

dan yang paling utama apakah sebenarnya faisal masih hidup ataukah memang telah meninggal semuanya akan bisa ditemukan jawabannya dalam kelanjutan pelangi di langit bangka 2 yang ekslusif hanya bisa di baca member blog www.edmunarwan.blogspot.com

3 komentar:

  1. Ngak sia2 ngebaca 4 hari 4 malam,cerita yg sangat menyentuh cuy (y)

    BalasHapus
  2. Masalah nya msh byk kok uda slese

    BalasHapus
  3. Ceritanya bagus bisa di jadiin drama ,, kalo indonesia pasti ga bisa saya usulin naskah ini tawaarin ke pihak rumah produksi Thailand aja...pasti booming ...

    BalasHapus